ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 09 Mei 2023
Manajemen Konflik yang Efektif Meningkatkan Performa Kerja Kelompok
Oleh:
Bethania Effatha Tandita, Cindy Ferdiyani Tan, Clairine Felicia, &
Gracia Amanda Sam Budisetyono
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Unit Penelitian Mahasiswa, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, hal tersebut disebabkan oleh adanya dorongan kuat untuk hidup bermasyarakat atau berkelompok (Kurwoso, 2019). Untuk mewujudkan suatu tujuan, kadangkala akan dibutuhkannya bantuan atau kerjasama kelompok guna mencapai hasil yang maksimal (Kursowo, 2019). Dalam proses pencapaian tujuan tersebut, manusia hidup dengan saling bergantung, bekerjasama, dan saling mempengaruhi (Anwar, 2018).
Akan tetapi, konflik juga tak luput terjadi dalam proses tersebut. Konflik merupakan hal yang wajar terjadi dalam suatu kelompok (Efendi, 2015). Menurut Shabani (2022), konflik merupakan keadaan yang diakibatkan oleh masalah-masalah antar individu atau kelompok dalam suatu kelompok karena adanya kerja sama yang diwujudkan dengan gangguan disaat kegiatan normal akibat adanya perbedaan pendapat, nilai, dan perasaan. Konflik antar anggota kelompok kerap sekali terjadi ketika pemutusan keputusan maupun ketika mengemukakan pendapat (Nurwulan et al., 2021). Hal umum yang cenderung dialami dalam kelompok adalah ketika adanya anggota kelompok yang tidak mengerjakan bagiannya, atau ketua kelompok yang dinilai terlalu mendominasi dan memaksakan kehendak (Chang & Brickman, 2018, dalam Nurwulan et al., 2021). Diperburuk dengan adanya ketidakstabilan pembagian tugas atau pekerjaan, perlakuan yang diperoleh secara berbeda-beda, rasa tanggung jawab yang kurang, serta keegoisan anggota kelompok (Baser et al., 2017, dalam Nurwulan et al., 2021).
Konflik yang timbul dalam organisasi atau kelompok akan mengganggu kelancaran hubungan antar individu anggota, yang apabila hubungan tersebut terganggu maka individu-individu yang terlibat dengan konflik akan merasakan suasana kerja dan suasana psikologis yang tertekan (Sunarta, 2010). Tekanan psikologis tersebut akan mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat motivasi kerja sehingga prestasi atau performa kerja juga akan turut mengalami penurunan (Sunarta, 2010). Menurut Wartini (2015), konflik yang berhasil dikelola dengan efektif akan menghasilkan hubungan yang positif dan kondusif. Pengelolaan tersebut mampu menciptakan keharmonisan dalam bekerja bagi performa kerja kelompok. Oleh karena itu manajemen konflik diperlukan. Berikut dilampirkannya beberapa cara untuk mengelola konflik dalam tim menurut Aamodt (2016):
a. Cooperative problem solving, sebuah metode penyelesaian konflik di mana dua belah pihak berkumpul untuk membahas masalah dan sampai pada solusi.
b. Intervensi pihak ketiga
Ketika konflik dirasa sulit untuk diselesaikan oleh pihak yang terlibat dalam konflik, maka keterlibatan pihak ketiga diperlukan untuk menyelesaikan konflik agar berkontribusi positif pada performa kerja kelompok. Adapun dua cara yang dilakukan sebagai intervensi pihak ketiga, yaitu:
- Mediasi, metode penyelesaian konflik dimana pihak ketiga yang netral diminta untuk membantu kedua belah pihak mencapai kesepakatan.
- Arbitrasi, ketika pihak ketiga yang netral mendengarkan argumen kedua belah pihak dan kemudian membuat keputusan.
Konstruksi Tes adalah salah satu mata kuliah yang menuntut mahasiswa untuk bekerjasama selama satu semester, dan mengerjakan tugas pada setiap pertemuan. Oleh sebab itu, interaksi dalam kelompok memungkinkan terjadinya konflik. Dari kuesioner yang disebarkan kepada responden yang sudah pernah menempuh mata kuliah Konstruksi Tes Fakultas Psikologi Atma Jaya, terkumpul 105 kuesioner. Dengan standar deviasi sebesar 0.377, sebanyak 5 responden tidak mengalami konflik, sedangkan 100 responden menjabarkan penyebab konflik yang dialami yaitu 31% berasal dari perbedaan kepribadian anggota, 37% dari ketidakaktifan anggota, 12% dari kurangnya komunikasi, 12% dari hasil kerja yang tidak maksimal, dan 8% dari kurangnya engagement antar anggota kelompok.
Sebanyak 84% responden dengan standar deviasi 0.36 menyatakan bahwa konflik didalam kelompok dapat diselesaikan secara kooperatif. Di antaranya terdapat 39% responden yang menyelesaikan masalah dengan metode arbitrasi, 37% responden dengan metode mediasi. Adapun 24% responden dengan standar deviasi 0.429 menyelesaikan masalah dengan bantuan pihak orang ketiga. Dari responden yang menyelesaikan masalahnya, 90% responden merasa bahwa terdapat dampak dari penyelesaian konflik terhadap performa kerja kelompok seperti 46% di antaranya mengalami peningkatan motivasi kerja, 10% mencapai pemahaman tugas yang sama, 22% merasakan komunikasi yang lebih lancar, 12% mengalami peningkatan engagement, namun 10% tidak mengalami perubahan.
Hakikat manusia sebagai makhluk sosial memungkinkan manusia untuk hidup berdampingan atau berkelompok dengan orang lain, dimana hal ini memicu terjadinya konflik. Konflik yang timbul dapat berpengaruh pada relasi antar manusia. Selain itu, konflik dapat berpengaruh pada motivasi hingga performa kerja. Oleh sebab itu, diperlukan adanya pengelolaan konflik agar dampak negatifnya dapat teratasi dan performa kerja kelompok dapat menjadi lebih efektif yaitu dengan cooperative problem solving atau adanya intervensi pihak ketiga.
Referensi:
Aamodt, M. G. (2016). Industrial/Organizational Psychology: An Applied Approach 8th ed. Cengage Learning.
Anwar, K. (2018). Urgensi Penerapan Manajemen Konflik Dalam Organisasi Pendidikan. Fakultas Agama Islam UNISSULA Semarang.
Efendi, N. (2015). Islamic Educational Leadership. Yogyakarta: Kalimedia.
Kursowo. (2019). Manajemen Konflik dan Perubahan Dalam Organisasi. Alqaprint Jatinagor.
Nurwulan, N. R., dkk. (2021). KONFLIK PADA GRUP DISKUSI MAHASISWA SAAT PEMBELAJARAN JARAK JAUH. Jurnal Pendidikan dan Kewirausahaan, Vol 8(2). https://journalstkippgrisitubondo.ac.id/index.php/PKWU/article/view/106/84
Sunarta, S. (2015). Konflik dalam Organisasi (Merugikan Sekaligus Menguntungkan). Efisiensi: Kajian Ilmu Administrasi, 10(1). https://doi.org/10.21831/efisiensi.v10i1.3969
Vatmala, E. V. (2020). Manajemen Konflik. Dikutip pada Desember 2022 dari: https://www.academia.edu/44356331/Manajemen_Konflik
Wartini, S. (2015). Strategi Manajemen Konflik Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja Teamwork Tenaga Kependidikan. Jurnal Manajemen dan Organisasi, 6(1). https://doi.org/10.29244/jmo.v6i1.12194
Wijayanti, Y. T. (2015). Manajemen Konflik Organisasi Dalam Perspektif Islam. Profetik, 8(1), 43–56.