ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 28 Februari 2025
You Only Need One
Oleh:
Shanty Sudarji1, Eko A Meinarno2
Program Studi Psikologi, Universitas Bunda Mulia1
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia2
You Only Need One (YONO) menjadi trending topic dan viral di awal tahun 2025 ini, tren ini nampaknya mulai menggeser pandangan mengenai YOLO (You Only Live Once) terutama di kalangan Generasi Z (Azizah, 2025; Mulyana, 2025; Putri, 2025). Kemunculan konsep YONO sebelumnya diikuti dengan maraknya topik mengenai No-Buy Challenge dan Frugal Living yang bertujuan memutus mata rantai gaya hidup konsumerisme dan pembelian produk secara impulsif, pembelian barang branded untuk kebutuhan flexing, atau pembelian produk yang dilakukan karena tekanan sosial (Becker, 2025; Bologna, 2025). Ketiganya memiliki beberapa kesamaan, yaitu menekankan pada gaya hidup sederhana, minimalis, tidak boros, melakukan pembelian secara selektif dan tidak konsumtif (Azizah, 2025; Seftian, 2025). Singkatnya, fokus utama dari prinsip YONO mengedepankan fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar yang esensial, bukan hanya pemenuhan keinginan yang bersifat sementara (PPIM, 2025; Seftian, 2025).
Pandangan mengenai prinsip YONO muncul salah satunya sebagai tanggapan atas krisis global yang melanda saat ini, mulai dari ketidakpastian ekonomi, ketidakseimbangan ekosistem akibat dari pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh perilaku konsumtif, dan isu sosial lainnya (Azizah, 2025; PPIM, 2025; Seftian, 2025). Prinsip YONO diprediksi mampu membawa perubahan gaya hidup ke arah yang lebih baik dan memberikan dampak positif bagi individu maupun bagi lingkungan.
Gaya hidup sederhana yang tercermin dalam prinsip YONO sebenarnya sudah banyak dikenalkan dengan berbagai konsep, salah satunya diinisiasi oleh Marie Kondo yang viral dengan metode KonMari sejak tahun 2016, metode ini menekankan pada gaya hidup minimalis, rapi, dan selektif hanya menyimpan barang yang diperlukan saja. Dampaknya ternyata cukup signifikan, yaitu dapat mendatangkan lebih banyak rasa bahagia, lebih produktif, teratur, dan secara tidak langsung mengajarkan penerapan skala prioritas (Desideria, 2019; Her World Indonesia, 2024).
Di Indonesia, prinsip YONO mirip dengan konsep yang diangkat oleh Presiden Sukarno di tahun 1957. Ia mengajukan program Gerakan Hidup Baru. Adapun bentuk usahanya adalah hidup sederhana, gerakan kebersihan/kesehatan, pemberantasan buta huruf, membangkitkan dan mengembangkan gotong-royong, melancarkan jawatan dan perusahaan negara, gerakan pembangunan rohani, dan membangkitkan kewaspadaan nasional (Sukarno, 1957). Ia mencontohkan tingkah laku dari gerakan ini misalnya dengan tidak membuang puntung rokok sembarangan. Berangkat dari pemikiran ini, maka YONO mestinya tidak memiliki pertentangan dengan cara berpikir orang Indonesia. Sebaliknya, Gerakan Hidup Baru dari Sukarno malah mendapat kemasan baru yang lebih nyata (karena konsep yang lama adalah berupa pidato kenegaraan), dan kekinian dilengkapi dengan bukti atau setidaknya asumsi yang lebih nyata.
YONO secara Psikologis
Fakta menariknya, prinsip YONO ini tidak sebatas pada gaya hidup sederhana, hemat dan minimalis saja, namun secara lebih luas dapat diaplikasikan ke aspek hidup lainnya seperti pengambilan keputusan yang efektif dan efisien, penerapan mindful dalam keseharian, fokus pada hal yang dapat dikendalikan, tujuan hidup yang lebih jelas dan bermakna (Azizah, 2025; Bologna, 2025; PPIM, 2025; Seftian, 2025; Wijayanti, 2025). Secara psikologis, penerapan gaya hidup sederhana dalam prinsip YONO jika diterapkan dengan tepat dapat memberikan beberapa dampak positif. Salah satunya adalah menguatkan rasa otonomi (autonomy) dalam diri karena dapat bertanggung jawab serta mampu mengendalikan dorongan konsumsi yang berlebihan sehingga terhindar dari gaya hidup konsumtif (Ryan & Deci, 2000). Individu yang menerapkan gaya hidup sederhana juga diprediksi lebih puas dengan hidupnya karena tidak bergantung pada kepemilikan materi sebagai sumber kebahagiaan dan lebih mungkin terhindar dari stres yang berlebihan yang diakibatkan dari rasa tertekan untuk mengikuti standar konsumsi sosial (Kasser, 2002). Selain itu, Schwartz (Schwartz, 2004) mengemukakan bahwa individu yang mengadopsi gaya hidup sederhana dapat mengurangi beban kognitif dan meminimalkan potensi overthinking dalam pengambilan keputusan, mengurangi pilihan dalam hidup memungkinkan individu untuk lebih puas dan lebih bahagia atas pilihannya.
Mari Ber-YONO
Prinsip YONO tampak sederhana, namun penerapannya mungkin tidak mudah dan apabila dilakukan hanya karena mengikuti tren semata maka dapat berpotensi menimbulkan stres, apalagi jika dilakukan secara ekstrem (Becker, 2025; Bologna, 2025; Rudiansyah & Tashandra, 2025). Dengan demikian, berikut beberapa tips yang dapat diterapkan sebelum dan saat menjadikan YONO sebagai gaya hidup:
- Pahami terlebih dahulu apa itu gaya hidup YONO. Suatu hal atau konsep yang kita pahami dengan baik tentunya akan lebih mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Fokus pada tujuan. Penting untuk menelesik apa yang menjadi tujuan utama saat menerapkan gaya hidup menggunakan prinsip YONO, dengan mengetahui dan menyadari tujuannya, kita dapat lebih fokus dan tidak mudah terbawa arus mengikuti tren yang viral tanpa tujuan yang jelas (Becker, 2025; Bologna, 2025). Misalnya, dengan menerapkan prinsip YONO, kita ingin menabung lebih banyak dan hidup lebih sehat, maka alih-alih setiap hari membeli kopi yang sedang ngetren lebih baik uangnya ditabung atau beralih ke makanan yang lebih sehat dan berkualitas.
- Lakukan secara bertahap dan konsisten, mulai dari hal kecil yang kemudian dapat menjadi suatu kebiasaan yang berdampak positif setiap hari (Azizah, 2025; Bologna, 2025; Wijayanti, 2025).
- Tetapkan skala prioritas. Skala prioritas membantu kita dalam menentukan rencana ke depan, dengan mengetahui hal apa yang menjadi prioritas dapat membantu kita fokus pada pemenuhan kebutuhan yang penting terlebih dahulu sehingga terhindar dari konsumerisme yang berlebihan (Becker, 2025; Bologna, 2025).
- Terapkan mindfulness dalam aktivitas harian. Mindfulness membantu kita dalam melakukan aktivitas dengan kesadaran penuh dan menghargai setiap hal dan waktu yang kita miliki. Singkatnya, dengan hidup penuh kesadaran, kita dapat terhindar dari perilaku impulsif, dapat hidup lebih teratur, dapat lebih produktif, hidup juga menjadi lebih seimbang dan bermakna (Becker, 2025; Bologna, 2025; Lantiva, 2025; Rudiansyah & Tashandra, 2025; Seftian, 2025; Wijayanti, 2025)
Referensi
Azizah, U. N. (2025, January 17). Selamat Tinggal YOLO! Kini YONO Jadi Tren Gaya Hidup 2025 Para Gen Z . Https://Www.Detik.Com/Jateng/Berita/d-7736994/Selamat-Tinggal-Yolo-Kini-Yono-Jadi-Tren-Gaya-Hidup-2025-Para-Gen-z.
Becker, J. (2025). The Ultimate Guide To A No-Buy Year.
Bologna, C. (2025, January 28). No-Buy 2025? If You Actually Want To Cut Your Spending, Here’s The Right Way To Do It.
Desideria, B. (2019, February 8). 5 Manfaat Psikologis Merapikan Rumah ala Marie Kondo.
Her World Indonesia. (2024, April 17). Kenali Konmari: Gaya Hidup Minimalis ala Marie Kondo.
Kasser, T. (2002). The High Price of Materialism. MIT Press.
Lantiva, M. C. (2025, January 9). Gaya Hidup YOLO dan YONO, Bisakah Seimbang?
Mulyana, A. (2025, January 21). Arti Tren YONO yang Viral di Kalangan Gen Z, Pengganti YOLO?
PPIM, U. J. (2025, January 23). Dari YOLO Menuju YONO: Gaya Hidup Sadar Lingkungan untuk Masa Depan Berkelanjutan.
Putri, N. K. (2025, January 14). Apa Itu Tren YONO, Tren Viral yang Disebut Gantikan Tren YOLO. Https://Www.Liputan6.Com/Regional/Read/5881104/Apa-Itu-Tren-Yono-Tren-Viral-Yang-Disebut-Gantikan-Tren-Yolo.
Rudiansyah, R. R. J., & Tashandra, N. (2025, January 10). Gaya Hidup YONO Lagi Tren, Apa Tantangan untuk Menerapkannya? .
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Self-determination theory and the facilitation of intrinsic motivation, social development, and well-being. . American Psychologist, 55(1), 68–78.
Schwartz, B. (2004). The Paradox of Choice: Why More Is Less. Harper Perennial.
Seftian, K. (2025, January 13). Apa Itu YONO? Tren Hidup Gen Z yang Viral di Media Sosial. 2025.
Sukarno. (1957). Satu tahun ketentuan. Pidato HUT Proklamasi 17 Agustus 1957. Dalam Di Bawah Bendera Revolusi. Yayasan Bung Karno. Jakarta.
Wijayanti, E. (2025, January 21). 7 Sikap agar Hidup Lebih Tenang dengan Prinsip YONO.
