ISSN 2477-1686  

 Vol. 10 No. 14 Juli 2024

Peran Keluarga Terhadap Kondisi Psikologis Anak Remaja

Oleh:

Hani Fahara

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka

Keluarga merupakan peranan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup kita sebagai makhluk sosial, mulai dari keluarga lah kita bisa belajar segala sesuatu, mulai dari aspek memberikan rasa cinta serta kasih sayang, cara berkomunikasi, cara merawat diri di keseharian, cara mengendalikan emosi serta aspek lainnya. Keluarga juga merupakan unit terkecil dalam struktur masyarakat yang dibangun di atas perkawinan atau pernikahan, terdiri dari ayah/suami, ibu/istri, dan anak, semua itu memiliki peranan penting dalam membentuk kualitas manusia. Dalam buku psikologi keluarga, Hill mendefinisikan keluarga sebagai rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan (Nuroniyah, 2023).

seperti yang tercantum pada paragraf sebelumnya, keluarga terdiri dari beberapa struktur masyarakat kecil yang mempunyai peranan pentingnya masing-masing. Tidak hanya orang tua, anak juga salah satu peranan penting di keluarga. Berdasarkan usianya, anak memiliki beberapa tingkatan, dimulai dari bayi batita, balita, anak-anak, anak tingkatan remaja, hingga masuk tingkatan dewasa. 

Ditinjau dari perpaduan dua arah, anak pada masa remaja adalah masa transisi yang kompleks, di mana remaja mencapai kematangan fisik, tetapi masih memerlukan waktu untuk berkembang menjadi dewasa secara emosi dan sosial. Mereka juga dalam masa pencarian identitas dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Menurut Sarwono 2020 dalam (Sari, 2022) Remaja adalah suatu perkembangan dalam diri manusia yang memiliki tiga aspek, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi yang memiliki batasan usia 10-20 tahun (Ramdhiani, 2023).

Sering kali di sebuah keluarga dengan anak remaja mengalami permasalahan, anak remaja berada pada masa perubahan yang penuh konflik, dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku, dan peran yang diharapkan. Mereka yang mengalami stress karena prestasi yang berkurang, kemudian lari ke narkoba dan minuman keras, serta pergaulan seks bebas, dan masih banyak kasus lain yang melibatkan remaja.

Ditinjau dari beberapa kasus, orangtua mungkin mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan anak remaja yang lebih mandiri. Remaja seringkali mencari jati diri dan memiliki idealisme yang besar, namun mereka juga memiliki keinginan untuk mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin. Anak remaja mungkin tidak mau bergantung lagi pada orangtua dan ingin terlihat lebih dewasa. Namun di sisi lain juga orangtua harus tetap menjaga komunikasi yang baik dengan anak remaja untuk memastikan hubungan mereka tetap dekat.

Menurut Duval (dalam Maslihah & Ramadona, 2008) mengemukakan bahwa tahap keluarga dengan anak remaja Keluarga dengan anak pertama berusia 13–20 tahun. Tugas perkembangan keluarga:

  1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab. 
  2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga. 
  3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. 
  4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

Seperti kasus yang saya temukan di daerah bagian ujung Barat Indonesia, terdapat salah satu keluarga tahap keluarga dengan anak remaja, setelah kami melakukan wawancara dan menganalisis hasil wawancara keluarga tersebut, saya menemukan bahwa ada beberapa tahapan yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan keluarga dengan anak remaja, yang saya temukan di keluarga tersebut adalah orangtua perempuan atau ibu yang masih takut untuk melepas anaknya yang beranjak remaja, kurangnya keterikatan keluarga, serta orangtua yang memiliki pola mendidik anak yang berbeda. Hasil analisa yang saya temukan kurang sesuai dengan tahap keluarga dengan anak remaja berdasarkan Teori Duval. 

Berdasarkan hal tersebut maka ada beberapa upaya yang harus dilakukan oleh tahapan keluarga dengan anak remaja. Beberapa hal yang bisa diupayakan tahapan keluarga dengan anak remaja yaitu: 

  1. Jadilah Pendengar yang Baik: Berikan waktu untuk mendengarkan anak remaja dan memahami masalah yang mereka hadapi. Berikan kesempatan untuk berbicara dan mendengar argumen mereka
  2. Hormati Privasi Anak: Biarkan anak remaja memiliki ruang pribadi dan tidak terlalu memantau aktivitas mereka. Jangan menghukum anak remaja tanpa alasan yang jelas dan berikan kesempatan untuk berbicara
  3. Mengendalikan Diri: Berikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sendiri. Jangan menghukum secara berlebihan dan berikan kesempatan untuk berbicara dan berdiskusi
  4. Jadi Teladan yang Baik: Berikan contoh yang baik dalam berperilaku dan berkomunikasi dengan anak remaja. Jangan berperilaku tidak adil atau memihak, dan jangan menghukum anak remaja secara berlebihan
  5. Membangun Keterikatan Keluarga: Berikan kesempatan untuk berkomunikasi dan berbagi pengalaman bersama-sama dengan anak remaja. Jangan menghukum secara berlebihan dan berikan kesempatan untuk berbicara dan berdiskusi

Referensi:

Maslihah, S., & Ramadona, N. faizah. (2008). Studi komparasi perkembangan keterampilan sosial dalam kegiatan bermain anak usia 4-5 tahun di TK Pembina Sadang Serang dan TK Pembina Cibiru Bandung. 8–29.

Nuroniyah, W. (2023). Wardah Nuroniyah.

Ramdhiani, S. (2023). Pengaruh Butterfly Hug Terhadap penurunan tingkat stres pada remaja di smk al-mafatih jakarta. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 1–21.