ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 07 April 2023

 

Peran Humor dalam Pertemanan Remaja

 

Oleh:

 Bryan Aldianto & Flaviana Rinta Ferdian

Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

 

Pertemanan menjadi aspek penting pada tahap perkembangan remaja dibandingkan tahap perkembangan yang lain. Cambridgeshire & Peterborough (2019) menyebutkan bahwa perubahan besar pada aspek sosio-emosional pada diri remaja adalah, pada fase ini, individu akan membangun pertemanan yang lebih intim dari teman – teman di lingkungannya. Kartika (2014), juga menyebutkan bahwa pada fase ini remaja mulai hilang kelekatan dengan orang tuanya dan mulai lebih bergantung kepada teman dekatnya. Remaja akan lebih menyukai mengikuti teman sebayanya dalam hal berpakaian dan bertindak dibandingkan dengan orang tuanya.

 

Pertemanan juga memiliki manfaat yang penting bagi remaja. Menurut Santrock (2013), remaja merupakan masa individu melakukan eksplorasi dan pencarian jati diri sehingga dibutuhkan teman dekat untuk menjadi sumber dukungan sosialnya (Verger et al, 2009). Pertemanan sangat penting bagi remaja karena dengan adanya teman individu memiliki sosok yang dapat dipercaya, dapat membantu, diapresiasi, dapat bergantung, serta dapat diterima (Kertamuda, 2017). Remaja yang sukses membangun pertemanan yang intim akan meningkatkan harga diri, membuat individu merasa dihargai, serta memiliki kecenderungan yang lebih rendah mengalami kesepian (Santrock, 2013).

 

Namun, dalam hubungan pertemanan tidak selalu berjalan baik pasti ada rasa bosan, pertengkaran, salah paham, dan lainnya.  Saat kondisi tersebut, diperlukan suatu hal yang dapat mencairkan suasana agar pertemanan bisa lebih dekat kembali. Salah satu caranya adalah dengan lelucon atau humor. Remaja yang memiliki sense of humor yang tinggi akan mudah melontarkan lelucon dan humor. Dengan adanya sense of humor, akan memfasilitasi komunikasi secara positif antar teman, meredam konflik yang terjadi antar teman, serta meningkatkan kelekatan dalam pertemanan (Barelds & Dijkstra, 2010).

 

Remaja yang memiliki sense of humor yang tinggi dicirikan sebagai individu yang mudah membuat suasana yang sebetulnya sedih menjadi lebih positif. Remaja yang mempunyai sense of humor yang tinggi cenderung melihat suatu peristiwa melalui perspektif yang positif. Ketika menjalani masalah, remaja dengan sense of humor yang tinggi akan mencari suatu hal yang bisa dijadikan lelucon untuk menghibur dirinya sendiri. Kemudian, remaja akan lebih terbuka dan peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya karena semua kejadian yang terjadi disekitar pasti ada sisi positifnya. Dalam hubungan pertemanan, ketika terjadi suatu gejolak dalam hubungan pertemanan, remaja dengan sense of humor tinggi akan lebih kreatif untuk dapat membuat suasana menjadi lebih positif, tentu saja dengan humor – humor yang dimiliki (Smith, 2000; Snyder & Lopez, 2002).

 

Ketika terjadi pertikaian dalam hubungan pertemanan, remaja dengan sense of humor yang tinggi cenderung tidak langsung membalas amarah dengan amarah, namun mereka lebih mau menerima pendapat orang lain terlebih dahulu, kemudian barulah menyampaikan pendapatnya sendiri. Cara menyampaikan pendapatnya pun bisa dipelintir dengan humor – humor agar suasana tidak kaku dan tidak terjadi pertikaian kembali. Remaja dengan sense of humor yang tinggi lebih terbuka terhadap hal – hal disekitarnya, yang menyebabkan dirinya juga menjadi open minded dalam hubungan pertemanan dan tidak judgemental ketika mendengar cerita dari temannya (Antinovici, 2018).

 

Berbeda dengan remaja yang memiliki sense of humor yang rendah, dimana  hubungan pertemanan lebih dibangun berdasarkan pemikiran sudut pandang diri sendiri dan lebih egosentris. Ketika terjadi pertikaian, remaja cenderung terus menyampaikan pendapatnya dengan sudut pandang sendiri dan cenderung tidak menggunakan empati sehingga kedua belah pihak akan sulit mengalah. Hal tersebut berbahaya karena bisa lebih membuat pertengkaran yang lebih besar. Remaja juga kurang kreatif dalam membuat hubungan pertemanan menjadi lebih seru, berbeda dengan individu dengan sense of humor yang dapat kreatif mencari cara agar hubungan menjadi lebih positif.

 

Pertemanan menjadi aspek yang penting dan memiliki banyak manfaat untuk remaja. Oleh karena itu, baik untuk dapat menjaga pertemanan pada remaja. Salah satu caranya adalah dengan humor atau lelucon. Suatu hal yang sederhana, namun ternyata memiliki banyak manfaat.

 

Referensi:

 

Antinovici, L. (2018). Sense of Humor in Romantic Relationships and Friendships. In V. Manolachi, C.M. Rus, S. Rusnac (eds.), New Approaches in Social and Humanistic Sciences (pp. 37-55). Iasi, Romania: LUMEN Proceedings. https://doi.org/10.18662/lumproc.nashs2017.3 Flynn, H. K. (2018). Friendships in adoslescence. In Wiley, J., Sons (eds.), The blackwell encyclopedia of sociology (pp. 1-3).

Barelds, D. P. H., & Barelds-Dijkstra, P. (2010). Humor in intimate relationships: Ties among sense of humor, similarity in humor and relationship quality.International Journal of Humor Research, 23(4).

Cambridgeshire & Peterborough. (2019). The Effect of Abuse and Neglect on Child Development. Safeguarding Children Partnership Board. Published. https://www.safeguardingcambspeterborough.org.uk/wpcontent/uploads/2019/08/The-Effects-of-Abuse-and-Neglect-on-Child-Development.pdf

Kartika, H. (2014). Hubungan Antara Sense of Humor dan Intimate Friendship pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Brawijaya Malang.

Kertamuda, F. (2017). Understanding, Dependable, Socializing: The Meaning of Friendship among Adolescents in Jakarta. Research of Humanities and Social Sciences, 7(13), 36–40.

Santrock, J. W. (2013). Life-Span Development (14th ed.). New York: McGraw-Hill International.

Smith, W. J. (2000). Resolving conflict with humor in a diversity context. Journal of Managerial Psychology, 15(6), 606–625.

Snyder, C. R., & Lopez, S. J. (Eds.). (2002). Handbook of positive psychology. Oxford University Press.

Verger, P., Combes, J. B., Masfety, V. K., Choquet, M., Guagliardo, V., Rouillon, F., & Wattel, P. P. (2009). Psychological distress in first year university students: Socioeconomic and academic stressors, mastery and social support in young men and women. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, 44(8), 643–650. https://doi.org/10.1007/s00127-008-0486-y.