ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 23 Desember 2024

 

Bentuk Aktualisasi diri bagi para pengguna Media Sosial

Oleh:

Rizaldhi Putra, Tjistriana, & Laila Meiliyandrie Indah Wardani

Fakultas Psikologi, Universitas Mercubuana 

Media Sosial dan Penghargaan Diri

Salah satu hal penting dari media sosial adalah bagaimana platform ini membuat pengguna merasa dihargai, baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Penghargaan di media sosial sering terlihat dari jumlah "like", komentar positif, dan banyaknya pengikut. Ketika seseorang mendapat banyak interaksi positif, ia merasa lebih dihargai dan diakui, yang bisa meningkatkan rasa percaya diri dan kepuasan hidup.

Dalam teori Maslow, penghargaan diri dan pengakuan dari orang lain adalah kebutuhan penting yang harus dipenuhi sebelum seseorang dapat mencapai aktualisasi diri. Penghargaan ini dapat mendorong seseorang untuk merasa berharga dan meningkatkan kualitas hubungannya dengan lingkungan sosial. Namun, penting adanya keseimbangan antara penghargaan diri dan ketergantungan pada pengakuan dari luar. Ketika seseorang terlalu bergantung pada validasi dari orang lain, mereka mungkin tidak benar-benar mencapai kepuasan.

Salah satu media sosial yang banyak digunakan yaitu Instagram. Setiawan dan Audie (2020) menjelaskan bahwa Instagram adalah platform media sosial yang memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto, membuat feed, membagikan Instastory, menerapkan filter pada gambar, serta memiliki fitur "like" dan "followers" yang dapat memengaruhi cara seseorang menampilkan dirinya. Pengguna seringkali merasa harus menampilkan citra tertentu untuk mendapatkan pengakuan, yang pada akhirnya memengaruhi cara mereka memandang diri sendiri dan orang lain.

Aktualisasi Diri bagi Pengguna Media Sosial
Setelah kebutuhan akan penghargaan terpenuhi, individu akan mulai mengejar aktualisasi diri. Maslow mendefinisikan aktualisasi diri sebagai pencapaian potensi penuh seseorang, yang mencakup kreativitas, kebebasan, dan pencarian makna hidup. Di era digital, banyak pengguna menggunakan platform ini sebagai sarana untuk mengekspresikan diri, berbagi ide, dan mencari rasa puas. (Gopinath, 2020) pernah menjelaskan bahwa motivasi untuk mencapai aktualisasi diri akan tercipta ketika kondisi psikologis individu berada dalam keadaan baik.

Meskipun media sosial dapat menjadi alat untuk aktualisasi diri, ada risiko ketika individu terlalu fokus pada citra yang ingin mereka tampilkan dan pengakuan dari orang lain. Maslow (1991) menekankan bahwa aktualisasi diri tidak hanya bermanfaat bagi individu secara pribadi tetapi juga perlu memperhatikan aspek psikologis dan sosial. Namun, di era digital saat ini, banyak pengguna terjebak dalam perbandingan sosial dan persaingan, yang justru dapat mengganggu proses pertumbuhan dan keseimbangan mental mereka.

Tantangan Aktualisasi Diri di Era Digital
Media sosial memang menawarkan banyak peluang untuk mengeksplorasi diri, mengekspresikan kreativitas, dan mengejar penghargaan. Ini adalah bagian dari proses aktualisasi diri, di mana individu terus berkembang dan mencari makna dalam hidup mereka. Dengan memanfaatkan media sosial secara bijak, pengguna dapat mengekspresikan diri secara autentik dan membangun hubungan bermakna dengan orang lain.

Namun, tantangan terbesar dalam mencapai aktualisasi diri di media sosial adalah ketergantungan pada validasi dan tekanan untuk selalu tampil sempurna. Ketika pengguna terlalu fokus pada citra diri yang mereka bangun atau terobsesi dengan jumlah "like" dan pengikut, proses pertumbuhan pribadi bisa terhambat. Hal ini dapat mengurangi kepuasan dan bahkan menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan rendahnya harga diri.

Selain itu, muncul fenomena "fear of missing out" (FOMO), ketakutan yang muncul ketika seseorang merasa tertinggal atau kehilangan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan sosial atau pengalaman yang dialami orang lain (Przybylski, 2013). Akibatnya, pengguna sering kali merasa terbebani untuk terus tampil dan memamerkan kesuksesan atau kebahagiaan, meskipun itu tidak mencerminkan keadaan mereka yang sebenarnya. Situasi ini berpotensi membuat pengguna merasa terasing dari diri mereka sendiri dan sulit mencapai pertumbuhan pribadi yang autentik.

Penutup


Aktualisasi diri adalah proses penting dalam perkembangan pribadi, dan media sosial menyediakan platform yang unik untuk mendukung proses ini. Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Maslow, pengguna media sosial dapat memenuhi kebutuhan sosial dan penghargaan mereka melalui interaksi di dunia maya, yang pada akhirnya membantu mereka menuju pencapaian aktualisasi diri. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah menjaga keseimbangan antara validasi dan fokus pada pengembangan diri yang autentik. Bagi individu yang mampu menggunakan media sosial dengan bijak, platform ini dapat menjadi sarana untuk mengeksplorasi potensi dan mencapai pemenuhan pribadi.

Referensi:

Andarwati, I. (2016). Citra Diri Ditinjau dari Intensitas Pengguna Media Jejaring Sosial Instagram pada Siswa Kelas XI SMAN 9 Yogyakarta. E-Jurnal Bimbingan dan Konseling, 3(1), 1-12. 

Feist, J., & Feist, G. J. (2017). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika. 

Gopinath, R. (2020). Assessment of demographic characteristics and self-actualization dimensions of academic leaders in Tamil Nadu Universities: An Empirical Study. Asian Journal of Engineering and Applied Technology, 9(2), 1–7.

Maslow, A.H. (1991). Critique of Self-Actualization Theory. The Journal of humanistic education and development, 29, 103-108.

Przybylski, A. K., Murayama, K., DeHaan, C. R., & Gladwell, V. (2013). Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out. Computers in Human Behavior, 29(4), 1841-1848

 

Setiawan, T., & Audie, N. (2020). Media sosial Instagram Sebagai Presentasi Diri Mahasiswi Pendidikan Sosiologi Untirta. Community: Pengawas Dinamika Sosial, 6(1), 10. https://doi.org/10.35308/jcpds.v6i1.1792