ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 09 Mei 2023

 

Flow: Bagaimana Hidup Seperti Nge-jazz?

 

Oleh:

Oktarizal Drianus

Program Studi Psikologi Islam, IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

 

Anda merasa tidak tertantang dan bergairah dalam kehidupan kuliah, tempat kerja, rumah tangga? Hanya menjalani rutinitas atau sekedar menggugurkan kewajiban-kewajiban administratif-birokratis? Merasa tercerabut dan tidak menikmati keseharian? bisa jadi anda tidak nge-flow. Flow secara kikir merupakan sebuah konsep motivasional yang melihat dari sudut fenomenologis. Flow adalah bagaimana seseorang menjiwai, memberikan ruh, menghidupi dalam setiap aktivitas sehari-hari.

 

Salah satu tokoh yang cukup populer pada tema ini adalah psikolog Hungaria, Mihaly Csikszentmihalyi. Akar konsep flow berakar pada tulisannya Happiness Revisited dalam buku Flow: The Psychology of Optimal Experience (Csikszentmihalyi, 2008). Penelusurannya atas konsep kebahagiaan sejak Aristoteles, hingga pemikir modern membawanya pada suatu asumsi dasar bahwa kebahagiaan itu bukanlah sesuatu yang terjadi (happiness is not something that happens), kebahagiaan bukanlah hasil dari nasib baik atau peluang acak. Bukan juga sesuatu yang dapat dibeli dengan uang dan diperintah dengan power. Kebahagiaan tidak tergantung pada peristiwa-peristiwa luar, namun, bagaimana kita menginterpretasikannya. Kebahagiaan, merupakan kondisi yang harus dipersiapkan, diusahakan dan tergantung pada pribadi masing-masing. Singkatnya, kebahagiaan adalah created, but not given.

 

Penelurusan yang hati-hati oleh Csikszentmihalyi bersandar secara historis pada teorisi-teorisi sebelumnya, termasuk Frankl yang menyatakan bahwa kebahagiaan can’t be pursued. It must ensue … as the unintended side-effect of one’s personal dedication to a course greater than oneself (Csikszentmihalyi, 1998). Dengan kata lain, kebahagiaan hadir dengan penghayatan terhadap optimal experience. Dalam penghayatan tersebut mensyaratkan “keterlibatan penuh”. Kesemuanya ini disebut Flow, yaitu kondisi mental dimana seseorang menjalani keterlibatannya dalam suatu aktivitas yang baginya masalah bisa teratasi (beyond a matter, therefore there’s nothing all matter). Secara implisit, ada kelarutan dalam keseharian, ekstase, dan ketenggelaman yang tulus dalam menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari.

 

Mengapa bisa begitu? Apa yang terjadi saat kondisi Flow terjadi? Kondisi flow meleburkan ego, membuat waktu terasa menguap begitu saja dan menjadi otentik, segala detail kecil tindakan diperhatikan, riak-riaknya dinikmati, sehingga sensasi tercipta. Csikzentmihalyi (2008) menganalogikannya like playing jazz. Dalam bermain musik jazz, emosi mengalami eskalasi positif, keharmonisan, sensasi, keindahan dalam kerumitan, nada penuh warna, improvisasi tiada batas dalam tempo dan ritme yang dinamis, selalu baru, dan spontanitas hadir dalam peristiwa singular.

 

Flow mensyaratkan beragam unsur yang padu. Flow hadir jika ada kemampuan tinggi yang disertai dengan tantangan tinggi. Sebaliknya, jika kemampuan rendah dan tantangan rendah akan menyebabkan sikap apatis. Ketidakseimbangan lainnya akan menyebabkan kebosanan, kecemasan, bergairah, khawatir, dan kondisi lainnya. Flow menjadi motivasi instrinsik yang dibangun dari dalam. Jika Pramoedya Ananta Toer dalam Bumi Manusia menyebutkan bahwa “berlaku adil harus sejak dari pikiran”, Csikszentmihalyi hendak mengatakan bahwa “bahagia harus sejak dari pikiran”.

 

Adapun menunda kebahagiaan hingga tujuan sudah dicapai, dapat menjerumuskan kita kepada efek ambigu (Csikszentmihalyi, 2008). Maka dari itu, flow harus dihadirkan dalam setiap anak tangga tujuan tersebut. Adalah yang harus dilakukan seperti menikmati setiap detiknya, proses-proses remeh-temeh yang kadang dilewatkan. Tidak seperti menonton sebuah film hanya melihat di scene awal lalu di-skip langsung ke ending, flow mensyaratkan keterlibatan emosi, penghayatan peran, menikmati latar, degupan jantung di setiap adegan terabaikan. Flow menolak pengalaman yang hanya sekedar tahu, tapi miskin mengalami dan menghayati.

 

Lantas, bagaimana meraih kondisi flow ini? Manusia seperti apa yang nge-flow menurutnya? Csikszentmihalyi (1998) menyebutnya dengan Autotelic personality, yaitu orang-orang yang menentukan hidupnya sendiri. Autotelic merupakan anti-tesis terhadap konsep antropologi metafisik teori-teori psikologi terdahulu exotelic (termotivasi dari luar), Kepribadian autotelic ini secara umum bercirikan rasa ingin tahu, ketekunan, rasa egois rendah, dan akan melakukan kegiatan untuk alasan intrinsik saja.

 

Dengan kata lain orang yang autotelic ialah pribadi dengan self-evolved dan self-evoked, manusia penghayat dan penikmat. Ada semacam refleksi mendalam dalam penghayat, namun tidak tenggelam dalam kepasrahan naif. Ada unsur evoke juga hadir disana, dimana selalu menjanjikan keceriaan, kegembiraan, optimisme. Csikszentmihalyi (2016) mendapati ini dalam sosok atlit olahraga, penulis, seniman, musisi, leader perusahaan yang progresif, ilmuan “gila”, filosof, pemimpin-pemimpin agama (nabi), pendeknya orang-orang yang menjadi trendsetter atau sang penerobos. 

 

Bahkan, permainan-permainan anak-anak zaman dulu sampai era 90-an mengandung unsur-unsur flow. Adanya tantangan, skill tertentu, aturan-aturan dan goals yang dibuat bersama, improvisasi dan spontanitas, ketegangan sekaligus keasyikan, lupa waktu, dedikasi penuh tanpa batas. Hal-hal yang dapat memungkinkan situasi flow ini pada akhirnya melahirkan apa yang kita sebut dengan creativity (kreativitas). Unsur ini yang sering kita lupakan bahkan secara tidak sadar “dibunuh” dalam bidang-bidang yang justru sangat diharapkan, sebut saja dunia pendidikan, dunia kerja, dan kehidupan sehari-hari.

Bagi Flow, momentum hidup yang hanya sekali ini hendak disadari sebagai optimal experience. Alangkah meruginya bila hidup terjebak dan terkungkung dalam tujuan-tujuan dan pikiran-pikiran yang sempit. Pengalaman-pengalaman hidup mesti lah dihayati, dinikmati, ditantang setiap ujiannya, direngkuh setiap harmonisnya, diteguk setiap manis dan pahitnya, dibuka lebar-lebar setiap kemungkinannya, ditapaki setiap jalannya, diresapi setiap tetesnya, disyukuri setiap panas dan dinginnya. 

 

Hidup adalah permainan, yang di dalamnya kreativitas dituntut, direfleksi kesalahannya, dibagi kebersamaannya, dialiri keceriaannya, dimaknai kedalamannya, digilai setiap ekstasenya, dipahami setiap ritmenya, didengar setiap suaranya, dicerap setiap panoramanya, dihargai setiap nafasnya. Akhirnya, selamat menikmati kebahagiaan hidup! Selamat nge-jazz!

 

 

Referensi:

 

Csikszentmihalyi, M. (1998). Finding flow: The psychology of engagement with everyday life. Basic Books.

Csikszentmihalyi, M. (2008). Flow: The psychology of optimal experience (1st edition). Harper Perennial Modern Classics.

Csikszentmihalyi, M. (2016). The systems model of creativity: The collected works of Mihaly Csikszentmihalyi (Softcover reprint of the original 1st ed. 2014 edition). Springer.