ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 1 Jan 2022
Etnomedisin:
Pengobatan Tradisional yang Masih Kurang Dikenal
Oleh
Muhammad Rafif Tasnim
Universitas Pendidikan Indonesia
Indonesia merupakan wilayah dengan kekayaan biodiversitas terbesar kedua di dunia, termasuk di dalamnya beragam jenis tumbuhan obat-obatan. Tercatat terdapat lebih dari 25.000 spesies tumbuhan yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari tumbuhan hias hingga tumbuhan obat-obatan. Hingga hari ini, tidak bisa dipungkiri bahwa hampir seluruh masyarakat Indonesia mampu memanfaatkan sumber daya nabati, terkhusus untuk tumbuhan obat-obatan yang digunakan untuk menjaga kesehatannya. Hal tersebut disebabkan oleh masyarakat Indonesia yang selalu mewariskan pengetahuannya mengenai pemanfaatan tumbuhan obat kepada anak cucunya. Hal tersebut juga diperkuat oleh penjelasan oleh Fabricant dan Famsworth (2001) bahwa lebih dari 80% pemanfaatan obat yang beredar di industri farmasi diadaptasi dari pengetahuan lokal.
Pemanfaatan tumbuhan untuk menjaga kesehatan sendiri sudah lama dilakukan di Indonesia.Pemanfaatan tumbuhan obat untuk menjaga kesehatan ini disebut sebagai ilmu etnomedisin. Etnomedisin secara etimologi berasal dari kata ethno (etnis) dan medicine (obat). Etnomedisin sendiri merupakan cabang antropologi medis yang membahas tentang asal mula penyakit, sebab, dan cara pengobatannya menurut kelompok masyarakat tertentu. Secara ilmiah bisa dikatakan juga bahwa etnomedisin merupakan persepsi dan konsepsi masyarakat lokal dalam memahami kesehatan atau studi yang mempelajari sistem medis etnis tradisional. (Bhasin 2007; Daval 2009)
Pengetahuan mengenai etnomedisin sendiri pada dasarnya diperlukan untuk memahami budaya kesehatan dari sudut pandang masyarakat, terutama sistem medis yang telah menjadi tradisi masyarakat secara turun temurun. Menurut kerangka etnomedisin, penyakit disebabkan oleh dua macam sistem medis, yaitu:
1. Sistem Medis Personalistik
Sistem medis personalistik adalah suatu sistem di mana penyakit disebabkan oleh intervensi dari suatu gen aktif, seperti makhluk supranatural (seperti makhluk gaib atau dewa), makhluk bukan manusia (seperti hantu atau roh), maupun makhluk manusia (seperti tukang sihir atau tukang tenung).
2. Sistem Medis Naturalistik
Sistem medis naturalistik adalah suatu sistem di mana penyakit disebabkan oleh hal-hal sistemik yang bukan pribadi. Sistem naturalistik ini mengakui adanya suatu model keseimbangan dalam tubuh seperti panas, dingin, dan cairan tubuh yang apabila keseimbangan ini terganggu, maka penyakit akan timbul setelahnya.
Faktor penyebab penyakit yang berbeda, juga akhirnya membuat pengobatan penyakitnya berbeda. Pada dasarnya penyakit yang disebabkan oleh faktor personalistik biasa disembuhkan oleh pengobatan yang bersifat ritual dan magis. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh faktor naturalistik biasa disembuhkan oleh obat-obatan yang bisa berasal dari hewan (animal medicine) atau tumbuhan (herbal medicine).
Animal medicine atau obat-obatan yang berasal dari hewan sendiri juga dibagi dalam dua jenis, yaitu (1) Pengobatan dengan memanfaatkan bagian tubuh hewan, seperti mengambil empedu kobra, penis kuda, cula badak, fetus kijang, dan sebagainya. (2) Pengobatan dengan memanfaatkan aktivitas atau hasil produksi hewan, seperti menggunakan susu, madu, telur, lintah untuk menyedot darah, sengatan lebah, dan sebagainya.
Herbal medicine atau obat-obatan yang berasal dari tumbuhan juga biasanya digolongkan dalam beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Tumbuhan obat yang diambil daunnya
2. Tumbuhan obat yang diambil batangnya
3. Tumbuhan obat yang diambil buah atau umbinya
4. Tumbuhan obat yang diambil bijinya
5. Tumbuhan obat yang diambil akarnya
6. Tumbuhan obat yang diambil kulit atau batangnya
7. Tumbuhan obat yang diambil getahnya
Obat-obatan yang berasal dari tumbuhan ini juga biasanya diolah sedemikian rupa sehingga bisa bermanfaat sebagai obat dengan lebih efektif, jenis-jenis pengolahan tumbuhan untuk pengobatan tradisional antara lain:
1. Obat berbentuk cair yang berasal dari tumbuhan yang dicacah, direbus, serta diremas. Teknik pengolahan ini biasanya menghasilkan ramuan berbentuk cair/air.
2. Obat berbentuk padat yang berasal dari tumbuhan yang dilumatkan, ditumbuk, serta dirematkan. Teknik pengolahan ini biasanya menghasilkan ramuan berbentuk bubuk/serbuk.
3. Obat berbentuk gas yang berasal dari tumbuhan yang dicacah atau direbus. Berbeda dengan obat berbentuk cair, walau teknik pengolahannya sama-sama dicecah/direbus, namun pada teknik ini biasanya ramuan yang akan digunakan adalah aroma dari pengolahan yang dihirup dan biasanya berfokus pada pengobatan penyakit dalam.
Obat-obatan yang berasal dari hewan atau tumbuhan ini sendiri juga pada dasarnya memberikan manfaat yang mungkin bisa dikatakan tidak diberikan oleh obat-obatan non-tradisional. Beberapa manfaat dari obat tradisional, antara lain:
1. Obat tradisional hampir tidak menimbulkan efek samping. Hal ini sangat berbeda dengan obat-obatan non-tradisional yang biasanya akan memberikan efek samping negatif jika digunakan dalam jangka waktu panjang.
2. Pengobatan menggunakan obat-obatan tradisional juga terbilang lebih mudah dilakukan karena biasanya bahan-bahannya lebih mudah didapatkan.
3. Beberapa kalangan juga menganggap bahwa pengobatan tradisional lebih aman dibandingkan obat non-tradisional berdasarkan pengalaman leluhur dan orang-orang yang telah menggunakan pengobatan itu.
4. Pengobatan tradisional saat ini juga telah dibentuk dalam pil atau kapsul yang pada akhirnya pengobatan ini sama praktisnya dengan pengobatan non-tradisional.
Walau demikian, hingga hari ini bisa dikatakan bahwa belum seluruh masyarakat Indonesia mampu memahami etnomedisin secara keseluruhan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, penggunaan obat-obatan tradisional juga hingga saat ini masih didominasi oleh mereka yang berada di daerah dengan tingkat kepercayaan akan pengalaman leluhur yang tinggi. Walaupun pada akhirnya penggunaan obat, baik tradisional maupun non-tradisional, kembali pada pilihan personal, namun diharapkan setidaknya masyarakat Indonesia bisa memahami bahwa obat-obatan tradisional juga sama bermanfaatnya dengan obat-obatan non-tradisional
Referensi:
Fabricant, D.S., & Farnsworth, N.R. (2001). The Value of Plant Used Medicine for Drug Discovery. Enviromental Health Perspective, 109(1), 69-75.
Bhasin, V. (2007). Medical Anthropology: A Review. Ethno.Med., 1(1), 1-20.
Daval, N. (2009). Consevation and Cultivation of Ethnomedicinal Plants in Jharkhand. in: Trivedi, P.C. Medicinal Plants Utilisation and Conservation. Aavishkar Publishers Distributor, Jaipur. India, 130-136.
Suparni, I., & Kinoysan. (2012). Herbal Nusantara: 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia. Rapha Publishing.
Wulandari, T. (2018). Wulandari, T. (2018). Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin Dan Tumbuhan Obat Di Desa Pagar Dalam, Pelita Jaya, Tanjung Raya Dan Ulok Manek Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Universitas Islam Negerti Raden Intan Lampung.