ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 09 Mei 2023
Be Aware!
Kecemasan Bisa Memperparah Jantung Koroner
Oleh:
Eleonora Dinanti Pink Cinmoudi, Priskila Rossi,
Laurensia Kirana Ghea B, & Auradini Gagola
Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan karena terjadinya penyempitan pada dinding arteri koroner akibat penumpukan kolesterol dan lemak sehingga suplai oksigen tersumbat (Azhar , Muttaqien, & Marisa, 2020). Berdasarkan hasil survei Sample Registration System (SRS), penyakit jantung koroner adalah penyebab kematian tertinggi di Indonesia sebesar 12,5% pada semua umur. Tingginya angka kematian ini membuat pasien PJK cemas akan penyakit yang dideritanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien PJK seringkali mengalami kecemasan yang dapat memperburuk gejala penyebab PJK pada pasien (Gustad, Laugsand, Janszky, Dalen, & Bjerkeset, 2014). Kecemasan perlu disadari dan ditangani pada pasien penyakit jantung koroner.
Kecemasan adalah emosi negatif yang dihasilkan dari paparan bahaya, ketegangan dan stres, atau dari rangsangan sistem saraf simpatetik (Kaplan dan Sadock, 2002). Komplikasi penyakit, pengalaman nyeri, dan ancaman kematian adalah beberapa penyebab munculnya kecemasan pada penderita (Shari et al, 2014). Perbedaan kecemasan yang mendasar pada pasien PJK dengan pasien penyakit kronis lainnya adalah kecemasan yang berkaitan dengan ketakutan akan kematian. Kematian pada pasien PJK seringkali terjadi secara mendadak dan pada waktu yang tidak terduga. Hal ini membuat pasien belum menerima risiko kematian mendadak karena mengingat masih terdapat beberapa tanggung jawab di kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai kepala keluarga yang memiliki istri dan anak-anak yang harus dinafkahi.
Semakin banyak kecemasan yang dirasakan pada pasien penyakit jantung koroner, yang selanjutnya akan memperburuk kondisi fisik pasien (Astin et al, 2005). Dampak kecemasan pada fisiologis pasien PJK akan menyebabkan sesak, nyeri dada, keterbatasan pada aktivitas fisik, palpitasi, rasa ingin pingsan, penurunan denyut nadi, dan penurunan tekanan darah (Stuart, 2013). Hal ini dapat memperburuk persepsi pasien PJK terhadap penyakitnya dan menurunkan kepuasan pasien terhadap pengobatan (Nuraeni et al., 2016). Menurut (2014) stres atau kecemasan dapat mempengaruhi keadaan emosi seseorang, dan perubahan keadaan fisik dan emosi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan dapat menyebabkan depresi. Dapat dilihat kecemasan pada pasien PJK merupakan salah satu faktor penghambat kesembuhan, yang juga merupakan faktor yang memperparah penyakit itu sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan intervensi dari para ahli misalnya psikolog atau psikiater jika kecemasan yang dirasakan sudah parah.
Terdapat beberapa cara alternatif yang dapat dilakukan oleh pasien untuk mengatasi kecemasan ini antara lain dengan relaksasi dan berolahraga (Jacobson, 1977). Relaksasi sendiri dapat dilakukan dengan meditasi atau yoga, kedua hal ini dapat meningkatkan aliran darah dan melemaskan pembuluh darah sehingga dapat meringankan beban kerja jantung. Adapun olahraga yang disarankan untuk pasien PJK adalah dengan senam aerobik. Olahraga ini menggunakan jantung dan paru-paru untuk waktu yang lama, sehingga membantu jantung menggunakan oksigen lebih baik dan memperbaiki aliran darah, yang juga sangat berpengaruh pada penurunan tingkat kecemasan, dan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Kemudian kegiatan lain yang dianjurkan adalah dengan berjalan kaki selama 60 menit dalam sehari. Hal ini sangat baik untuk dilakukan karena memperlancar sirkulasi darah, dan membuat pikiran lebih tenang, dimana hal ini juga sangat baik bagi pasien dengan kecemasan (Ricky & Dhea, 2015).
Pada kebanyakan kasus, pasien PJK terindikasi dengan tingkat kecemasan yang tinggi. Secara umum, kondisi fisik dan psikologis yang dirasakan pasien adalah sulit tidur, pesimis, gelisah, khawatir, susah untuk bersantai, gemetar pada tangan, berdebar– debar karena khawatir, serta takut akan kematian (Hastuti & Mulyani 2019). Pasien PJK merasakan kecemasan yang ada berkaitan dengan ketakutan akan kematian, dimana kematian pada pasien PJK seringkali terjadi secara mendadak dan pada waktu yang tidak terduga. Hal ini tentu saja dapat memperburuk kondisi fisik dan psikis pasien. Terdapat cara alternatif yang dapat dilakukan oleh pasien untuk mengatasi kecemasan yaitu dengan relaksasi dan berolahraga. Relaksasi dilakukan dengan yoga, sedangkan kegiatan olahraga yang dianjurkan adalah dengan senam aerobik dan berjalan kaki.
Referensi
Anderson, R., & Rustam, D. (2015). 4 exercises that promote blood circulation. Retrieved from viva.co.id: https://www-viva-co-id.translate.goog/gaya-hidup/kesehatan-intim/604581-4-olahraga- yang-lancarkan-sirkulasi-darah?_x_tr_sl=id&_x_tr_tl=en&_x_tr_hl=en&_x_tr_pto=sc
Azhar , M. M., Muttaqien, F., & Marisa, D. (2020). Perbedaan kualitas hidup antara pasien penyakit jantung koroner yang rutin dan tidak rutin melakukan senam jantung sehat. Homeostasis 3(1), 147-152.
Gustad, L. T., Laugsand, L. E., Janszky, I., Dalen, H., & Bjerkeset, O. (2014). Symptoms of anxiety and depression and risk of acute myocardial infarction: the HUNT 2 Study. European Heart Journal 31(21), 1394-1403.
Hastuti, Y., & Mulyani, E. (2019). Kecemasan pasien dengan penyakit jantung koroner paska Percutaneous coronary intervention. Jurnal Perawat Indonesia 3(2), 168
Nuraeni, A., & Mirwanti, R. (2017). Hubungan cemas dan depresi pada pasien dengan penyakit jantung koroner. MEDISAINS : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 15(1), 10-16.
Rokom. (2017, Agustus 05). Penyakit Jantung Penyebab Kematian Tertinggi, Kemenkes Ingatkan CERDIK. Retrieved from sehat negeriku sehatlah bangsaku: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20170801/2521890/penyakit-jantung- penyebab-kematian-tertinggi-kemenkes-ingatkan-cerdik-2/ 21 November 2022
Stuart, G. W . (2013). Buku saku keperawatan jiwa. (P. E. Karyuni, Ed.) (5th ed.). Jakarta: EGC.
Suroso, J., & Meiyuntariningsih, T. (2018). Terapi relaksasi progresif untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi menarche. Jurnal Psikologi Indonesia, 7(1), 87.

