ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 23 Desember 2024
Low Maintenance Friendship: Menelisik Pola Pertemanan di Masa Dewasa
Oleh:
Nisrina Qonita Alhusna
Fakultas Ilmu Pendidikan, Program Studi Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia
Memasuki fase dewasa, individu mengalami perubahan signifikan dalam cara mereka membangun dan memelihara hubungan pertemanan (Wrzus et al., 2017). Di masa anak-anak dan remaja, pertemanan biasanya terbentuk melalui interaksi sehari-hari, seperti di sekolah atau lingkungan sekitar, sehingga kedekatan emosional dapat berkembang dengan cepat (Degene & Lebaux, 2005). Namun, di fase dewasa, individu menghadapi lebih banyak tugas dan tanggung jawab, sehingga proses pertemanan menjadi lebih kompleks (Wrzus et al., 2017).
Penelitian menunjukkan, kualitas pertemanan di masa dewasa cenderung meningkat seiring bertambahnya usia dan jumlah teman dekat biasanya menurun (Luong et al., 2012). Hal ini disebabkan oleh perubahan dinamika sosial dan kebutuhan individu yang lebih fokus pada hubungan yang bermakna dan mendalam (Demir & Weitekamp, 2007). Dalam konteks ini, pertemanan di masa dewasa sering disebut Low Maintenance Friendship, yang menggambarkan hubungan persahabatan yang tidak memerlukan banyak usaha atau perhatian untuk dipertahankan.
Artikel ini akan menelaah bagaimana individu dewasa membangun dan mempertahankan pertemanan dengan konsep ini melalui sudut pandang psikologis. Adzana (2024) mengidentifikasi enam aspek dalam Low Maintenance Friendship, yaitu:
- Intensitas komunikasi yang rendah.
- Topik pembicaraan yang cenderung bersifat personal.
- Tindakan dalam merespons kendala komunikasi, baik secara verbal maupun non-verbal.
- Kebiasaan dalam komunikasi jarak jauh.
- Keterlibatan dalam hubungan pertemanan.
- Penerapan aturan dalam hubungan pertemanan.
Masa dewasa menghadirkan berbagai tantangan hidup, termasuk tekanan karir, tanggung jawab keluarga, dan masalah kesehatan. Faktor-faktor ini memengaruhi dinamika pertemanan (Holt-Lunstad et al., 2010), termasuk intensitas komunikasi. Dalam konteks ini, intensitas komunikasi pertemanan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan masa anak-anak dan remaja. Studi oleh Langheit et al. (2022) menunjukkan bahwa di masa dewasa, kualitas interaksi menjadi lebih penting daripada kuantitas. Pertemanan di masa ini lebih mengedepankan komunikasi yang mendalam meskipun frekuensinya rendah, daripada interaksi yang sering tetapi dangkal. Selain itu, individu dewasa cenderung memilih hubungan yang menawarkan dukungan sosial dan pemahaman terhadap kesulitan yang mereka alami (Holt-Lunstad et al., 2010). Mereka berusaha membangun hubungan pertemanan yang memberikan validasi serta kedekatan emosional (Fehr, 1996; Wrzus et al., 2017).
Aspek lain pada Low Maintenance Friendship adalah kebiasaan dalam hubungan jarak jauh. Pertemanan di masa dewasa saat ini menjadi lebih mudah dengan perkembangan teknologi yang pesat. Sebuah studi menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan secara rutin melalui pesan teks dan media sosial dapat memperkuat hubungan persahabatan, meskipun tidak selalu bisa menggantikan interaksi tatap muka (Pollmann, Norman, & Crockett, 2021). Serupa dengan itu, Lutijen dan Nieboer et al. (2022) menemukan bahwa media sosial dapat meningkatkan frekuensi interaksi dalam hubungan pertemanan.
Selanjutnya, keterlibatan individu dalam hubungan pertemanan juga menjadi faktor penting dalam Low Maintenance Friendship. Mehl et al., (2010) mengemukakan bahwa ketika individu terlibat dalam percakapan dan aktivitas yang bermakna, hal ini menghasilkan ikatan yang lebih kuat dan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dalam hubungan tersebut. Keterlibatan yang tinggi dapat dilihat melalui emotional investment dan frequent communication, keduanya secara signifikan memengaruhi kepuasan dalam pertemanan dan meningkatkan kesejahteraan individu yang terlibat (Reis & Shaver, 1988).
Terakhir, penerapan aturan juga berperan penting dalam sebuah pertemanan di masa dewasa. Oswald et al. (2004) mengidentifikasi bahwa pertemanan yang menetapkan ekspektasi pemeliharaan hubungan sangat terkait dengan kepuasaan dalam pertemanan. Di sisi lain, Wagner et al. (2014) menyoroti pentingnya aturan emosional dalam pertemanan. Mereka menemukan bahwa teman yang saling mendukung secara emosional dan menerapkan aturan tentang berbagi perasaan cenderung memiliki ikatan yang lebih kuat dan lebih memuaskan.
Meskipun secara keseluruhan Low Maintenance Friendship ini memiliki banyak dampak positif, dalam praktiknya, jenis pertemanan ini bisa membuat individu merasa terasing dan kehilangan momen-momen berharga. Hal ini dapat memengaruhi kualitas hubungan dan berdampak negatif pada kehidupan mereka (Weatherhead, 2024). Secara keseluruhan, pemahaman mengenai Low Maintenance Friendship menunjukkan kompleksitas dinamika hubungan sosial di masa dewasa. Penting bagi individu untuk belajar membangun dan mempertahankan pertemanan yang bermakna, agar tidak hanya mampu menciptakan hubungan yang bertahan, tetapi juga mendukung kesejahteraan emosional dan mental mereka masing-masing (Pezirkianidis et al., 2023).
Referensi:
Adzana, A. M. S. (2024). Perilaku komunikasi low maintenance friendship dalam hubungan persahabatan jarak jauh melalui whatsapp (studi fenomenologi pada mahasiswa pengikut akun x collegemenfess). Skripsi thesis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Holt-Lunstad, J., Smith, T. B., & Layton, J. B. (2010). Social relationships and mortality risk: a meta-analytic review. PLoS medicine, 7(7), e1000316. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1000316
Langheit, S., & Poulin, F. (2022). Developmental changes in best friendship quality during emerging adulthood. Journal of Social and Personal Relationships, 39(11), 3373–3393. https://doi.org/10.1177/02654075221097993
Luong, G., Charles, S. T., & Fingerman, K. L. (2011). Better with age: social relationships across adulthood. Journal of social and personal relationships, 28(1), 9–23. https://doi.org/10.1177/0265407510391362
Luijten, C. C., van de Bongardt, D., & Nieboer, A. P. (2022). The roles of social media use and friendship quality in adolescents' internalizing problems and well-being. Journal of happiness studies, 23(7), 3161–3178. https://doi.org/10.1007/s10902-022-00539-w
Mehl, M. R., Vazire, S., Holleran, S. E., & Clark, C. S. (2010). Eavesdropping on happiness: Well-being is related to having less small talk and more substantive conversations. Psychological Science, 21(4), 539–541.
Pezirkianidis, C., Galanaki, E., Raftopoulou, G., Moraitou, D., & Stalikas, A. (2023). Adult friendship and wellbeing: A systematic review with practical implications. Frontiers in psychology, 14, 1059057. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2023.1059057
Pollmann, M. M., Norman, T. J., & Crockett, E. E. (2021). A daily-diary study on the effects of face-to-face communication, texting, and their interplay on understanding and relationship satisfaction. Computers in Human Behavior Reports, 3, 100088. https://doi.org/10.1016/j.chbr.2021.100088
Reis, H. T., & Shaver, P. (1988). Intimacy as an interpersonal process. In S. Duck, D. F. Hay, S. E. Hobfoll, W. Ickes, & B. M. Montgomery (Eds.), Handbook of personal relationships: Theory, research and interventions (pp. 367–389). John Wiley & Sons.
Wagner, U., Galli, L., Schott, B. H., Wold, A., van der Schalk, J., Manstead, A. S., Scherer, K., & Walter, H. (2015). Beautiful friendship: Social sharing of emotions improves subjective feelings and activates the neural reward circuitry. Social cognitive and affective neuroscience, 10(6), 801–808. https://doi.org/10.1093/scan/nsu121
Weatherhead, E. (2024). What are low maintenance friendships and are they good or bad? KMA Therapy. https://www.kmatherapy.com/blog/what-are-low-maintenance-friendships-good-or-bad
Wrzus, C., Zimmermann, J., Mund, M., & Neyer, F. J. (2016). Friendships in young and middle adulthood. In Oxford University Press eBooks (pp. 21–38). https://doi.org/10.1093/acprof:oso/9780190222024.003.0002
Holt-L