Vol. 10 No. 02 Januari 2024
Mengetahui Stress Penyelam Bawah Air
Oleh:
Lutfhiana Febriani, Nur Salimah, & Muhammad Erwan Syah
Fakultas Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Di bawah permukaan lautan dunia kita yang berkilauan terletak dunia asing keajaiban dan misteri, di mana terumbu karang berwarna-warni, bangkai kapal yang penuh teka-teki, dan sejumlah besar kehidupan laut memikat hati para petualang penyelam bawah laut. Meskipun menyelam menawarkan pengalaman yang tak tertandingi, ia juga menghadirkan tantangan unik, tidak sedikit di antaranya adalah stres yang dihadapi penyelam di bawah ombak. Memahami stres penyelam bawah air sangat penting untuk memastikan keselamatan dan kenikmatan mereka saat mereka mempelajari dunia kedalaman yang memukau ini. Stresor yang dihadapi oleh penyelam bawah air beragam dan dapat mempengaruhi pemula dan profesional berpengalaman. Pertama, tantangan fisik menyelam dapat menyebabkan stres. Saat penyelam turun ke kedalaman, mereka harus menghadapi perubahan tekanan air, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan telinga dan sinus. Lingkungan bawah laut juga menghadirkan rintangan fisik, seperti kebutuhan untuk mengelola daya apung, membawa alat berat, dan mengatasi hambatan air. Faktor-faktor ini dapat membebani tubuh dan menyebabkan stres jika tidak dikelola dengan baik. (Apps, Heagney, Ngoc, Dimmock, & Benkendorff, 2023)
Selain itu, stresor psikologis memainkan peran penting dalam pengalaman menyelam. Perasaan tenggelam dalam lingkungan yang luas, terkadang gelap dan asing dapat memicu kecemasan. Penyelam juga harus mengelola pasokan udara mereka, yang dapat menjadi sumber stres ketika hampir habis. Potensi pertemuan dengan kehidupan laut yang berbahaya atau keheningan dunia bawah laut yang menakutkan dapat meningkatkan tingkat stres psikologis penyelam (Beneton, et al., 2017). Aspek penting lain dari stres menyelam adalah kebutuhan untuk membuat keputusan yang cepat dan akurat dalam situasi tekanan tinggi. Penyelam harus siap untuk bereaksi terhadap tantangan yang tidak terduga, seperti malfungsi peralatan atau kondisi lingkungan yang berubah dengan cepat. Kemampuan untuk tetap tenang dan berpikir jernih di bawah tekanan adalah keterampilan yang harus dikembangkan penyelam, karena membuat keputusan yang salah dapat memiliki konsekuensi yang mengancam jiwa. Dinamika sosial dan kelompok juga dapat mempengaruhi tingkat stres penyelam. Banyak penyelam mengambil bagian dalam penyelaman kelompok, dan komunikasi serta kerja sama yang efektif sangat penting untuk keselamatan. Tekanan untuk mengimbangi kelompok, mengoordinasikan gerakan bawah air, dan mengelola dinamika interpersonal dapat menambah lapisan kompleksitas tambahan pada pengalaman menyelam. Untuk mengurangi stres yang terkait dengan menyelam, pelatihan dan persiapan yang tepat adalah yang terpenting. Penyelam harus menjalani program pelatihan komprehensif yang mencakup tidak hanya aspek teknis penyelaman tetapi juga teknik manajemen stres. Membiasakan diri dengan peralatan dan prosedur sangat penting untuk membangun kepercayaan diri dan mengurangi kecemasan di bawah air. Penyelam juga harus belajar bagaimana mengelola pasokan udara mereka secara efektif untuk mencegah stres yang tidak perlu. (Direction, 2020)
Persiapan mental sama pentingnya. Teknik visualisasi, meditasi, dan relaksasi dapat membantu penyelam tetap tenang dan fokus selama menyelam. Mengenali dan mengakui ketakutan dan stres yang dapat timbul di bawah air adalah langkah pertama untuk mengelola emosi ini secara efektif. Memilih teman dan instruktur menyelam yang tepat juga dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam pengalaman menyelam secara keseluruhan. Individu yang mendukung dan berpengetahuan dapat menawarkan bimbingan, jaminan, dan bantuan bila diperlukan, mengurangi stres dan meningkatkan keselamatan (Andy, Lee, & Tzeng, 2014). Kesimpulannya, memahami stres yang dihadapi oleh penyelam bawah air sangat penting untuk mendorong pengalaman menyelam yang aman dan menyenangkan. Penyelam harus siap untuk mengelola tantangan fisik dan psikologis yang muncul di bawah ombak. Melalui pelatihan yang tepat, persiapan mental, dan komunikasi yang efektif, penyelam dapat menavigasi kedalaman dengan percaya diri dan merangkul dunia laut yang menakjubkan. Tekanan penyelam bawah air adalah tantangan nyata dan selalu ada, tetapi itu adalah salah satu yang, ketika dikelola dengan tepat, dapat menyebabkan eksplorasi dan petualangan yang luar biasa seumur hidup.
Referensi:
Andy, L., Lee, R.-Y., & Tzeng, G.-H. (2014). Characteristics of Professional Scuba Dive Guides. Tourism in Marine Environments, 10(1-2), 85-100. https://doi.org/10.3727/154427314X14056884441824.
Apps, K., Heagney, E., Ngoc, Q. T., Dimmock, K., & Benkendorff, K. (2023). Scuba divers, coral reefs, and knowledge of ocean acidification. Marine Policy, 155, 105779. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2023.105779.
Beneton, F., Michoud, G., Coulange, M., Laine, N., Ramdani, C., Borgnetta, M., . . . Trousselard, M. (2017). Recreational Diving Practice for Stress Management: An Exploratory Trial. Frontiers in Psychology, 8, 2193. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2017.02193.
Direction, S. (2020). Learning from the Titanic and Concordia sea disasters: How understanding leadership failures from past catastrophes helps us minimize future risk. Strategic Direction, 36(7), 23-25. https://doi.org/10.1108/SD-04-2020-0080.