ISSN 2477-1686  

 Vol. 11 No. 32 April 2025

 

Potensi Penelitian Psikologi Musik di Indonesia

 Oleh:

Christ Billy Aryanto

Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

 

Pengantar

Setiap saya berkenalan dengan orang baru dan memberitahu bahwa saya peneliti psikologi musik, saya hampir selalu mendapatkan dua pertanyaan berikut: Apa itu psikologi musik? Lalu apa bedanya dengan musik terapi? Bidang psikologi musik sebenarnya sudah mulai dikenal semenjak pertengahan abad 19 ketika Herman von Helmholtz melakukan penelitian mengenai kemampuan seseorang dalam mempersepsikan nada (Thaut, 2016). Setelah itu muncul tokoh-tokoh di awal abad 20 yang mempelajari bagaimana manusia mempersepsikan musik seperti Carl Stumpf yang menulis buku berjudul The Origins of Music tahun 1911 dan Carl Emil Seashore, penulis buku Psychology of Music pada tahun 1938. Bahkan Carl Seashore disebut sebagai “Bapak Psikologi Musik” karena dikatakan sebagai orang pertama yang menggunakan istiliah Music Psychology pada tahun 1897 (Yao & Wu, 2023). Di Indonesia sendiri, Prof. Djohan dari UGM menulis buku berjudul “Psikologi Musik” untuk memperkenalkan kepada masyarakat Indonesia tentang psikologi musik. Pada tulisan kali ini, saya akan memberikan pengantar tentang apa itu psikologi musik dan bagaimana bidang psikologi musik dapat dikembangkan di Indonesia.

Mengenal Psikologi Musik

Sejauh pengetahuan penulis sampai saat ini, belum ada satu definisi yang benar-benar disepakati mengenai apa itu psikologi musik. Tan dan kawan-kawan (2010) menjelaskan bahwa ilmu psikologi musik bertujuan untuk menjelaskan dan memahami tingkah laku dan pengalaman musikal seseorang ketika musik dipersepsikan, diciptakan, direspon, dan digabungkan dalam kehidupan sehari-hari. Psikologi musik merupakan bidang ilmu multidisiplin dan interdisiplin yang di dalamnya terdapat berbagai topik, misalnya musik dan perkembangan manusia, emosi, kognisi, inteligensi, pendidikan, dan terapi (Djohan, 2009). Dalam buku The Oxford Handbook of Music Psychology (Hallam et al., 2016), topik yang dibahas dalam bidang psikologi musik lebih beragam seperti persepsi musik, respon individu pada musik, otak dan musik, perkembangan musik, kemampuan musikal, penampilan musik, komposisi dan improvisasi, serta musik dalam kehidupan sehari-hari.

Pembahasan mengenai psikologi musik dalam konteks kesehatan dan kesejahteraan hidup biasanya membedakan antara terapi musik (music therapy) dan musik pengobatan (music medicine). Terapi musik adalah penggunaan intervensi musik secara klinis dan berbasis ilmiah untuk mencapai tujuan individual dalam sebuah terapi oleh seorang profesional berlisensi yang telah menyelesaikan program terapi musik yang sudah berlisensi (American Music Therapy Association, 2005). Sedangkan musik pengobatan merupakan penggunaan rekaman musik untuk meningkatkan kesehatan individu dan digunakan dalam perawatan medis (Trondalen & Bonde, 2012). Perbedaan terbesar dari terapi musik dan musik pengobatan adalah adanya terapis musik profesional berlisensi untuk melakukan terapi musik, sedangkan musik pengobatan dapat dilakukan oleh non-terapis musik di mana musik yang diperdengarkan dapat memberikan dampak terapeutik kepada pendengarnya. Posisi psikologi musik sendiri biasanya memayungi terapi musik dan musik pengobatan dengan mencari tahu landasan ilmiah dari praktek yang dilakukan, seperti melakukan penelitian empiris untuk mengetahui dampak musik tertentu pada kesehatan dan kesejahteraan hidup seseorang.

Psikologi Musik Indonesia

Menyatakan penelitian Indonesia dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh orang Indonesia atau peneliti asing yang meneliti tentang Indonesia. Penelitian bertajuk psikologi musik di Indonesia dapat dikatakan masih cukup terbatas dan dilakukan dengan sporadis. Penulis pribadi melakukan penelitian mengenai hubungan musik dan well-being (Aryanto, 2014, 2017; Arjadi et al, 2021), serta musik dan kemampuan kognitif (Anggraita et al., 2021; Aryanto, 2024; Aryanto & Megananda, 2019; Aryanto & Aditama, 2019). Pencarian singkat yang penulis lakukan menemukan penelitian lain bertajuk kesejahteraan hidup musisi (Sundari & Putri, 2022), musik untuk lansia (Nevriana et al., 2013), music performance anxiety atau demam panggung (Athari et al., 2024), musik dan budaya (Shaleha, 2019), dan cukup banyak penelitian mengenai terapi musik baik yang dilakukan oleh peneliti dengan latar belakang musik (Ardani et al., 2023) maupun kebidanan (Rahayu, 2020). Diketahui juga terdapat peneliti bukan berkebangsaan Indonesia yang berminat meneliti tentang musik indonesia, misal musik gamelan jawa (Gibbs et al, 2023; Gibbs & Schiavio, 2025). Hasil-hasil penelitian psikologi musik yang dilakukan di Indonesia ini menunjukkan bahwa adanya animo dari para ilmuwan untuk melakukan penelitian di bidang psikologi musik di Indonesia.

Agar memiliki wadah bagi orang-orang yang tertarik pada bidang psikologi musik, penulis dan Lestika Madina Hasibuan membentuk suatu komunitas bernama Psikologi Musik Indonesia. Komunitas yang saat ini sudah beranggotakan sekitar 200 orang dengan lebih dari 900 pengikut di Instagram (https://www.instagram.com/psikologimusikindonesia/, 25 Maret 2025). Komunitas ini diikuti oleh orang-orang dari berbagai macam latar belakang, seperti musisi, guru musik, komposer, musikolog, etnomusikolog, bahkan sekedar pecinta musik yang ingin mengetahui dampak musik dalam kehidupan manusia. Adanya keinginan orang-orang untuk mencari tahu apa itu psikologi musik menunjukkan besarnya potensi untuk mencari tahu lebih lanjut apa hubungan antara musik dan tingkah laku manusia.

Masa Depan Psikologi Musik di Indonesia

lagu Koes Plus berjudul “Kolam Susu”, salah satu baitnya tertulis “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”. Menurut penulis, bagian ini tidak hanya menggambarkan betapa kayanya sumber daya alam di Indonesia, namun juga betapa besarnya potensi Indonesia untuk dijadikan tempat untuk melakukan penelitian. Indonesia adalah lahan basah untuk melakukan riset apapun, termasuk dalam bidang psikologi musik. Pernyataan ini didukung oleh Meinarno (2023, 2024) yang mengutip Koentjaraningrat bahwa Indonesia adalah salah satu laboratorium sosial terbesar untuk melakukan penelitian psikologi. Berkembangnya penelitian akan lebih memungkinkan bila dilakukan kolaborasi antar peneliti dari berbagai bidang, baik dari bidang psikologi, musikologi, dan etnomusikologi, maupun bidang ilmu pasti seperti fisika dan neuropsikologi untuk misalnya mengeksplorasi bagaimana gelombang suara diproses oleh otak saat mendengarkan musik atau bermain alat musik. Masa depan psikologi musik di Indonesia akan semakin cerah bila banyak ilmuwan saling berkolaborasi dalam mengembangkan bidang ilmu psikologi musik.

Referensi:

American Music Therapy Association (2005). AMTA Official Definition of Music Therapy. https://www.musictherapy.org/about/musictherapy/

Anggraita, A. D., Claudia, C., Pilartomo, R. A., Suwandi, S., Budiarso, S., & Aryanto, C. B. (2021). Effect of low-fidelity music (lo-fi) on reading comprehension in indonesian college students at jabodetabek. Jurnal Ilmiah Psikologi MIND SET12(01), 10-20.

Ardani, Y., Putranto, R., Yunir, E., Koesnoe, S., Muhadi, Shatri, H., Mansyur, M., Oliviera, I., Anggono, R. F., & Putri, K. (2023). Effects of virtual music therapy on Burnout Syndrome in health workers in Tertiary Hospitals. Indonesia Journal of Biomedical Science17(1), 7–12. https://doi.org/10.15562/ijbs.v17i1.437

Arjadi, R., Aryanto, C. B., & Arieputri, V. (2021). Prediktor Kualitas Hidup pada Musisi. MANASA10(1), 65-74.

Aryanto, C. B., & Aditama, S. B. (2019). Benarkah musik klasik bertempo lambat mengganggu pemahaman bacaan mahasiswa. Jurnal Ilmu Perilaku3(2), 72.

Aryanto, C. B., & Hartono, S. S. B. (2014). Perbandingan subjective well-being musisi dan non-musisi. Jurnal Ilmiah Psikologi MIND SET6(01), 1-13.

Aryanto, C. B., & Megananda, R. (2019). Pengaruh musik dengan tempo cepat & lambat terhadap atensi mahasiswa. MANASA8(2), 52-61.

Aryanto, C. B. (2017). Indonesian musicians’ music engagement and subjective well-being. In The 6th Asian Psychological Association Convention (pp. 177-183).

Athari, J.R., Musawwir, M., & Minarni, M. (2024). Gambaran music performance anxiety pada musisi dewasa awal di kota makassar. Jurnal Psikologi Karakter, 4(2), 521-526.

Djohan (2009). Psikologi musik (edisi ketiga). Yogyakarta: Best Publishers.

Gibbs, H. J., Czepiel, A., & Egermann, H. (2023). Physiological synchrony and shared flow state in Javanese gamelan: positively associated while improvising, but not for traditional performance. Frontiers in Psychology14, 1214505.

Gibbs, H. J., & Schiavio, A. (2025). Flowing between gongs: Mixed-methods insights into shared flow and temporal distortion in music performance. PloS one20(2), e0302769.

Hallam, S., Cross, I., & Thaut, M. (Eds.). (2016). The Oxford handbook of music psychology (2nd ed.). Oxford University Press.

Meinarno, E.A. (2023). Perkembangan Psikologi di Indonesia. Buletin KPIN, 9(1). https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1197-perkembangan-psikologi-di-indonesia

Meinarno, E.A. (2024). Catatan Editorial: Mengapa Ada Pojok Pabrik Ide?. Buletin KPIN, 10(16). https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1594-catatan-editorial-mengapa-ada-pojok-pabrik-ide

Nevriana, A., Riono, P., Rahardjo, T. B. W., & Kusumadjati, A. (2013). Lifetime musical activities and cognitive function of the elderly. Kesmas7(7), 304-308.

Rahayu, D. E. (2020). Efektifitas Terapi Musik Terhadap Pencegahan Postpartum Blues Pada Ibu Primipara. Journal for Quality in Women’s Health3(2), 253–257. https://doi.org/10.30994/jqwh.v3i2.95

Seashore, C. E. (1938). The Psychology of Music. Music Educators Journal, 24(6), 20-21. https://doi.org/10.2307/3385268 (Original work published 1938)

Shaleha, R. R. A. (2019). Do re mi: Psikologi, musik, dan budaya. Buletin Psikologi27(1), 43-51.

Sundari, O. E., & Putri, K. K. . (2022). The Impacts of COVID-19 Pandemic to the Welfare of Indonesian Musicians. Humaniora13(2), 153-164. https://doi.org/10.21512/humaniora.v13i2.7848

Stumpf, C. (2012). The origins of music. (D. Trippett, Trans.). Oxford University Press; European Society for the Cognitive Sciences of Music. https://doi.org/10.1093/acprof:oso/9780199695737.001.0001

Tan, S.-L., Pfordresher, P., & Harré, R. (2010). Psychology of music: From sound to significance. Psychology Press.

Thaut, M. (2016). History and research. In S. Hallam, I. Cross, & M. Thaut (Eds.), The Oxford handbook of music psychology (2nd ed.) (pp. 893-904). Oxford University Press.

Trondalen, G., & Bonde, L. O. (2012). Music Therapy: Models and Interventions. In Music, Health and Wellbeing (pp. 40-61). Oxford University Press.‏

Yao, B., & Wu, L. (2023). Analysis of the History and Situation of Music Psychology Research. Frontiers in Humanities and Social Sciences3(2), 35-38. https://doi.org/10.54691/fhss.v3i2.3869