ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 22 November 2024

Kesehatan Mental pada Anak Tidak Hanya Tentang Gangguan Perkembangan

 

Oleh:

B. Primandini Yunanda Harumi

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

 

Kesehatan mental seringkali dipersepsikan hanya berkaitan gangguan atau masalah klinis tertentu. Sama halnya dengan kesehatan mental pada anak yang tidak jarang dikaitkan hanya dengan gangguan perkembangan atau masalah klinis, seperti attention deficit/hyperactive disorder (ADHD), autisme, atau gangguan kecemasan yang memiliki dampak pada kondisi psikologis maupun sosial anak. Kesehatan mental pada anak jauh lebih luas dan mencakup berbagai aspek penting dalam kehidupannya sehari-hari. Hingga kemudian kesehatan mental pada anak tidak selalu berkaitan dengan gangguan pada masa perkembangan, namun pada konteks atau spektrum yang lebih ringan dan juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan dan keberfungsian anak. Sementara gangguan perkembangan memiliki gambaran yang spesifik mengenai kriteria diagnosis, namun beberapa permasalahan psikologis atau kesehatan mental anak lainnya juga perlu untuk diketahui, dipahami, diberikan perhatian, dan diberikan dukungan untuk dapat dihadapi (MacLeod & Browlie, 2014; Mokitimi et al., 2019).

Arons et al. (2002) mulai menjelaskan bahwa hambatan kesehatan mental pada anak dapat memiliki bentuk yang beragam, diantaranya permasalahan emosional hingga permasalahan perilaku. Hambatan kesehatan mental yang terbilang “ringan” pada ada dapat berupa rasa cemas, hambatan sosial dan emosional, serta hambatan penyesuaian yang dapat berdampak negatif pada kemampuan anak belajar dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah, berinteraksi dengan teman sebaya, serta terlibat dalam aktivitas sosial. Seligman & Ollendick (1998, dalam Barrett & Turner, 2004) juga menjelaskan bahwa kecemasan yang muncul pada masa kanak-kanak hingga remaja memiliki potensi munculnya gangguan kecemasan dan depresi pada masa dewasa.

Kecemasan

Kecemasan pada umumnya adalah emosi yang normal dan wajar dialami individu, tidak terkecuali anak. Kecemasan pada anak umumnya muncul berupa separation anxiety atau cemas ketika berpisah dengan orangtua atau pendamping, cemas pada objek spesifik, bahkan ketika menghadapi situasi baru ketika memasuki sekolah atau ujian. Kecemasan dapat menjadi masalah ketika kemunculannya menjadi semakin parah dan mulai mengganggu aktivitas anak, menjadi lebih bergantung pada kehadiran orang yang signifikan, atau membuat anak tidak dapat menikmati aktivitas yang umumnya dapat dilakukannya.

Depresi

Pada umumnya depresi mengarahkan pada kondisi psikologis yang menjadikan individu yang mengalaminya merasa tidak bahagia dan tidak memiliki energi. Layaknya individu dewasa, depresi pada anak umumnya berupa rasa sedih dan tidak memiliki suasana hati yang baik, mudah marah, dan sering kali nampak lelah dan capai. Kondisi-kondisi tersebut juga memengaruhi pola tidur anak, kemampuan konsentrasi, dan berkurangnya intensitas interaksi dengan keluarga dan teman. Depresi pada umumnya dapat muncul akibat adanya hambatan yang ditemui dalam interaksi sosial anak, seperti perundungan, kondisi keluarga yang tidak harmonis, adanya abuse yang dialami anak, atau secara umum ada pengalaman yang tidak menyenangkan atau menyulitkan yang dialami anak.

Permasalahan adaptasi

Secara sederhana adaptasi disebut sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada situasi atau kondisi tertentu, termasuk lingkungan dan individu. Permasalahan adaptasi pada anak disebabkan oleh rendahnya kemampuan resiliensi anak, coping, serta interaksi yang terjalin dengan orangtua. Bahkan kondisi psikologis orangtua atau orang terdekat juga disebut sebagai salah satu hal yang memengaruhi kemampuan adaptasi anak di luar rumah maupun ketika berinteraksi dengan orang lain (Hammen, 2003; Hetherington & Elmore, 2003). Permasalahan kesehatan mental memiliki hubungan timbal balik dengan kehidupan anak, termasuk berdampak pada situasi sosial, pendidikan, dan keluarga. Jika tidak dapat dikenali atau ditangani dapat berpotensi menjadi tantangan yang berkelanjutan. Intervensi yang efektif serta dukungan dari berbagai pihak dapat menjadi upaya untuk mengurangi jangka panjang dari permasalahan kesehatan mental pada anak dan membantu anak menjalani masa perkembangannya.

Referensi:

Arons, B.S., Katz-Leavy, J., Wittig, A.C., & Holden, E.W. (2002). Too Young for ADHD: The Potential Role of Systems of Care. Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics, 23(0):p S57-S63.

Barrett, P.M. & Turner, C.M. (2004). Prevention of Childhood Anxiety and Depression. Interventions That Work with Children and Adolescents (Eds. Paula Barrett & Thomas H. Ollendick). Wiley.

Hammen, C. (2003). Risk and Protective Factors for Children of Depressed Parents. Resilience and Vulnerability (Ed. Suniya S. Luthar). Cambridge University Press.

Hetherington, E.M. & Elmore, A.M. (2003). Risk and Resilience in Children Coping with Their Parents’ Divorce and Remarriage.Resilience and Vulnerability (Ed. Suniya S. Luthar). Cambridge University Press.

MacLeod, K.B. & Brownlie, E.B. (2014). Mental Health and Transitions from Adolescence to Emerging Adulthood: Developmental and Diversity Considerations. Canadian Journal of Community Mental Health.

Mokitimi, S., Jonas, K., Schneider, M., & Vries, P J D. (2019, November 26). Child and Adolescent Mental Health Services in South Africa—Senior Stakeholder Perceptions of Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats in the Western Cape Province. Frontiers Media, 10. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2019.00841

National Health Service (NHS UK). (January 9, 2023). Anxiety in children. Retrieve from https://www.nhs.uk/mental-health/children-and-young-adults/advice-for-parents/anxiety-in-children/

National Health Service (NHS UK) (May 16, 2023). Depression in children and young people. Retrieved from https://www.nhs.uk/mental-health/children-and-young-adults/advice-for-parents/children-depressed-signs/#:~:text=Symptoms%20of%20depression%20in%20children,a%20lot%20of%20the%20time