ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 5 Mar 2022

Autisme Pada Perempuan: Diagnosis Dan Tantangan

 

Oleh:

Irma Safitri

Program Studi Psikologi, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

 

Kesulitan Diagnosis

Penyandang autisme pada laki-laki jumlahnya diperkirakan empat kali lipat dibandingkan perempuan. Namun kajian dan penelitian yang dilakukan dalam 10 tahun terakhir, menemukan adanya bias gender dalam diagnosis yang dilakukan selama ini. Kriteria diagnosis autisme terus berkembang, terakhir dalam DSM V dicirikan menjadi dua, yaitu : (1) hambatan dalam komunikasi sosial, (2) minat yang fiksasi dan perilaku berulang. Penelitian yang dilakukan Leedham (2020) menemukan beberapa perempuan yang baru terdiagnosis autis pada usia dewasa pertengahan dan dewasa akhir. Hal ini menunjukan bahwa diagnosis autis pada perempuan cenderung terlambat. 

Menurut Hull dan Mandy (2017) ada dua hipotesis yang menyebabkan keterlambatan diagnosis pada perempuan autis. Pertama, adanya female protective effect (FPE) yaitu kondisi yang bersifat genetik dari dalam diri perempuan, yang mengurangi berkembangnya karakteristik autis. Namun faktor genetik apa saja yang melindungi perempuan dari berkembangnya autisme masih perlu diteliti. Hipotesis kedua, yaitu female autism phenotype (FAP) yaitu perempuan autis mengekspresikan autisme mereka dengan cara yang tidak ada pada kriteria diagnosis. Beberapa penelitian menunjukan adanya karakteristik pada perempuan autis yang berbeda dengan karakteristik pada laki-laki autis. 

 

Hull et al (2020) menyebutkan karakteristik pada perempuan autis. Pertama, perempuan autis lebih memungkinkan untuk mengembangkan efek kamuflase, yaitu upaya secara sadar atau bawah sadar yang dipelajari yang bertujuan untuk mengurangi karakteristik autistik dalam lingkungan sosial. Seorang perempuan autis dapat menutupi karakteristik autisme mereka ketika berhadapan dengan lingkungan sosial, sehingga memungkinkan mereka untuk berinteraksi sesuai norma sosial. Sedangkan pada laki-laki autis hal tersebut membutuhkan proses pembelajaran yang tidak mudah. Hal ini juga menjelaskan bahwa perempuan autis yang memiliki inteligensi yang rendah lebih mudah untuk dideteksi dibandingkan perempuan autis yang memiliki inteligensi yang tinggi. 

 

Karakteristik kedua, laki-laki autis lebih memiliki problem eksternal, seperti hiperaktif, impulsive, agresif, dan kesulitan konsentrasi. Sedangkan perempuan autis lebih memiliki problem internal, seperti gangguan emosional, gangguan makan, kecemasan, dan depresi. Hal ini menyebabkan diagnosis autisme pada laki-laki lebih mudah dibandingkan perempuan, bahkan seringkali terjadi kesalahan dalam diagnosis autisme pada perempuan. Diagnosis yang sering diberikan adalah gangguan kesehatan mental, namun dibalik itu semua kondisi autis adalah diagnosis yang sebenarnya. 

 

 

Tantangan pada perempuan autis

Penelitian Hull,et al (2020) juga menemukan bahwa seorang perempuan autis memiiki motivasi interaksi sosial yang lebih tinggi dibanding laki-laki, tetapi sulit untuk mempertahankan persahabatan dan sulit menghadapi konflik sosial. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi perempuan autis karena mereka memiliki keinginan untuk berinteraksi sosial namun tidak memiliki banyak kemampuan dalam menghadapi berbagai situasi sosial. Karena hal tersebut, mereka seringkali menjadi korban bullying, karena dianggap kaku, aneh dan kemungkinan tidak bisa melawan.

 

Perempuan autis memerlukan dukungan yang sama besarnya dengan laki-laki autis. Namun, ketidaktahuan, kesulitan dan keterlambatan diagnosis pada perempuan menjadi tantangan terbesar. Ketersediaan dan kejelasan informasi mengenai kriteria dan diagnosis autis pada perempuan agaknya harus dimiliki pada orang-orang terdekat seperti orang tua, pendidik dan profesional. Semakin cepat terdeteksi semakin cepat membantu mereka menghadapi kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya.  

 

 

Referensi:

 

Hull, L., K.V. Petrides., William Mandy (2020). The Female Autism Phenotype and Camouflaging : A Narrative Review. Journal of Autism and Developmental Disorders 7:306-317. DOI : 10.1007/s40489-020-00197-9

 

Hull, L., William Mandy (2017). Protective Effect or Missed Diagnosis? Female with Autism Spectrum Disorders. Future Neurology 12(3) 159-169. ISSN 1479-608

 

Leedham, A., Andrew R Thompson., Richard Smith., Megan Freeth (2019). ‘I was exhausted trying to figure it out’ : The experiences of female receiving an autism diagnosis in middle to late adulthood. SagePub Journal, vol 24(1)135-146. DOI : 10.1177/1362361319853442