ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 23 Desember 2024

Kenapa di Psikologi Harus Belajar Statistika?

 Oleh:

Fauzan Rifaldi, Winda Widiawati, Dwi Rachma Pebriana, & Chandra Yudistira Purnama

 Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi

 

Statistika sering dianggap sebagai mata kuliah yang "tidak ramah, menakutkan, membosankan dan tidak bermanfaat" bagi mahasiswa psikologi (Ulpah, 2009). Tidak sedikit mahasiswa beranggapan bahwa kuliah di jurusan psikologi tidak akan bertemu hitung-hitungan, karena dianggapnya semua adalah hafalan. Banyak yang merasa takut dengan angka dan rumus yang rumit dan membuat sakit kepala. Padahal pada kenyataannya di jurusan psikologi ada mata kuliah wajib yaitu mata kuliah Statistika. Barangkali belum banyak mahasiswa di jurusan psikologi yang menyadari manfaat dan pentingnya ilmu statistika. Kurangnya informasi yang mendalam mengenai manfaat dan pentingnya pemahaman statistika pada mahasiswa, membuat mata kuliah ini menjadi salahsatu mata kuliah yang dihindari dan ditakuti (Suprayogo, 2016). Pada akhirnya, tidak sedikit mahasiswa yang berpikiran yang penting lulus tanpa menghayati esensi penting dari mata kuliah statistika.

Sebenarnya statistika itu penting karena merupakan salah satu pondasi utama dalam perkembangan ilmu (Adiningsih et al., 2022), salahsatunya ilmu psikologi. Kemampuan untuk memahami dan menerapkan statistika adalah kunci untuk menjadi psikolog yang kompeten, terutama jika berencana melakukan penelitian atau bekerja di bidang analisis data. Tulisan dalam artikel ini akan membagikan informasi mengapa statistika begitu penting dalam psikologi, dilengkapi dengan contoh nyata untuk mempermudah pemahaman. 

 Apa itu Statistika dan hubungannya dengan ilmu psikologi

Statistika adalah cabang ilmu yang berfokus pada pengumpulan, pengorganisasian, analisis, interpretasi, dan penyajian data (Dancey & Reidy, 2017). Statistika bukan hanya sekadar kumpulan angka atau rumus yang rumit, tetapi juga alat yang membantu memahami pola dan hubungan dalam data. Dengan statistika dapat menarik kesimpulan dari data yang tersedia dan menggunakannya untuk membuat keputusan (Dancey & Reidy, 2017).

Statistika memiliki hubungan yang sangat erat dengan ilmu psikologi (Cherry, 2023). Psikologi, sebagai ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia, memerlukan pendekatan ilmiah untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Menggunakan statistika membantu mahasiswa, ilmuwan psikologi dan psikolog yang sedang melakukan penelitian untuk mengolah data mentah menjadi informasi bermakna untuk memahami perilaku manusia secara ilmiah. Hubungan erat antara statistika dan psikologi tercermin dalam berbagai aspek, seperti pengujian hipotesis, mengukur hubungan antar variabel, memastikan validitas dan reliabilitas instrumen, serta menyederhanakan data kompleks untuk mendukung analisis (Cherry, 2023). Statistika juga membantu memastikan objektivitas hasil penelitian, memungkinkan replikasi, dan memberikan dasar ilmiah untuk intervensi psikologis. Dalam era digital, kemampuan statistika menjadi semakin relevan dengan meningkatnya penggunaan data besar untuk mengidentifikasi pola perilaku manusia (Wang et al., 2016). Dengan demikian, statistika tidak hanya mendukung pengembangan teori psikologi tetapi juga memperkuat aplikasi praktisnya dalam berbagai konteks profesional.

Manfaat mempelajari ilmu statistika di Psikologi

Berikut beberapa manfaat ilmu statistika dalam bidang ilmu psikologi:

Memahami Perilaku Manusia Melalui Data

Psikologi adalah ilmu yang berupaya memahami perilaku manusia secara ilmiah. Data adalah salah satu sumber utama untuk memahami fenomena kompleks ini. Misalnya, jika ingin mengetahui bagaimana stres memengaruhi tidur, maka memerlukan data dari individu yang mengalami stres pada berbagai tingkat dan bagaimana kualitas tidurnya

Contoh:  Terdapat sebuah studi yang dilakukan untuk memahami efek dari tingkat stres terhadap kualitas tidur seseorang. Peneliti mengumpulkan data dari 100 orang menggunakan skala stres dan kuesioner mengenai kualitas tidur. Dengan analisis statistik, peneliti dapat menentukan apakah stres memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas tidur atau apakah efek/pengaruh tersebut hanya kebetulan. Melalui penggunaan statistika maka dapat ditarik sebuah kesimpulan berbasis data. Sebaliknya tanpa statistika, data tersebut hanya akan menjadi sekumpulan angka tanpa arti.

 

Mengorganisir dan Menyederhanakan Data

Penelitian dalam bidang psikologi sering kali melibatkan data yang kompleks dan beragam, mulai dari data demografi mengenai identitas peserta penelitian dan hasil skor tes yang beragam lebih dari 1 instrumen untuk menggambarkan profil psikologi. Melalui statistika, data yang beragam dan kompleks tersebut dapat disederhanakan menjadi format yang lebih mudah dibaca dan mudah dipahami.

Contoh: Seorang peneliti melakukan survei untuk mengetahui tingkat kebahagiaan mahasiswa selama pandemi COVID-19. Survei ini menghasilkan ribuan data dari berbagai kampus. Data yang dikumpulkan berupa serangkaian pertanyaan tentang identitas dan pengisian kusioner. Dengan teknik statistika deskriptif seperti mean, median, modus dan standar deviasi, peneliti dapat menyederhanakan data untuk menunjukkan tren umum, seperti rata-rata kebahagiaan mahasiswa selama periode tertentu. Selain itu dengan teknik visualisasi data seperti diagram batang atau pie chart yang dibuat berdasarkan statistik deskriptif juga mempermudah pembaca untuk memahami temuan penelitian secara sekilas.

 

Menguji Hipotesis dan Menarik Kesimpulan

Salah satu inti dari penelitian psikologi adalah menguji hipotesis. Dalam hal ini, statistika memainkan peran utama untuk memastikan apakah data mendukung atau menolak hipotesis.

Contoh: Seorang peneliti hendak menguji apakah meditasi selama 10 menit sehari dapat mengurangi tingkat kecemasan. Peneliti merancang sebuah eksperimen dengan dua kelompok: satu kelompok melakukan meditasi, dan kelompok lainnya tidak. Setelah pengumpulan data, peneliti menggunakan uji-t untuk mengetahui apakah perbedaan tingkat kecemasan antara kedua kelompok signifikan secara statistik. Hasil uji statistik memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk menyimpulkan apakah meditasi benar-benar efektif atau hanya kebetulan. Berdasarkan hal tersebut dapat digunakan sebagai rekomendasi mengenai salahsatu cara efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan.

Mengukur Hubungan Antar Variabel

Menguji hubungan antar variabel adalah salah satu fokus dalam penelitian bidang ilmu psikologi. Menggunakan teknik statistika tertentu dapat membantu peneliti untuk mengukur hubungan antar variabel secara kuantitatif dan memberikan wawasan yang lebih mendalam.

Contoh: Misalnya, seorang psikolog ingin mengetahui hubungan antara waktu yang dihabiskan di media sosial dan tingkat kepuasan hidup. Dengan menggunakan analisis korelasi, misalkan korelasi Pearson, psikolog dapat mengukur apakah terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Analisis ini penting untuk memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana variabel saling berkaitan serta dapat membuka peluang untuk penelitian lanjutan bahkan pengembangan intervensi atau saran praktis.

 

Meningkatkan Validitas dan Reliabilitas Penelitian

Validitas dan reliabilitas adalah dua hal penting yang menentukan kualitas penelitian. Statistika membantu mengevaluasi dan memastikan kedua aspek ini

Contoh: Seorang peneliti mengembangkan skala baru untuk mengukur empati. Dengan menggunakan analisis reliabilitas seperti Cronbach's Alpha dan Omega McDonald, peneliti dapat menilai apakah skala tersebut konsisten dalam mengukur empati. Jika hasil Cronbach's Alpha dan Omega McDonald ≥ 0.7, maka skala tersebut dianggap reliabel. Demikian pula, validitas diuji dengan melihat apakah skor skala empati yang dikembangkan berkorelasi dengan ukuran empati yang sudah terbukti valid. Hal ini memastikan bahwa instrumen penelitian tidak hanya akurat tetapi juga relevan.

Mempersiapkan Diri untuk Dunia Kerja

Kemampuan analisis data adalah keterampilan yang sangat dicari di dunia kerja saat ini, termasuk di bidang psikologi. Banyak pekerjaan, seperti psikolog organisasi, peneliti, dan analis data, membutuhkan pemahaman statistik yang kuat.

Contoh:

Seorang psikolog industri dan organisasi diminta untuk mengevaluasi efektivitas program pelatihan karyawan. Dengan menggunakan analisis ANOVA, psikolog dapat membandingkan hasil kinerja sebelum dan setelah pelatihan di berbagai kelompok. Hasil analisis ini digunakan oleh manajemen untuk membuat keputusan berbasis data, menjadikan peran psikolog sangat berharga di tempat kerja.

 

Menjawab Tantangan Penelitian Modern.

Di era digital, big data menjadi bagian integral dari banyak penelitian. Psikolog yang memahami statistik dapat memanfaatkan data ini untuk penelitian dan pengambilan keputusan.

Contoh: Psikolog klinis dapat menganalisis data dari aplikasi kesehatan mental untuk mengidentifikasi pola perilaku yang terkait dengan depresi. Dengan teknik seperti analisis klaster, mereka dapat mengelompokkan pengguna berdasarkan gejala mereka, memungkinkan intervensi yang lebih personal.

Kesimpulan

Statistika bukan hanya angka atau rumus yang menakutkan dan atau membosankan. Statistika adalah alat yang memberikan fondasi ilmiah bagi psikologi. Dengan statistika, mahasiswa, ilmuwan psikologi maupun psikolog dapat memahami perilaku manusia dengan lebih baik, menguji teori, dan memberikan kontribusi nyata. Jadi, daripada menghindari mata kuliah statistika, mahasiswa psikologi sebaiknya melihatnya sebagai jembatan menuju pemahaman yang lebih mendalam dan profesionalisme yang lebih tinggi.

Daftar Pustaka

Adiningsih, N. A., Listiati, L., Pujianingsih, S., & Ratih Hendrastuti, Z. (2022). SEJARAH STATISTIKA: MANFAAT PEMBELAJARAN SEJARAH STATISTIKA DI ERA MODERN. Juni, 3(1). http://ejournal.undhari.ac.id/index.php/de_journal

Cherry, K. (2023, September 28). Why Are Statistics in Psychology Necessary? Verywellmind.Com; SAGE Publications Inc. https://www.verywellmind.com/why-are-statistics-necessary-in-psychology-2795146

Dancey, C., & Reidy, J. (2017). Statistics without maths for psychology. In Book (7th ed.). Pearson Education Limited.

Suprayogo, I. (2016, January 3). Diingat Karena Mata Kuliah Statistik. GEMA : Media Informasi & Kebijakan Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. https://uin-malang.ac.id/r/160101/diingat-karena-mata-kuliah-statistik.html

Ulpah, M. (2009). Belajar Statistika: Mengapa dan Bagaimana? INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 14(3), 1–8. chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1406805&val=3912&title=Belajar%20Statistika%20Mengapa%20dan%20Bagaimana

Wang, C., Chen, M. H., Schifano, E., Wu, J., & Yan, J. (2016). Statistical methods and computing for big data. Statistics and Its Interface, 9(4), 399–414. https://doi.org/10.4310/SII.2016.v9.n4.a1