Kecemasan dan Kecenderungan Merokok
Oleh:
Joycelyn Louissa Sugiarto, Venie Viktoria Rondang Maulina
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena prevalensinya yang cukup tinggi dan menjadi salah satu faktor risiko dari beberapa penyakit kronis. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2024), pada tahun 2023, 26.95% penduduk Indonesia berusia 20-24 tahun adalah perokok atau pernah merokok. Persentase ini semakin meningkat hingga usia 40-44 tahun. Jumlah ini tentu saja mengkhawatirkan mengingat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi merokok tertinggi di dunia, dan menurut hasil dari Global Adult Tobacco Survey terdapat 67% laki-laki merokok dan 87% orang dewasa terpapar asap rokok di rumah (Mutiara, 2021).
Perokok biasanya mengalami ketergantungan emosional yang kuat terhadap nikotin (American Cancer Society, 2022). Ketergantungan nikotin ditandai dengan toleransi tinggi terhadap nikotin, rasa mengidam dan perlu menggunakan produk bernikotin, gejala penarikan nikotin selama periode pantang, dan kehilangan kendali atas jumlah atau durasi penggunaan (DiFranza, Rigotti, McNeill, Ockene, Savageau, St Cyr, Coleman, 2000). Gritz, Carr, dan Marcus (1991, dalam Engelmann, Gewirtz, & Cuthbert, 2011) menyatakan bahwa sebagian besar upaya untuk berhenti merokok biasanya tidak berhasil karena para perkokok melaporkan munculnya perasaaan cemas, stres, dan rasa ingin kembali untuk merokok. Penelitian oleh Shiffman, Balabanis, Gwaltney, Paty, Gnys, dan Kassel (2007, dalam Engelmann, Gewirtz, dan Cuthbert, 2011) menemukan bahwa perokok merasa ingin kembali mengonsumsi nikotin saat sedang mengalami berbagai emosi negatif, salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan adalah emosi yang dicirikan oleh ketakutan dan gejala somatik ketegangan dimana individu mengantisipasi bahaya, malapetaka, atau kemalangan yang akan datang (American Psychological Association, n.d.).
Berbagai penelitian menemukan bahwa individu dewasa awal mengalami kecemasan yang cukup signifikan. Dewasa awal adalah periode transisi dari remaja ke dewasa yang terjadi antara usia 18 dan 25 tahun (Arnett, 2000, dalam Santrock, 2017), dimana terdapat tugas-tugas perkembangan utama yang memungkinkan individu dewasa awal berpartisipasi dalam eksplorasi diri dan pembentukan identitas (Higley, 2019). Menurut Higley (2019), individu dewasa awal mengalami masalah kesehatan mental dan penggunaan zat adiktif yang relatif tinggi.
Menurut Centers of Disease Control and Prevention (n.d.), sekitar 21 dari 100 orang yang mengalami kecemasan secara teratur adalah perokok, sementara hanya sekitar 11 dari 100 orang yang tidak mengalami kecemasan secara teratur adalah perokok. Studi longitudinal di Norwegia oleh Pedersen dan von Soest (2009) yang mengikuti 1501 sampel selama 13 tahun dari usia 13-27 tahun menunjukkan bahwa emerging adult dan young adult yang memiliki ketergantungan nikotin pada rokok memiliki kecemasan yang lebih tinggi.
Hasil penelitian Anyelir (2014) pada remaja dan dewasa di Aceh, menunjukkan adanya hubungan antara kecemasan dengan ketergantungan nikotin, yang berarti bahwa semakin tinggi kecemasan individu, maka semakin tinggi juga skor ketergantungan nikotin dari individu tersebut. Penulis juga melakukan penelitian pada 192 partisipan di Jakarta yang memiliki usia antara 18-25 tahun, dengan rentang lama merokok antara 1 bulan sampai 13 tahun, dan kebanyakan berjenis kelamin laki-laki (63%). Hasil penelitian menemukan hubungan antara kecemasan dan kecenderungan nicotine dependency.
Nikotin diketahui memiliki efek ansiolitik atau efek anti-kecemasan, yang berarti bahwa penggunaan nikotin dapat mengurangi kecemasan untuk sementara waktu (Parrot & Joyce, 1993). Oleh karena itu, perokok yang mengalami kecemasan cenderung ingin menggunakan nikotin sebagai sarana untuk meringankan gejala kecemasan yang dirasakan (Shiffman et al., (2007, dalam Engelmann, Gewirtz, dan Cuthbert, 2011). Ketika nikotin kemudian digunakan untuk keperluan tersebut, berkembanglah kemungkinan ketergantungan individu terhadap nikotin sebagai cara untuk mengatasi kecemasan. Hal ini kemudian mengarah kepada terbentuknya siklus kecemasan dan kecenderungan penggunaan nikotin yang dalam hal ini adalah merokok.
Bagi individu, khususnya perokok di usia dewasa awal yang mengalami kecemasan dan memiliki kecenderungan untuk mengembangkan ketergantungan nikotin yang sudah mengganggu kehidupan sehari-hari, dapat disarankan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan atau konselor yang terlatih dalam pengelolaan kecemasan dan kemungkinan ketergantungan. Selain itu, edukasi tentang risiko merokok dan pengelolaan stres serta kecemasan dapat dilakukan di sekolah, perguruan tinggi, ataupun melalui media sosial.
Referensi:
American Cancer Society. (2022). Why people start using tobacco, and why it's hard to stop. Retrieved December 13, 2022, from https://www.cancer.org/healthy/stay-away-from-tobacco/why-people-start-using-tobacco.html
American Psychological Association. (n.d.). Anxiety. In APA Dictionary of Psychology. Retrieved 4 December 2022, from https://dictionary.apa.org/anxiety
Anyelir, D. (2014). Hubungan kecemasan terhadap kecanduan nikotin pada perokok (dissertation). Psikologi Fakultas Kedokteran, Banda Aceh.
Badan Pusat Statistik (2024, Januari 2). Persentase Merokok Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun Menurut Kelompok Umur (Persen), 2021-2023. Retrieved Juni 22, 2024, from https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTQzOCMy/persentase-merokok-pada-penduduk-umur---15-tahun-menurut-kelompok-umur--persen-.html
Cooper, T. V., Taylor, T., Murray, A., DeBon, M. W., Vander Weg, M. W., Klesges, R. C., & Talcott, G. W. (2010). Differences between intermittent and light daily smokers in a population of U.S. military recruits. Nicotine & Tobacco Research, 12(5), 465–473. https://doi.org/10.1093/ntr/ntq025
DiFranza, J. R., Rigotti, N. A., McNeill, A. D., Ockene, J. K., Savageau, J. A., St Cyr, D., & Coleman, M. (2000). Initial symptoms of nicotine dependence in adolescents. Tobacco Control, 9(3), 313–319. https://doi.org/10.1136/tc.9.3.313
Engelmann, J. M., Gewirtz, J. C., & Cuthbert, B. N. (2011). Emotional reactivity to emotional and smoking cues during smoking abstinence: potentiated startle and P300 suppression. Psychophysiology, 48(12), 1656–1668. https://doi.org/10.1111/j.1469-8986.2011.01235.x
Higley, E. (2019). Defining young adulthood (dissertation). DNP Qualifying Manuscripts.
Mutiara, P. (2021, January 27). Remaja Merokok Ancaman Bagi Masa Depan bangsa. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Retrieved December 13, 2022, from https://www.kemenkopmk.go.id/index.php/remaja-merokok-ancaman-bagi-masa-depan-bangsa
Parrot, A. C., & Joyce, C. (1993). Stress and arousal rhythms in cigarette smokers, deprived smokers, and non-smokers. Human Psychopharmacology, 8, 21–28.
Pulvers, K., Scheuermann, T. S., Romero, D. R., Basora, B., Luo, X., & Ahluwalia, J. S. (2013). Classifying a smoker scale in adult daily and nondaily smokers. Nicotine & Tobacco Research, 16(5), 591–599. https://doi.org/10.1093/ntr/ntt187
Santrock, J. W. (2017). Life-span development. McGraw Hill LLC.