ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 21 November 2024

 

Dopamine Detox: Strategi Bijak Mengurangi Stres Karena  Ketergantungan Pada Anak

 

Oleh:

Gratia Eunike D Gultom, Dina Tessalonika Sitorus

Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

 

Pernahkah Anda melihat anak menangis dikarenakan sebuah alat canggih  yaitu smartphone? Di era digital yang semakin serba bisa, smartphone merupakan  alat serbaguna yang menjadi sahabat anak-anak dan smartphone kini menjadi bagian  tidak terpisahkan dari kehidupan mereka. Akan tetapi, penggunaan smartphone yang  berlebihan dapat menyebabkan masalah baru. Salah satunya yaitu stres ketika orang  tua mengambil keputusan untuk menyita smartphone mereka. Tindakan orang tua  untuk menyita smartphone tersebut untuk membatasi penggunaan yang berlebihan  dan melindungi anak dari dampak negatif penggunaan smartphone. Namun, hal ini  dapat menimbulkan berbagai macam perasaan negatif seperti kemarahan, kesedihan,  kecewa, cemas, dan frustasi.

 

Salah satu contoh kasus yang terjadi di Kecamatan Doro, Kabupaten  Pekalongan pada hari Rabu, 23 November 2023 dengan anak berinisial K (10), yang  ditemukan tewas bunuh diri diduga karena kecewa smartphone miliknya disita oleh  orang tuanya. Korban yang merupakan seorang siswa kelas V SD sudah mulai  menunjukkan perilaku ketergantungan dalam bermain ponsel. Berdasarkan  keterangan yang didapat dari orang tuanya, peristiwa ini bermula ketika korban sedang bermain smartphone dan ditegur untuk berhenti. Orang tuanya kemudian  menyita ponsel tersebut dan membuat korban marah lalu masuk ke kamar mengunci  diri di dalam. Pada saat itulah dirinya menggantung diri.

 

Sudah semestinya kasus ini mendapatkan perhatian yang khusus terlebih  Indonesia telah menduduki peringkat pertama menghabiskan waktu terlama  menggunakan smartphone. Hal ini dikarenakan menurut data State of Mobile 2024  pengguna Indonesia menghabiskan waktu selama 6,05 jam setiap harinya dan 93,52% pengguna media sosial adalah anak usia 9-19 tahun. Durasi ini telah melebihi  ketentuan dari WHO dan AAP mengenai batasan waktu sesuai dengan umur anak.  Anak yang usianya masih dibawah 2 tahun tidak diperkenankan untuk screen time. Untuk anak yang berusia 2-5 tahun hanya bisa mengakses 1 jam per hari dan orang  tua harus memastikan anak melihat konten yang berkualitas. Sementara, anak usia 6  tahun ke atas diperbolehkan bermain gadget hanya pada akhir pekan atau maksimal  2 jam per hari.

 

Mari mencari tahu alasan dibalik anak yang sulit lepas dari dunia mayanya.  Saat anak merasa nyaman dengan dunianya sendiri, tubuh anak akan memproduksi  hormon dopamin yang meningkatkan suasana hati menjadi lebih bahagia. Kelebihan  hormon dopamin akan mengganggu fungsi otak anak tepatnya di bagian prefrontal  cortex. Hormon dopamin mulai bekerja saat anak menganggap hanya handphone  yang dapat menghiburnya sampai ia tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Pada  akhirnya, anak yang jarang berinteraksi dengan orang sekitarnya mengalami  ketidaklancaran dalam berbicara dan berbahasa.

 

Berdasarkan fenomena diatas, penyitaan bukanlah cara yang baik untuk  membantu anak mengurangi penggunaan smartphone. Penyitaan justru membuat  anak menjadi stres. Oleh karena itu, terdapat metode yang lebih tepat untuk  diterapkan yaitu metode dopamine detox. Metode ini bertujuan untuk membatasi aktivitas yang membuat anak menjadi ketagihan dan akan mengubah kebiasaan  buruknya menjadi lebih produktif. Pada kedepannya, anak akan belajar untuk  mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengganti perilaku berlebihan tersebut menjadi sesuatu yang seharusnya bermanfaat. Proses detoksifikasi biasanya berlangsung  sekitar 90 hari namun terkadang setiap anak memiliki perkiraan waktu yang berbeda  tergantung pada kebutuhan dan tujuan spesifik masing-masing. Meskipun proses ini  telah selesai, orang tua tidak boleh lepas tangan. Sebaiknya, tetap mengawasi dan  mengingatkan kembali.

 

Sebelum menerapkan strategi ini, orang tua sebaiknya membuka sudut  pandang anak dengan menjelaskan tujuan dilakukannya metode ini. Orang tua dapat  memberi tahu permasalahan yang terjadi pada anaknya serta akibat jika tidak  diatasi lalu diakhiri dengan keuntungan yang dicapai anak melalui metode ini. Orang  tua juga harus mengerti bahwa proses ini berat untuk dilalui seorang anak dan sulit  untuk berhenti dari kebiasaan lamanya maka butuh kesabaran dalam menjalani  prosesnya. Jika ingin berhasil, orang tua dianjurkan untuk mengurangi aktivitas yang  berhubungan dengan smartphone selama anak menjalani metode ini. Berikut  langkah-langkah yang dapat dilakukan selama menjalani dopamine detox, yaitu menetapkan jadwal dalam penggunaan smartphone, rutin untuk memantau anak dalam mematuhi waktu yang telah ditentukan dalam penggunaan smartphone, arahkan anak untuk melakukan hobi, ajak anak untuk melakukan aktivitas fisik luangkan waktu dengan anak tanpa smartphone.

 

Keterlibatan orang tua sangat besar untuk mengontrol dan mengawasi anak. Berikan dukungan dan motivasi pada anak serta perbanyak waktu bersama anak.  Bantu anak untuk bersosialisasi agar tetap terhubung dengan keluarga, teman, dan  orang sekitarnya. Dukung dan wujudkan perkembangan anak dalam lingkungan yang  sehat dan seimbang. Dengan demikian, tetaplah hadir untuk anak di masa  pertumbuhannya agar tidak ada hambatan di masa perkembangan selanjutnya.

 

Referensi :

 Atasi Dampak Negatif Smartphone dengan Dopamine Detox. (2022, November 24).  Yayasan Bangun Kecerdasan Bangsa. Retrieved August 12, 2024, from https://www.ybkb.or.id/atasi-dampak-negatif-smartphone-dengan-dopamine-detox/

Bukhori, A., Yanti, A. R., & Rahmawati, A. (2023). Penerapan Mindfulness Training sebagai  Upaya dalam Mengurangi Psychological pada Generasi Z. Annual Guidance and  Counseling Academic Forum, 1-9.

Yumarni, V. (2022). Pengaruh Gadget Terhadap Anak Usia Dini. Jurnal Literasiologi, 8, 107- 119.

Dewi, A. K., Yulianingsih, Y., & Hayati, T. (2019). Hubungan Antara Penggunaan Gadget  dengan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal2, 84-92.