ISSN 2477-1686

 

Vol. 10 No. 01 Januari 2024

 

Membangun Keluarga Cemara dengan Leadership Style

 

Oleh:

Andre Wiyahya, Windy Aulia Nita Riswandi, & Laila Meiliyandrie Indah Wardani

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

 

Siapa yang tidak pernah mendengar istilah “keluarga cemara”? berawal dari judul sinetron yang tayang di tahun 1996 hingga menjadi ikon yang melekat hingga masa kini untuk menggambarkan sebuah keluarga yang layaknya pohon cemara selalu “hijau” sepanjang waktu dan berlimpah kasih sayang sebagai sesama anggota keluarga, serta erat satu dengan lainnya. Keluarga cemara telah dijadikan benchmark keluarga harmonis dan sukses bagi masyarakat Indonesia. Dalam ceritanya, Abah, Emak, dan anak-anaknya selalu mengayomi serta menyayangi satu sama lain baik di keadaan senang maupun susah. Tayangan ini memberi pesan bahwa keluarga merupakan harta yang paling berharga di atas materi duniawi lainnya. Kita semua bisa mendapatkan keluarga cemara seperti dalam tayangan tersebut. Jika bukan berasal dari keluarga yang harmonis dan hangat, kita bisa menciptakannya pada keluarga kita kelak nanti.

 

Orang Tua Menjadi Pemimpin Dalam Keluarga

Peran kunci dalam menciptakan keluarga cemara ada pada sosok orang tua-Abah dan Emak. Tidak hanya diperlukan dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan yang baik juga dibutuhkan dalam keluarga (Galbraith & Schvaneveldt dalam Morton, et al 2010). Setiap keluarga juga memerlukan CEO (BarLevav dalam Ferguson, et al. 2006). Orang tua sebagai pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keturunannya (Grunwald & McAbee, dalam Ferguson et al. 2006). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Fiske dalam artikel Ferguson et al. 2006, di banyak budaya, orang tua dianggap memiliki peran sebagai pemimpin dan pendidik dalam keluarga. Pola asuh diidentifikasikan sebagai jenis kepemimpinan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap interaksi kelompok seluruh keluarga, membentuk perkembangan kepribadian semua anak (Dreikurs, dalam Ferguson et al. 2006) dan perilaku remaja yang berhubungan dengan kesehatan (Morton, et al 2010).

 

Gaya Kepemimpinan Orang Tua

Terdapat tiga gaya kepemimpinan yang dapat diimplementasikan oleh orang tua dalam memimpin keluarganya yaitu otokratis, demokratis, dan laissez-faire (Lewit, dkk dalam Ferguson, 2006). Pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat oleh orang tua sangatlah penting karena gaya kepemimpinan ini akan sangat berpengaruh terhadap iklim sosial dan dinamika seluruh keluarga serta perkembangan kepribadian semua anak. Berdasarkan teori Adlerian pada masa kanak-kanak antara usia 4 dan 6 tahun inti kepribadian akan mulai terbentuk (Ferguson, 2002). Dibarengi dengan kondisi pendidikan yang optimal, kepribadian anak akan terus tebentuk sampai dengan usia kurang lebih 10 tahun.

 

Dalam tayangan keluarga cemara, Abah dan Emak menggunakan pola asuh yang identik dengan gaya kepemimpinan demokratis, dimana dalam pengasuhannya Abah dan Emak tetap memberikan saran dan memberikan bimbingan, namun mendorong pengambilan keputusan partisipatif dan pembagian kegiatan dan tanggung jawab pada anak-anaknya. Disini anak-anak mereka mempunyai kebebasan namun dengan ketertiban. Dalam hubungan interpersonalnya, anak-anak yang dibesarkan dengan gaya demokratis memberikan banyak saran, menunjukkan kerja sama dan berbagi, dan menyelesaikan tugas mereka dengan baik (Ferguson, et al. 2006).

 

Untuk menjadi pemimpin yang demokratis, orang tua perlu mempelajari cara-cara khusus dalam membimbing anak-anak, mengajari mereka keterampilan dasar yang mencakup, misalnya, saling menghormati, negosiasi damai, dan bekerja sama dengan cara yang saling mendukung dan kooperatif dengan orang lain (Ferguson, et al. 2006).

 

Selain dengan pola asuh dengan gaya demokratis, untuk membangun keluarga cemara dapat diimplementasikan dengan gaya kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan ini memiliki karakteristik yang relevan dengan perilaku mendidik sebagai orang tua. Dalam kepemimpinan transformasional, seorang pemimpin mendapatkan pengaruhnya dengan memaksimalkan kualitas hubungan mereka dengan orang lain (Wang, Law, Hackett, Wang, & Chen, dalam Morton, 2017). Mereka sangat mementingkan proses perkembangan, seperti pemberdayaan pengikut (Avolio, dalam Morton, 2017), membantu mereka menjadi otonom dalam tindakan mereka dan mendorong mereka untuk mencapai tingkat fungsi yang lebih tinggi.

 

Sejalan yang terjadi di film Keluarga Cemara pada kenyataannya ada kalanya beberapa anak merasa tidak nyaman dengan interaksi atau perlakuan orang tua terhadap dirinya hal ini dapat mengakibatkan konflik antara orang tua dan anak. Terkadang anak menjadi diam sebagai bentuk pemberontakan akan hal yang tidak dia inginkan. Hal ini perlu diwaspadai karena menyimpan emosi buruk yang dialami anak tidak memberikan keuntungan tetapi malah seperti bom waktu yang siap meledak jika anak tidak bisa menahannya. Orang tua harus berhati-hati dalam menyikapi bentuk pemberontakan yang ditunjukan oleh anak. Perlakuan orang tua dalam momen seperti ini akan sangat mempengaruhi output si anak di kemudian hari. Dinamika keluarga dan gaya kepemimpinan orang tua di saat seperti ini di dalam keluarga menurut perspektif Adlerian akan membentuk kepribadian jangka panjang pada anak (Morton, et al 2010).

 

Bukan hal yang mudah sebagai orang tua untuk selalu belajar memahami perilaku anak dengan segala kerumitannya, namun disinilah tantangannya. Orang tua harus mempunyai kemauan untuk melangkah semakin kedepan dalam memberikan pembelajaran kepada anak (Murdoko, 2017).

 

Referensi:

 

Ferguson, E., Hagaman, J., Grice, J., & Peng, K., (2006). From Leadership to Parenthood: The Applicability of Leadership Styles to Parenting Styles. Group Dynamics: Theory, Research, and Practice. 10, 43-56. Doi.org/10.1037/1089-2699.10.1.43.

Murdoko, E. W. (2017). Parenting With Leadership Peran Orangtua dalam Mengoptimalkan dan Memberdayakan Potensi Anak. PT Elex Media Komputindo.

Morton, K. L., Barling, J., Rhodes, R. E., Mâsse, L. C., Zumbo, B. D., & Beauchamp, M. R. (2010). Extending transformational leadership theory to parenting and adolescent health behaviours: an integrative and theoretical review. Health Psychology Review, 4(2), 128–157. Doi:10.1080/17437191003717489