ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 2 Jan 2022
Fenomena Media Sosial, Netizen Indonesia Dan Bandwagon Effect
Oleh:
Dewi Syukriah
Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Media sosial semakin menjadi kebutuhan setiap orang di dunia ini, mulai dari orang tua hingga anak kecil memiliki akun media sosial. Banyak jenis media sosial yang ada di lingkungan kita, seperti Facebook, Twitter. Instagram, TikTok, Line, WhatsApp, Youtube, Snapchat, dll. Setiap media sosial memiliki segmennya masing-masing, akan tetapi tetap saja, fungsi utama dari media sosial ini adalah menghubungkan berbagai macam orang dari berbagai belahan dunia dalam satu media platform.
Di dalam media sosial, dengan mudahnya seseorang dapat terkoneksi dengan teman-temannya atau bahkan dengan orang yang tidak dikenalnya di seluruh Indonesia atau bahkan di seluruh dunia. Hanya dengan mengetik atau mengunduh sesuatu, dalam hitungan detik, informasi tersebut tersebar ke semua teman yang ada di media sosial orang tersebut. Karena mudahnya akses untuk melihat atau dilihat oleh orang lain, banyak orang yang mulai menggunakan media sosial sebagai wadah untuk menunjukkan siapa dirinya, apa aktivitasnya, apa pekerjaannya, apa yang sedang dirasakannya, memamerkan kemesraan dengan pasangannya, curhat, melakukan prank atau bahkan menjelek-jelekkan orang lain yang dikenalnya atau tidak dikenalnya.
Media sosial juga seperti pisau bermata dua, di satu sisi sangat membantu orang untuk terhubung dengan orang lainnya dan juga bisa sebagai wadah untuk mencurahkan apa yang dirasakannya. Namun di sisi lain, media sosial juga dapat membuat orang lain menghujat, memuji, mengasihani, menghakimi, berkomentar positif ataupun negatif terhadap kita. Perkembangan teknologi dan informasi tak selamanya memberikan manfaat positif. Alih-alih mengagungkan kebebasan berekspresi dan mengeluarkan pendapat, para penghuni media sosial,dapat dengan bebasnya melontarkan komentar-komentar miring bernada cemooh. Tak jarang, semua cemoohan itu berujung di meja peradilan
Orang-orang yang mengunduh sesuatu ke media internet dan orang-orang yang merespon sesuatu dalam media internet disebut juga dengan netizen. Dikutip dari Wikipedia, pengertian netizen adalah berasal dari kata bahasa Inggris “Internet dan warga negara”, seperti dalam "warga negara internet" atau "warga negara net". Ini menggambarkan seseorang yang secara aktif terlibat dalam komunitas online atau Internet secara umum.
Netizen di Indonesia atau lebih populernya disebut dengan netizen +62 atau warganet adalah netizen yang cukup aktif di media sosial. Namun keaktifan netizen Indonesia cenderung tidak diimbangi dengan adab dalam berkomunikasi dalam media sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Pakar Budaya dan Komunikasi Digital, Firman Kurniawan yang mengatakan dan menilai bahwa kehidupan netizen bermedia sosial di Indonesia mengerikan. Hal ini disebut karena banyaknya praktik yang merugikan pengguna seperti doxing hingga scamming jika seorang tidak setuju dengan pendapat tertentu di media sosial. Hal tersebut selaras dengan survey yang dilakukan oleh Microsoft pada 32 negara di dunia, termasuk di Indonesia. Ia menilai kegiatan bermedia sosial di Indonesia kerap diwarnai dengan keberadaban yang buruk. Dengan intensnya masyarakat Indonesia menggunakan media sosial, hasil survey tersebut menjadi tolak ukur yang tidak terpisahkan dengan realitas masyarakat Indonesia pada saat ini (www.cnnindonesia.com).
Banyak contoh kasus yang terjadi akibat ketidakberadaban netizen Indonesia dalam berkomunikasi di media internet. Seperti misalnya yang baru-baru ini terjadi kasus Dayana, Microsoft, Dewa Kipas dan GothamChess, All England, Dr. Lee dan Kartika Putri, kasus para youtuber yang terkena bully para netizen, artis-artis yang di bully oleh netizen, dll. Tentu tidak semua netizen Indonesia tidak mempunyai adab dalam berkomunikasi di media sosial, namun kecenderungannya banyak pula yang cenderung tidak beradab dalam berkomunikasi di media sosial. Sehingga Microsoft pun mengeluarkan hasil riset yang mengukur tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang 2020. Hasilnya, Indonesia berada di urutan ke-29 dari 32 negara yang disurvei. Dengan hasil tersebut, Indonesia menjadi negara dengan tingkat kesopanan yang paling rendah di Asia Tenggara. Di atas Indonesia, Vietnam berdiri pada peringkat ke-24. Sementara Thailand menempati peringkat ke-19 dan Filipina berada di peringkat ke-13. Sementara Singapura dan Malaysia disebut sebagai negara teladan di Asia Tenggara dengan masing masing berada pada peringkat ke-4 dan ke-2 (www.cnnindonesia.com).
Ketika seorang netizen berkomentar terhadap sesuatu di media sosial, dan kemudian hal ini dilakukan juga oleh netizen yang lain dan terus berulang ke netizen lainnya, maka hal ini dapat disebut dengan fenomena bandwagon effect. Menurut Bischoff & Egbert (2013) bandwagon effect adalah kecenderungan individu untuk memperoleh gaya, perilaku, atau sikap tertentu karena semua orang melakukannya. Ini adalah fenomena di mana tingkat penyerapan keyakinan, ide, mode, dan tren meningkat sehubungan dengan proporsi orang lain yang telah melakukannya. Karena semakin banyak orang yang percaya pada sesuatu, yang lain juga "ikut-ikutan" terlepas dari bukti yang mendasarinya.
Menurut Fu & Sim (2011) Bandwagon effect adalah ketika seseorang dipengaruhi oleh kecenderungan umum untuk mengikuti kelompok mayoritas dalam suatu jaringan dikarenakan mayoritas ini mungkin menandakan sesuatu yang baik, yang artinya hal tersebut tentu akan baik juga untuk diri sendiri. Senada pula dengan yang diungkapkan oleh Schmitt (2015) bahwa Bandwagon effect mengacu pada kecenderungan orang yang mengadopsi perilaku, gaya atau sikap tertentu karena semua orang melakukannya, sehingga semakin banyak orang yang mengadopsi tren tertentu, maka semakin besar pula kemungkinan orang lain untuk ikut-ikutan.
Bandwagon effect adalah fenomena yang sering terjadi di dunia maya. Ketika ada kelompok atau oknum tertentu yang menyatakan suatu pendapat dengan teori-teori yang dianggap benar oleh mereka, sehingga mengakibatkan orang lain yang menerima informasi tersebut cenderung untuk ikut-ikutan dalam membagikan berita tersebut tanpa mengecek terlebih dahulu mengenai fakta yang sebenarnya. Di era pandemi sekarang ini pun banyak terjadi kasus-kasus bandwagon effect, dimana netizen dengan cepat membagikan informasi-informasi dalam berbagai platform media. Terkadang, tanpa dibaca dan ditelaah, seorang individu bisa dengan cepat membagi informasi tersebut melalui WhatsApp, Tiktok, Instagram, Facebook, dll, dengan tambahan-tambahan informasi yang salah dan juga komentar-komentar yang negatif sehingga dapat memicu perselisihan di dunia maya. Fenomena bandwagon effect tidak akan menjadi hal yang negatif jika netizen Indonesia dapat lebih teliti lagi dalam menelaah suatu informasi dan mencari sumber ataupun fakta sesungguhnya dari suatu berita.
Media sosial dan netizen adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Netizen berhak untuk memberikan pendapat ataupun opini. Walaupun harus diakui bahwa netizen Indonesia masih butuh edukasi mengenai pentingnya bijak dan bertanggung jawab dalam berinternet, setiap pendapat atau opini semustinya disampaikan dengan cara yang beradab. Penerapan etika dalam menggunakan internet harus dilakukan oleh setiap pengguna internet di Indonesia.Sehingga jika etika dijaga dengan baik, Indonesia akan lepas dari negara dengan tingkat kesopanan terendah di jagad internet. Indonesia terkenal dengan keramah tamahannya, jangan sampai hal positif ini ternoda karena perilaku yang tidak beradab dalam berkomunikasi di media sosial. Gunakanlah media sosial dengan baik dan bjikasana, jangan mudah terpancing untuk mengikuti gaya, perilaku ataupun bahasa dari kelompok tertentu. Jangan sampai komentar kita menyakiti hati orang lain sehingga berujung pada pelaporan ke pihak berwajib ataupun perasaan dendam.
Referensi :
Bischoff, I., & Egbert, H. (2013). Social information and bandwagon behavior in voting: An economic experiment. Journal of Economic Psychology, 34, 270–28.
Fu, W. W. and Sim, C. C. (2011). Aggregate bandwagon effect on online videos' viewership: Value uncertainty, popularity cues, and heuristics Journal of the American Society for Information Science and Technology.
Firman Kurniawan. (2021, Maret 2). kehidupan netizen bermedia sosial di Indonesia. diakses dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210301122720-185-612166/pakar-respons-microsoft-netizen-indonesia-mengerikan.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210226140821-192-611309/sebut-netizen-ri-paling-tidak-sopan-akun-microsoft-diserangoft-netizen-indonesia-mengerikan (diakses pada 14 Juli 2021).
https://en.wikipedia.org/ Bandwagon Effect (diakses pada 14 Juli 2021).
Schmitt‐Beck R. (2015). Bandwagon effect. The International Encyclopedia of Political Communication.1-5. doi:10.1002/9781118541555.wbiepc015.