ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 10 Mei 2023
Maraknya Transgender Saat Ini, Sepuas itukah?
Oleh:
Abdul Khalim, Khalisa Fahira, & Silfa Srihaimi
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
Transgender menjadi topik hangat dan semakin marak diperbincangkan, baik di dunia maupun di Indonesia. Di Indonesia sendiri masih menjadi polemik di tengah masyarakat yang beragama dan berbudaya karena hal tersebut belum mendapat penerimaan dari masyarakat terkait pertentangan konstruksi gender.
Transgender merupakan individu yang merasa dan berfikir dirinya berbeda dari sudut pandang mereka tentang kelamin yang telah ditetapkan, masuk dalam gangguan identitas jenis kelamin seperti seorang laki-laki yang mengubah dirinya menjadi seorang perempuan maupun sebaliknya (Ruhghea et al, 2014). Meskipun peran gender telah ditetapkan oleh sebuah budaya, penyimpangan identitas gender masih saja tetap terjadi. Hal tersebut terjadi karena individu mengidentifikasikan jenis yang berbeda dengan kuat namun cenderung menetap pada tubuh dengan jenis kelamin yang mereka miliki saat ini (Halgin & Whitbourne, 2010). Pengembangan identitas baru tersebut di tengah budaya masyarakat akan memunculkan konsekuensi sikap masyarakat seperti diskriminatif, pelecehan hingga kekerasan fisik yang membuat kehidupan mereka semakin sulit.
Kepuasan hidup merupakan sebuah kebutuhan yang sangat subjektif pada masing-masing individu yang berkeinginan untuk merubah diri, penghayatan pada suatu situasi, menikmati hidup dan perasaan gembira (Hurlock, 2004). Kepuasan terjadi melalui proses evaluasi kognitif dan afektif. Evaluasi kognitif terjadi ketika individu membuat penilaian kepuasan hidup berdasarkan bobot tiap domain dalam kehidupannya secara matang. Kemudian evalusi afektif terjadi ketika merasakan kesenangan dari domain tersebut (Ruhghea et al, 2014).
Maraknya transgender di Indonesia dengan banyaknya dari mereka yang belum mendapat pengakuan dari masyarakat menimbulkan pertanyaan tentang kepuasan hidup mereka.
Lantas, “Puaskah menjadi transgender di Indonesia?”
Pada lingkungan urban, semua subjek dapat diterima, tetapi tidak pada masyarakat luas. Namun, pada dasarnya mereka juga ingin diterima di masyarakat pada umumnya dengan jenis kelamin yang mereka yakini. 4 pria transgender di Banda Aceh menjadi transgender dengan harapan bisa diterima di masyarakat pada umumnya. Keempat pria itu adalah SU, BR, TKN, dan BM. Mereka memiliki perbedaan waktu dan peristiwa yang melatarbelakanginya menjadi transgender. SU merasakan dirinya berbeda pada saat duduk di bangku SMP, BR mulai mengalami perubahan karena memilki teman waria dan mulai mengikuti perubahan-perubahan yang dilakukan oleh teman transgendernya tersebut seperti pakaian dan tingkah lakunya. TKN berubah menjadi transgender karena pengaruh kakak perempuan dan lingkungannya yang dominan perempuan, sementara BM berubah karena sang ayah ingin memiliki anak perempuan dan terpaksa mengikuti keinginan ayahnya, namun ketika sudah nyaman dengan perubahan tersebut keluarga meminta untuk kembali menjadi anak laki-laki biasa, BM tidak berkenan dan akhirnya dikucilkan keluarganya.
Penerimaan sosial menjadi suatu kebutuhan bagi mereka, meskipun sampai saat ini mereka belum merasakan penerimaan sosial akan keberadaan mereka di tengah masyarakat. Keempatnya merasa diterima pada saat mereka berada di komunitas transgender, dimana satu sama lain dapat memberi dan menerima dukungan serta saling memahami kondisi masing-masing. Di saat itulah mereka merasa puas sebagai manusia dengan tanpa terbebani. Sejuah ini keempat transgender tersebut merasa puas dan bahagia dengan hidupnya meskipun masyarakat belum sepenuhnya menerima kondisi mereka saat ini. Mereka hidup bahagia dengan segala konsekuensi yang ada dan menikmati hidupnya. Ketika itu mereka menganggap dirinya penuh arti dan menerimanya dengan tulus, mereka hidup sebagai seorang transgender dan berkeinginan menjadi lebih baik untuk mencapai tujuan hidup mereka ke depan.
Referensi:
Helgin, R. P., & Whitbourne, S. K. (2010). Psikologi Abnormal. Jakarta: Penerbit Salemba.
Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Waktu Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ruhghea, S., Mirza, Rachmatan, R. (2014). Studi Kualitatif Kepuasan Hidup Pria Transgender (Waria) di Banda Aceh. Jurnal Psikologi Undip, 13(1), 11-20

