ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 07 April 2023

 

FOMO dan Generasi Z

 

Oleh:

Zulfiah Sumirna Zega

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

 

Awal bulan Maret 2023 Indonesia di hebohkan dengan kedatangan girlband asal Korea Selatan yaitu Blackpink. Girlband ini melaksanakan konser di Gelora Bung Karno tanggal 11-12 Maret 2023. Sehari setelah konser berakhir, ramai komentar di Twitter yang mengatakan bahwa banyak yang menonton konser karena sekedar terbawa euforia dan bukan penggemar sejati. Berkaitan dengan hal tersebut istilah FOMO kemudian digunakan dan  sempat menjadi trending topik di Twitter.

 

FOMO merupakan kepanjangan dari Fear of Missing Out, yaitu ketakutan yang dimiliki individu bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman yang lebih baik darinya dan adanya keinginan untuk terus terhubung dengan orang lain dalam jaringan sosial (Przybylski, et. al., 2013). FOMO juga dapat diartikan sebagai kecemasan yang terjadi karena tidak mengetahui pengalaman berharga yang ada dalam sebuah organisasi, pertemuan dan kejadian penting yang di bagikan di media sosial (Cambridge Dictionary dalam Tanhan, Özok, & Tayiz, 2022).

 

FOMO dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya: kesepian, kebutuhan afiliasi, rasa ingin tahu, kebutuhan untuk bersama dengan oranglain, rasa untuk berkompetisi, perubahan dalam budaya komunikasi, dan hasrat untuk mencapai perasaan yang tidak bisa didapatkan di kehidupan nyata serta adanya rasa tidak lengkap dalam diri individu (Krisnadi & Adhanandayani, 2022; Isnaini & Triyono, 2021; Tanhan, et.al., 2022).

 

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Seemiller dan Grace (2016 dalam Mohr & Mohr, 2016) bahwa Generasi yang kerap mengalami FOMO adalah Generasi Z. Hal ini dikarenakan tingginya konsumsi konten online dan adanya keterikatan yang kuat terhadap komunikasi online, sehingga membuat generasi ini memilih untuk tetap berpartisipasi dan terhubung melalui teknologi yang tersedia (PrakashYadav & Rai, 2017).

 

Kendati demikian, sayangnya individu pada Generasi Z mungkin sering tidak menyadari bahwa mereka sudah mengarah kepada FOMO dan bisa berakibat negatif bagi pribadi mereka. Dampak dari FOMO dapat berupa masalah identitias, self-image negatif, perasaan kurang terhadap diri sendiri, cemburu, tidak adanya kepedulian terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar, dan menurunnya psychological well-being (Strong, 2017; Akbar, et al., 2018; Savitri, 2019).

 

Bagaimana mengenali gejala-gejala FOMO?

 

Berikut beberapa gejala yang bisa diidentifikasi mengarah kepada  Fear of Missing Out (FOMO) yang dirangkum dari jurnal artikel yang didiparkan oleh Tanhan,et al. (2022), sehingga kita lebih mampu menyadari perilaku kita sendiri dalam bersosial media:

 

1.    Tidak dapat mengalihkan pandangan dari gawai ketika melintasi jalan, keramaian, atau bahkan ketika tidak ada sesuatu yang bisa di cek di media sosial.

2.    Individu kerap panik dan khawatir ketika gawai yang digunakan mati atau batre lemah karena ia tidak dapat mengikuti pemberitahuan dan perkembangan di media sosial. Sehingga, individu tidak jarang membawa charger untuk mengisi ulang gawai yang digunakan.

3.    Individu selalu mengikuti dan mengontrol media sosial dan secara konstan mengecek gawai atau komputer untuk tetap mengetahui sesuatu yang terjadi, mengikuti status oranglain, dan pesan yang diterima.

4.    Memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas menarik yang dilihat dari media sosial dan mengunjungi tempat tersebut untuk melihat lingkungan tempat kejadian itu terjadi.

5.    Individu biasanya akan menghabiskan waktu setidaknya 7 jam sehari di aplikasi media sosial, bahkan mengecek sosial media ketika hendak tidur atau saat bangun.

6.    Adanya perasaan tertinggal ketika tidak dapat mengejar ketertinggalan dengan berbagai pengalaman yang dimiliki orang lain di dunia maya.

7.    Dipengaruhi oleh pengalaman yang dibagikan oleh orang lain di media sosial. Sehingga individu terkadang menghabiskan uang untuk sesuatu yang mahal untuk bisa memiliki sesuatu yang sama dengan yang dimiliki atau dialami oleh orang lain, meskipun kesulitan untuk membayar hal tersebut.

Referensi:

 ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 07 April 2023

 

FOMO dan Generasi Z

 

Oleh:

Zulfiah Sumirna Zega

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

 

Awal bulan Maret 2023 Indonesia di hebohkan dengan kedatangan girlband asal Korea Selatan yaitu Blackpink. Girlband ini melaksanakan konser di Gelora Bung Karno tanggal 11-12 Maret 2023. Sehari setelah konser berakhir, ramai komentar di Twitter yang mengatakan bahwa banyak yang menonton konser karena sekedar terbawa euforia dan bukan penggemar sejati. Berkaitan dengan hal tersebut istilah FOMO kemudian digunakan dan  sempat menjadi trending topik di Twitter.

 

FOMO merupakan kepanjangan dari Fear of Missing Out, yaitu ketakutan yang dimiliki individu bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman yang lebih baik darinya dan adanya keinginan untuk terus terhubung dengan orang lain dalam jaringan sosial (Przybylski, et. al., 2013). FOMO juga dapat diartikan sebagai kecemasan yang terjadi karena tidak mengetahui pengalaman berharga yang ada dalam sebuah organisasi, pertemuan dan kejadian penting yang di bagikan di media sosial (Cambridge Dictionary dalam Tanhan, Özok, & Tayiz, 2022).

 

FOMO dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya: kesepian, kebutuhan afiliasi, rasa ingin tahu, kebutuhan untuk bersama dengan oranglain, rasa untuk berkompetisi, perubahan dalam budaya komunikasi, dan hasrat untuk mencapai perasaan yang tidak bisa didapatkan di kehidupan nyata serta adanya rasa tidak lengkap dalam diri individu (Krisnadi & Adhanandayani, 2022; Isnaini & Triyono, 2021; Tanhan, et.al., 2022).

 

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Seemiller dan Grace (2016 dalam Mohr & Mohr, 2016) bahwa Generasi yang kerap mengalami FOMO adalah Generasi Z. Hal ini dikarenakan tingginya konsumsi konten online dan adanya keterikatan yang kuat terhadap komunikasi online, sehingga membuat generasi ini memilih untuk tetap berpartisipasi dan terhubung melalui teknologi yang tersedia (PrakashYadav & Rai, 2017).

 

Kendati demikian, sayangnya individu pada Generasi Z mungkin sering tidak menyadari bahwa mereka sudah mengarah kepada FOMO dan bisa berakibat negatif bagi pribadi mereka. Dampak dari FOMO dapat berupa masalah identitias, self-image negatif, perasaan kurang terhadap diri sendiri, cemburu, tidak adanya kepedulian terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar, dan menurunnya psychological well-being (Strong, 2017; Akbar, et al., 2018; Savitri, 2019).

 

Bagaimana mengenali gejala-gejala FOMO?

 

Berikut beberapa gejala yang bisa diidentifikasi mengarah kepada  Fear of Missing Out (FOMO) yang dirangkum dari jurnal artikel yang didiparkan oleh Tanhan,et al. (2022), sehingga kita lebih mampu menyadari perilaku kita sendiri dalam bersosial media:

 

1.    Tidak dapat mengalihkan pandangan dari gawai ketika melintasi jalan, keramaian, atau bahkan ketika tidak ada sesuatu yang bisa di cek di media sosial.

2.    Individu kerap panik dan khawatir ketika gawai yang digunakan mati atau batre lemah karena ia tidak dapat mengikuti pemberitahuan dan perkembangan di media sosial. Sehingga, individu tidak jarang membawa charger untuk mengisi ulang gawai yang digunakan.

3.    Individu selalu mengikuti dan mengontrol media sosial dan secara konstan mengecek gawai atau komputer untuk tetap mengetahui sesuatu yang terjadi, mengikuti status oranglain, dan pesan yang diterima.

4.    Memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas menarik yang dilihat dari media sosial dan mengunjungi tempat tersebut untuk melihat lingkungan tempat kejadian itu terjadi.

5.    Individu biasanya akan menghabiskan waktu setidaknya 7 jam sehari di aplikasi media sosial, bahkan mengecek sosial media ketika hendak tidur atau saat bangun.

6.    Adanya perasaan tertinggal ketika tidak dapat mengejar ketertinggalan dengan berbagai pengalaman yang dimiliki orang lain di dunia maya.

7.    Dipengaruhi oleh pengalaman yang dibagikan oleh orang lain di media sosial. Sehingga individu terkadang menghabiskan uang untuk sesuatu yang mahal untuk bisa memiliki sesuatu yang sama dengan yang dimiliki atau dialami oleh orang lain, meskipun kesulitan untuk membayar hal tersebut.

Referensi:

 

Akbar, R. S., Aulya, A., & Sofia, L. (2018). Ketakutan Akan Kehilangan Momen (Fomo) Pada Remaja Kota Samarinda. Psikostudia: Jurnal Psikologi, 7 (2), 38-47.

Isnaini, L. A., & Triyono. (2021). Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi Dengan Fear of Missing Out (FoMO) Pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial Instagram. Anfusina: Journal Of Psycholog, 4 (1), 43-58. DOI: // dx.doi.org/10.24042/ ajp.v4i1.13210

Krisnadi, B., & Adhandayani, A. (2022). Kecanduan Media Sosial Pada Dewasa Awal: Apakah Dampak Dari Kesepian?. JCA Psikologi, 3 (1), 47-55.

Savitri, J. A. (2019). Impact of Fear of Missing Out on Psychological Well-Being Among Emerging Adulthood Aged Social Media Users. Psychological Research and Intervention, 2 (2), 65-72.

Strong, R. (2017, December 6). Social Media, FOMO and the Perfect Storm for the Quarter-Life Crisis. Huffpost. https://www.huffpost.com/entry/social-media-fomo-andthe_b_9880170

Tanhan Fuat, Özok, H. İ., & Tayiz, V. (2022). Fear of Missing Out (FoMO): A Current Review. Psikiyatride Güncel Yaklaşımlar-Current Approaches in Psychiatry, 14 (1), 74-85. DOI: 10.18863/pgy.942431

PrakashYadav, G., & Rai, J. (2017). The Generation Z and their Social Media Usage: A Review and a Research Outline. Global Journal of Enterprise Information System, 9(2), 110-116. DOI: 10.18311/gjeis/2017/15748

Przybylski , A. K., Muryama, K., Dehaan, C. R., & Gladwell, V. (2013). Motivational, Emotional, and Behavioral Correlates of Fear of Missing Out. Elsevier: Computers in Human Behavior, 29, 1841-1848. http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2013.02.014