ISSN 2477-1686  

 Vol. 11 No. 34 Mei 2025

Bystander Effect dalam Kehidupan Sehari-hari: Mengapa Kita Cenderung Diam Saat Orang Lain Membutuhkan Bantuan? 

Oleh:

Kamelia Yusuf, Amanda Dwi Juliana, Najwa Carendra Felati Putri

Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana 

Pendahuluan

Bayangkan kita berjalan di trotoar yang ramai dan melihat seseorang terjatuh. Banyak orang menyaksikan, tapi tak ada yang bergerak membantu. Kita pun ragu haruskah menolong atau menunggu orang lain bertindak? Pikiran seperti "Pasti ada yang akan membantu" melintas, hingga akhirnya kita juga ikut berlalu. Fenomena ini tidak hanya terjadi di jalanan. Kita sering melihat komentar kasar di media sosial, tetapi tidak ada yang membela korban. Atau di tempat kerja, seseorang diperlakukan tidak adil, tetapi rekan-rekannya memilih diam. Mengapa hal ini terjadi? Sebuah studi menunjukkan bahwa dalam situasi darurat, individu yang sendirian lebih mungkin menolong dibandingkan ketika berada di tengah banyak orang (Darley & Latané, 1968). Fenomena ini disebut sebagai bystandar effect.

Apa Itu Bystander Effect?

Bystander effect adalah fenomena dimana semakin banyak orang yang hadir dalam suatu situasi darurat, semakin kecil kemungkinan seseorang akan memberikan bantuan. Sarwono dan Meinarno (dalam Tyastiari et al., 2017) menjelaskan bahwa kehadiran banyak orang justru menciptakan difusi tanggung jawab, yang membuat individu merasa kurang berkewajiban untuk bertindak. 

Hortensius & Gelder (2018) menuliskan, bahwa fenomena ini pertama kali diteliti oleh John Darley dan Bibb Latané pada tahun 1968. Dalam eksperimen mereka, ditemukan bahwa ketika seseorang sendirian dalam situasi darurat, mereka cenderung segera bertindak. Namun, ketika ada lima orang atau lebih di tempat kejadian, hanya 62% yang akhirnya membantu. Semakin banyak saksi yang hadir, semakin kecil kemungkinan seseorang akan mengambil tindakan. 

Bystander Effect dalam Kehidupan Sehari-hari

Menurut Nurhalizah (2019), bystander effect adalah suatu kondisi di mana seseorang cenderung menjadi pengamat pasif dalam situasi darurat tanpa memberikan bantuan. Fenomena ini terjadi karena individu merasa bahwa tanggung jawab untuk menolong tersebar di antara banyak orang, sehingga mereka berasumsi bahwa orang lain akan mengambil tindakan terlebih dahulu. Semakin banyak orang yang hadir dalam suatu kejadian, semakin kecil kemungkinan individu akan mengambil inisiatif untuk memberikan pertolongan.

Berdasarkan contoh kasus dan definisi yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa bystander effect berkontribusi terhadap perilaku sosial yang kurang peduli atau apatis. Dalam situasi ini, seseorang cenderung kurang menunjukkan perilaku prososial sebagai akibat dari berbagai faktor psikologis. Sarwono (dalam Nurhalizah, 2019) menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator yang membentuk bystander effect, yaitu difusi tanggung jawab, ketidakpastian situasi, serta kecenderungan individu untuk mengikuti reaksi orang lain di sekitarnya. Seseorang yang kurang memiliki sikap prososial cenderung menolong orang lain hanya jika terdapat motivasi tertentu, yang seringkali berkaitan dengan bagaimana mereka ingin dipersepsikan oleh orang lain.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana faktor sosial dapat memengaruhi keputusan kita untuk bertindak atau diam saja. 

Contoh Kasus Bystander Effect

Dalam artikel yang ditulis oleh Kulkarni, Kharde & Kale (2020) ada beberapa contoh studi kasus mengenai bystander effect salah satunya kasus pembunuhan Khaseen Morris, seorang siswa berusia 16 tahun tewas di Nassau Country, New York, dalam perkelahian kekerasan. Pada malam yang sama saat dilarikan ke rumah sakit, Khaseen Morris meninggal dunia akibat luka fatal setelah ditikam berkali kali pada bagian dada. Morris  diserang oleh sekumpulan remaja saat ia memasuki kawasan tersebut, Morris sedang bersama mantan pacar salah satu penyerang, Tyler Flach. Teman dekat Morris juga diserang dan dipukuli dengan keras oleh kumpulan anak laki-laki ketika ia mencoba membantu Morris. Sekitar 50 hingga 70 orang yang menyaksikan dan melihat perkelahian ini, namun tidak ada yang datang untuk memberi bantuan dan menyelamatkan Morris. Justru, banyak yang mengambil video untuk media sosial dan video pembunuhan Morris menjadi viral di sosial media. Tidak ada yang mengulurkan tangan untuk membantu remaja berusia 16 tahun itu, para pengamat mendokumentasikan seluruh insiden daripada mencegahnya terjadi.

Mengapa Kita Cenderung Diam?  

Banyak penelitian telah meneliti alasan di balik bystander effect. Tinjauan oleh Latané dan Nida (1981), Fischer et al. (2011), serta Ross dan Nisbett (2011) terdapat tiga proses psikologis yang dapat menghambat seseorang dalam memberikan pertolongan ketika berada di tengah orang lain. Pertama, penyebaran tanggung jawab, yaitu ketika individu merasa bahwa tanggung jawab untuk menolong terbagi dengan orang-orang di sekitarnya, sehingga ia merasa kurang terdorong untuk bertindak. Kedua, pengaruh sosial, yang terjadi ketika seseorang melihat reaksi orang lain sebelum memutuskan untuk menolong jika orang lain tidak bertindak, ia juga cenderung tidak ikut campur. Ketiga, kecemasan terhadap evaluasi (evaluation apprehension), yaitu ketika seseorang takut dinilai negatif oleh orang lain jika mereka salah menafsirkan situasi dan ternyata bantuan tidak diperlukan. Dari ketiga faktor tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam situasi dengan banyak bystander, individu lebih cenderung pasif karena menganggap orang lain akan mengambil tindakan atau mengasumsikan korban baik-baik saja. Sebaliknya, ketika hanya ada sedikit bystander, individu lebih terdorong untuk segera memberikan pertolongan yang diperlukan. 

Dampak Positif Bystander Effect 

Fahmi (2017) menyatakan meskipun bystander effect sering dikaitkan dengan sikap pasif, beberapa penelitian menunjukkan bahwa fenomena ini juga bisa memiliki sisi positif, seperti: 

Public self-awareness – Ketika seseorang merasa sedang diperhatikan oleh banyak orang, mereka lebih terdorong untuk menolong agar tidak terlihat buruk di mata publik. 

Kesamaan identitas sosial – Orang lebih cenderung membantu jika mereka merasa memiliki kesamaan dengan korban atau saksi lainnya.

Kesimpulan

Bystander effect adalah fenomena psikologi sosial di mana individu cenderung tidak memberikan bantuan dalam situasi darurat ketika ada banyak saksi di sekitarnya. Hal ini terjadi karena difusi tanggung jawab, ketidakpastian situasi, dan norma sosial yang membuat seseorang menunggu reaksi orang lain sebelum bertindak.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di dunia nyata, seperti dalam kasus kecelakaan atau perundungan, tetapi juga di lingkungan digital, dimana banyak orang memilih diam saat menyaksikan ketidakadilan di media sosial. Namun, faktor seperti kesadaran sosial, empati, dan identitas kelompok dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk bertindak.

Meskipun sering dikaitkan dengan sikap pasif, bystander effect juga memiliki sisi positif, seperti meningkatkan kesadaran publik dan memotivasi individu untuk lebih responsif di lain waktu. Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi fenomena ini, masyarakat dapat lebih proaktif dalam membantu sesama dan mengurangi dampak negatif bystander effect dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi:

Darley, J. M., & Latané, B. (1968). Bystander intervention in emergencies: Diffusion of responsibility. Journal of Personality and Social Psychology, 8(4), 377–383. 

Fahmi, A. B. (2017). Non-empiris dari mengabaikan ke menolong: Tinjauan studi bystander-effect. Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris, 3(1), 43–52. 

Fischer, P., Greitemeyer, T., Pollozek, F., & Frey, D. (2006). The unresponsive bystander: Are bystanders more responsive in dangerous emergencies? European Journal of Social Psychology, 36 (2), 267–278. 

Fischer, P., Krueger, J. I., Greitemeyer, T., Vogrincic, C., Kastenmüller, A., Frey, D., Moritz, H., Wicher, M., & Kainbacher, M. (2011). The bystander-effect: A meta-analytic review on bystander intervention in dangerous and non-dangerous emergencies. Psychological Bulletin, 137(4), 517–537. 

Hortensius, R., & de Gelder, B. (2018). From empathy to apathy: The bystander effect revisited. Current Directions in Psychological Science, 27(4), 249–256. https://doi.org/10.1177/0963721417749653 

Kulkarni, B., Kharde, M., & Kale, V. (2020). A case study on correlation between assertiveness and bystander effect. International Journal of Indian Psychology, 8(2), 435–442. 

Nurhalizah. (2019). Hubungan antara bystander effect dengan perilaku prososial pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Medan Area (Skripsi). Fakultas Psikologi, Universitas Medan Area.