Vol. 10 No. 02 Januari 2024
A Delulu Mind: Reality Check for Individuals
With Delusional Disorder
Oleh:
Nadira Kurniawan Mulia Anjani, Sharel Giovana Putri, & Ellyana Dwi Farisandy
Program Studi Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya
Delusi sering kali disalah persepsikan sebagai halusinasi. Akan tetapi, keduanya adalah hal yang berbeda. Halusinasi ialah adanya pemahaman atau persepsi sensori yang salah, dimana individu mempersepsikan suatu hal yang sebenarnya tidak ada sehingga sulit baginya untuk membedakan antara hal-hal yang nyata dan yang hanya imajinasinya (Nugroho et al., 2021). Sementara itu, delusi merupakan keyakinan yang salah dan tidak masuk akal yang dimiliki seseorang. Individu dengan delusional disorder biasanya yakin dengan keyakinannya yang dianggap salah dan tidak masuk akal oleh orang-orang disekitarnya (Hooley et al., 2021). Namun perilaku yang mereka tunjukkan masih normal serta tidak menunjukkan disorganisasi perilaku dan defisiensi kinerja yang parah. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala atau kriteria individu yang memiliki delusional disorder.
Criteria of Delusional Disorder in DSM-V TR
Terdapat beberapa gejala delusional disorder dalam DSM V-TR (American Psychiatric Association, 2022), yakni:
A. Memiliki satu atau lebih delusi yang terjadi selama satu bulan atau lebih.
B. Tidak memiliki kriteria A pada Skizofrenia, jika ada gejalanya tidak parah dan masih berkaitan dengan tema delusi.
Kriteria A Skizofrenia, harus memiliki dua atau lebih gejala berikut:
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Ucapan atau pikiran yang tidak teratur (contoh: sering kali berbicara keluar dari topik yang dibahas)
4. Perilaku yang tidak teratur atau adanya perilaku katatonik
5. Gejala negatif (contoh: kurangnya ekspresi emosional)
C. Terlepas dari dampak delusi, keberfungsiannya tidak terlalu terganggu, dan perilakunya masih normal.
D. Jika episode manik dan depresi berat terjadi, hal ini relatif singkat dibandingkan durasi delusinya.
E. Gangguan bukan berasal dari efek fisiologis suatu zat atau kondisi medis lain dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain seperti body dysmorphic atau obsessive-compulsive disorder
What Kind of Delulu?
Jenis gangguan delusional yang paling umum ditemui adalah persecutory type, di mana seseorang meyakini bahwa ada orang lain yang mengikuti, memata-matai, atau mencoba menyakiti mereka. Hal ini sering kali mengakibatkan mereka mengajukan keluhan kepada pihak berwajib untuk meminta pertolongan atau perlindungan. Sementara itu, jealous type melibatkan keyakinan bahwa pasangan atau suami/istri berselingkuh, meskipun tanpa adanya bukti yang mendukung. Menariknya, kedua tipe ini lebih sering muncul pada laki-laki. Pada perempuan, lebih banyak ditemukan erotomanic atau romantic type, delusi bahwa seseorang sedang jatuh cinta padanya (Rowden, 2021). Tak tertinggal, ada juga grandiose type, dimana individu meyakini memiliki bakat, pengetahuan, atau status yang luar biasa namun tidak diakui. Tipe terakhir adalah somatic type, dimana seseorang memiliki delusi terkait masalah fisik atau medis. Ketika seseorang mengalami lebih dari satu tipe delusi, hal ini disebut sebagai mixed type. Sementara itu, unspecified type menggambarkan kondisi di mana delusi yang dialami tidak dapat dijelaskan dari jenis yang sudah ada (Gupta, 2022).
Delusions or More?
Diketahui beberapa gangguan mental memiliki kesamaan dengan delusional disorder. Maka dari itu, diagnostik untuk delusional disorder sangat bergantung pada penilaian klinis (clinical assessment) oleh psikiater, pemeriksaan riwayat kesehatan individu secara menyeluruh, dan mengidentifikasi kondisi tertentu yang berkaitan dengan delusi namun tidak termasuk sebagai kriteria dari delusional disorder (Gupta, 2022). Delusi merupakan gejala yang dapat ditemukan pada berbagai gangguan mental atau neurologis lain, diantaranya obsessive-compulsive disorder, skizofrenia, delirium atau major neurocognitive disorder serta depresi atau bipolar disorder (Joseph & Siddiqui, 2023). Hal yang membedakan dengan delusional disorder adalah kondisi tersebut disertai dengan beberapa gejala lainnya selain delusi.
Pada Obsessive Compulsive Disorder (OCD), individu dengan sangat yakin menganggap bahwa obsesi dan kompulsifnya merupakan hal yang benar walaupun terbukti sebaliknya. Kemudian, batasan antara skizofrenia dan delusional disorder ditentukan dari adanya halusinasi yang persisten, pemikiran tidak teratur, gejala negatif serta gejala lain yang memenuhi persyaratan diagnostik untuk skizofrenia. Jika ditemukan halusinasi yang konsisten dengan isi delusi dan tidak terjadi terus menerus maka dapat di diagnosis untuk delusional disorder. Selanjutnya, individu dengan delirium mengalami gangguan pada perhatian atau kesadaran yang tidak dapat ditemukan pada delusional disorder. Meskipun delusi dapat muncul selama episode depresi pada gangguan bipolar atau depresi, diagnosis delusional disorder memerlukan adanya waktu dimana individu mengalami delusi tanpa adanya masalah mood apapun (World Health Organization, 2023).
How Should We Act?
Delusional disorder termasuk ke dalam gangguan psikotik, dimana penanganan yang biasanya dilakukan untuk gangguan ini ialah dengan pemberian obat antipsikotik dan antidepresan. Seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) yang merupakan obat antidepresan yang dapat digunakan untuk penderita delusional disorder terutama pada tipe somatik. Pimozide juga merupakan obat yang sering dipakai untuk penanganan delusional disorder (Munoz-Negro & Cervilla, 2017). Selain itu, behavioral therapy juga dapat dilakukan beriringan guna mengurangi bahkan menghilangkan delusi (Bright Quest Treatment Centers, 2023). Penanganan yang diberikan tidak hanya kepada individu dengan delusional disorder itu sendiri, tetapi juga melalui dukungan yang diberikan dari orang-orang disekitarnya. Dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman dalam menghadapi individu dengan delusional disorder sangat berarti, yaitu dapat dilakukan dengan cara mendengarkan, memvalidasi bagian nyata dari pemikirannya, dan memvalidasi perasaan atau emosi yang mereka miliki. Apabila mereka sedang berada di episode delusinya, berikan mereka ruang sendiri dan berikan pertolongan ketika mereka membutuhkannya. Selanjutnya, pemilihan kata dan intonasi suara juga perlu diperhatikan agar kita tetap netral dan tidak menghakimi pemikiran delusi penderita delusional disorder yang dapat berpotensi membuat mereka menjauhkan dirinya dari orang-orang disekitarnya (Bright Quest Treatment Centers, 2023). Tak lupa berikan dorongan kepada individu dengan delusional disorder untuk mengikuti treatment secara teratur, yakinkan bahwa mereka tidak sendirian, dan pastikan mereka tidak melukai dirinya sendiri.
Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa delusional disorder merupakan salah satu gangguan psikotik yang memiliki gejala yang mirip dengan beberapa gangguan lain. Penanganan bagi individu dengan delusional disorder biasanya dengan pemberian obat antipsikotik dan antidepresan. Akan tetapi, dukungan sosial dari orang-orang disekitar juga sangat berarti bagi individu dengan delusional disorder. Dukungan sosial yang dapat diberikan bisa dengan menjadi pendengar bagi mereka, memvalidasi emosi yang mereka miliki karena episode delusinya, tidak menghakimi pemikiran delusi mereka, terus berikan dorongan kepada mereka untuk melakukan terapi dengan tenaga profesional, dan yakinkan bahwa mereka tidak sendirian.
Referensi:
American Psychiatric Association. (2022). Diagnostic and statistical manual of mental disorders, fifth edition, text revision. American Psychiatric Association Publishing.
Bright Quest Treatment Centers. (2023). Caring for someone with delusional disorder. https://www.brightquest.com/delusional-disorder/caring-for-someone-with-delusional-disorder/
Bright Quest Treatment Centers. (2023). How do i cope with my love’s one delusion? https://www.brightquest.com/delusional-disorder/how-do-i-cope-with-my-loved-ones-delusions/
Gupta, S. (2022, November 20). What is delusional disorder? Verywellmind. https://www.verywellmind.com/delusional-disorder-symptoms-causes-and-treatment-6826265
Hooley, J. M., Knock, M. K., & Butcher, J. N. (2021). Abnormal psychology (18th ed.). Pearson Education.
Joseph, S. M., & Siddiqui, W. (2023, Maret 27). Delusional Disorder. National Center for Biotechnology Information. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539855/
Munoz-Negro, J. E., & Cervilla, J. (2017). A systematic review of the pharmacological treatment of Delusional Disorder. European Psychiatry, 41(S1), 1–25. https://doi.org/10.1016/j.eurpsy.2017.01.1612
Nugroho, H. A., Santie, F. N. R., Soesanto, E., Aisah, S., & Hidayati, E. (2021). Perawatan halusinasi, dukungan keluarga dan kemampuan pasien mengontrol halusinasi : Literature review. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat, 10(3), 272–284. https://doi.org/10.31596/jcu.v10i3.842
Rowden, A. (2021, Maret 02). What to know about delusional disorder. Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/delusional-disorder
World Health Organization. (2023). Delusional Disorder. https://icd.who.int/browse11/l-m/en#/http://id.who.int/icd/entity/1974996783