ISSN 2477-1686  

 Vol. 11 No. 43 Oktober 2025

 

"Perfection Trap Social Media: Lelah Mengejar Standar yang Tak Pernah Cukup"

Oleh:

Siti Barotut Taqiah & Devie Yundianto

Program Studi Psikologi, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia 

Setiap individu memiliki standar dan harapan di kehidupannya, standar yang akan membentuk bagaimana ia akan memiliki batasan dan aturan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Standar hidup dapat dipengaruhi oleh perubahan dan kemajuan teknologi. Semakin canggih dan majunya teknologi masa kini, media sosial seperti kebutuhan yang utama dimana banyak tren yang diikuti oleh banyak orang. Tren yang muncul pada aplikasi sosial media beragam, dari tren untuk kesenangan, makanan, hingga gaya hidup. Menurut (Khairin, 2025), masyarakat online sering menganggap ideal konten dengan estetika dan visualisasi yang menarik dengan menunjukkan gaya hidup ideal.

Hal ini menyebabkan perubahan pada pandangan masyarakat mengenai kehidupan ideal atau standar kehidupan yang ditetapkan. Perubahan ini disebabkan oleh fungsi media sosial yang bukan lagi menjadi hiburan semata, melainkan sudah menjadi tolak ukur dan standar hidup bagi banyak orang. Media sosial dapat memberikan banyak mafaat didalamnya apabila digunakan secara bijak dengan kontrol diri didalamnya, penggunaan sosial media dapat berubah menjadi toxic apabila pengguna mulai tidak dapat memilih atau memfilter infomasi yang didapatkan sehingga berdampak pada lemahnya kontrol diri dan pola pikir yang mudah berubah karena adanya pengaruh dan ekspektasi dari media sosial.

Ekspektasi dan harapan yang berubah dengan adanya konten yang menampilkan momen-momen kebahagiaan dengan estetika dan format konten yang menarik membuat banyak persepsi, sebagian individu menikmati konten dan sebagian mulai membandingkan dengan kehidupan pribadi yang mereka miliki. Kemunculan tren yang beragam dapat mempengaruhi kehidupan individu, termasuk pada standar hidup yang ia tetapkan dapat berubah, seperti apabila seorang individu berada dalam lingkungan dan informasi yang ia pilih memiliki gaya hidup hedon, maka peluang untuk memiliki standar hidup yang serupa juga berpeluang besar.

Standar hidup yang terus berubah seiring perubahan tren sosial media dan berjalanya waktu, membuat seseorang dapat terus mengejar standar semu pada sosial media secara berlebihan. Kondisi dimana individu berpikir merasa harus melakukan sesuatu agar dapat dikatakan ‘sempurna’ namun yang terjadi sebenarnya ialah ia terjebak dalam pola pikirnya yang menyebabkan kemajuan atau perubahan baik dalam hidupnya terhambat, fenomena ini dapat disebut sebagai perfection trap atau jebakan kesempurnaan.

Dorongan untuk selalu melakukan sesuatu agar mendekati sempurna tidak hanya berpengaruh pada perilaku individu melainkan berdampak pada kondisi psychology well being individu dengan perfection trap. Menurut (Fauziyah et al., 2025) pada perspektif psychological well being, ada enam dimensi penting seperti  aktualisasi diri, pertumbuhan, penemuan makna hidup, penerimaan diri, hubungan postif dengan orang lain, dan penguasaan terhadap lingkungan.

Merujuk pada konsep tersebut, individu yang mengalami perfection trap tidak merasa cukup atau puas atas apa yang telah mereka capai, hal ini berkaitan dengan belum terpenuhinya beberapa dimensi konsep psychological well being yaitu penerimaan diri, makna hidup, dan aktualisasi diri. Perasaan tidak puas pada capaian muncul karena adanya beberapa faktor, baik dari internal maupun eksternal.

Pada konteks perfection trap pada media sosial, dapat disebabkan oleh adanya pengaruh dari internal seperti dari adanya pengalaman masa lalu, dituntut untuk terus menjadi sempurna dan memiliki fixed mindset atau lawan kata dari growth mindset. Faktor penyebab dari fenomena ini dilihat dari sudut pandang eksternal dapat terjadi karena adanya budaya sekitar yang hanya berorientasi pada hasil.

Selain hal tersebut, mengkonsusmsi media sosial secara berlebihan juga dapat membuat individu tidak fokus pada standar hidup pribadi, dan dapat terpengaruh oleh fenomena FoMo (fear of missing out) dengan hadirnya rasa khawatir karena harus melakukan hal yang banyak orang sedang ikuti di media sosial, hal ini menyebabkan individu merasa harus selalu mengikuti tren-tren yang beredar (Qurrota & Sokip, 2024).

Menumpuknya faktor penyebab dari internal dan eksternal dapat membuat individu terjebak dalam pusaran kesempurnaan dapat berujung pada munculnya perasaan tidak pernah merasa cukup atas apa yang sudah dicapai dan dimiliki. Hal ini disebabkan oleh adanya pola pikir dan keinginan untuk terus melakukan sesuatu yang menurutnya dapat mencapai titik kesempurnaan. Bukan titik kesempurnaan yang didapat melainkan ketidakpuasan pada diri, dan terus berusaha mencapai standar kesempurnaan yang sebenarnya kurang realistis

Standar hidup yang semula sudah ditetapkan, dapat berubah karena keinginan untuk melakukan sesuatu yang dinilai sebagai titik kesempurnaan, prinsip hidup yang semula kuat menjadi tergoyahkan karena terlalu mengkonsumsi informasi dan tren yang banyak orang ikuti. Perfection trap ini seolah membuat individu terus termotivasi untuk berkembang namun pada kenyataannya individu tersebut tidak benar-benar memahami standar hidup apa yang sebenarnya dibutuhkan dan ingin diterapkan pada kehidupannya.

Melihat besarnya dampak dari perfection trap yang muncul, upaya pencegahan dan penanganan menjadi poin utama agar individu dapat keluar dari pola pikir perfection trap yang dapat merugikan individu. Beberapa upaya yang dapat dilakukan ialah, seperti memilah informasi dalam bersosial media merupakan tindakan yang memiliki dampak baik, karena dapat melatih kontrol pada diri untuk tidak menerima begitu saja segala informasi yang tersedia.

Memilah informasi dan melatih kontrol diri berkaitan langsung dengan pembentukan standar hidup seorang individu. Hal ini terjadi karna individu akan dapat menentukan dan menetapkan standar hidup sesuai dengan kebutuhan secara realistis. Efek positif lainya yang ditimbulkan individu dapat merasa cukup atas apa yang telah dicapai dan dimiliki, dan tidak memiliki beban rasa untuk memenuhi standar yang tidak memiliki batas.

Untuk dapat keluar dari jebakan kesempurnaan ini tentu melalui proses yang tidak cepat, individu dapat belajar untuk mengurangi penggunaan media sosial yang berlebih dan mulai fokus pada pemahaman diri untuk dapat mengetahui standar hidup yang sebenarnya dibutuhkan. Penggunaan media sosial dengan kontrol diri dan filter informasi yang selektif dapat meminimalisir perfection trap dalam bermedia sosial.

Referensi:

Fauziyah, N., Silvin, S., & Ulfa, N. M. (2025). Dampak Media Sosial Terhadap Psychological Wellbeing Remaja. PANDALUNGAN : Jurnal Penelitian Pendidikan, Bimbingan, Konseling Dan Multikultural, 3(1), 89–100. https://doi.org/10.31537/pandalungan.v3i1.2232

Khairin, Nazmi Tutia, Rahmi Alwi, P. H. (2025). KEUTUHAN HARMONI RUMAH TANGGA PERSPEKTIF HADIS : MENGHINDARI STIGMA SOSIAL DI APLIKASI TIKTOK SEBAGAI Universitas Islam Negeri Sumatera Utara , Medan , Indonesia Abstrak. 19(1), 358–375.

Qurrota, A., & Sokip. (2024). Pendekatan Psychological Well-Being dalam Mengatasi Masalah Fearing of Missing Out (FoMO) Pada Fase Dewasa Awal. Journal of Social Science and Multidisciplinary Analysis, 1(3), 57–69.