ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 22 November 2023

 

Implementasi Teori X dan Y pada Prajurit Angkatan Laut

 

Oleh:

Farastia Ulandari, Wahyu Wardani, & Muhammad Erwan Syah

Prodi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

 

Setiap individu dalam sebuah organisasi pasti memiliki motif dalam bekerja yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Motif didefinisikan sebagai dorongan internal seseorang dalam mencapai sebuah tujuan (Marliani, 2019). Sedangkan motivasi menurut Sondang (Palanda & Sukmana, 2021) ialah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam arti lain, motivasi merupakan daya penggerak pemicu seseorang mengupayakan tercapainya tujuan. Dalam sebuah organisasi, pemberian motivasi biasanya menjadi tugas dari seorang pemimpin. Dimana pemimpin berperan penting dalam membangkitkan motif bawahannya agar mereka senantiasa bekerja tanpa terpaksa. Sehingga, output yang diharapkan adalah bawahan dapat menghasilkan kinerja baik bagi tercapainya tujuan organisasi.

 

Pada konteks kemaritiman, motivasi juga perlu dimiliki setiap prajurit TNI AL dalam menjalankan tugas-tugasnya. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 pasal 9 (Inri Fidelia Kasenda et al., 2020), TNI AL memiliki tugas: (1) melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan; (2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yuridiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi; (3) Melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah; (4) Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut; (5) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

 

Apabila motivasi prajurit tinggi, maka prajurit akan melakukan pekerjaannya dengan baik dan dapat meningkatkan kinerja dengan hasil terbaik. Sebaliknya, apabila motivasinya rendah, maka prajurit akan sulit untuk bekerja dengan baik dan cenderung tidak bertanggung jawab sekalipun prajurit tersebut memiliki kemampuan yang sangat baik. Oleh karena itu, sangat penting dalam menumbuhkan motivasi kerja prajurit. Dimana motivasi ini dapat ditimbulkan oleh atasan maupun dari internal individu prajurit. Apabila motivasi ini didapat dari diri sendiri, maka hal ini adalah suatu kekuatan besar yang digunakan sebagai modal untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diri mereka sendiri (Palanda & Sukmana, 2021).

 

Diantara sekian banyak teori motivasi, salah satu pelopor teori motivasi X dan Y oleh Douglas Mc Gregor memandang berbeda mengenai manusia dalam organisasi (Marliani, 2019). Teori X memandang manusia dalam organisasi dari perspektif negatif. Berkaitan dengan motivasi kerja, teori X memandang bahwa prajurit merupakan individu yang malas bekerja, tidak senang bekerja, lari dari tanggung jawab, ambisinya kecil, dan ingin dibimbing. Sehingga dampaknya tidak sesuai dengan kompetensi atau passionnya. Dalam hal ini, atasan perlu meyakinkan prajurit bahwa mereka yang berkontribusi terhadap pencapaian tujuan akan diberikan balas jasa yang setimpal. Begitupun dengan prajurit yang tidak berkontribusi atau justru tidak menyukai pekerjaannya akan disanksi atau dikenai hukuman sebagai balasannya. Hal ini dilakukan agar prajurit dapat melaksanakan usaha, bergerak dalam mencapai tujuan.

 

Sedangkan teori Y memandang manusia dari perspektif positif. Dimana teori Y beranggapan bahwa prajurit merupakan individu yang memiliki rasa tanggung jawab bersama, menyukai pekerjaan, tidak memiliki beban dalam menjalankan tugasnya dan menganggap bahwa fisik dan mental harus seimbang. Sehingga dampaknya sesuai dengan kompetensi atau passionnya. Dalam hal ini prajurit mampu untuk berinovatif, mengambil keputusan dengan bijak, bekerja atas kemauan sendiri dan terus berkembang. Sehingga, teknik motivasi yang dapat digunakan pemimpin adalah dengan memberikan reward, otonomi, tanggungjawab, keterlibatan, pemberdayaan, dan berikan mereka kesempatan untuk berkembang dan bertumbuh.

 

Oleh karena itu, Teori X dan Y dari Douglas Mc Gregor bisa dijadikan pedoman oleh pemimpin dalam membangkitkan motivasi prajurit TNI AL Pemimpin memberi reward pada bawahannya yang telah berkonribusi menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Selain itu pemberian reward bisa meningkatkan kinerja prajurit kedepannya. Kemudian pemimpin dapat memberi punishment berupa sanksi untuk prajurit yang kinerjanya kurang baik dan tidak bertanggung jawab penuh dalam menjalankan tugas. Pemberian punishment bukan untuk menghukum akan tetapi sebagai bentuk imbalan atas kinerja prajurit yang kurang.

 

Referensi:

 

Inri Fidelia Kasenda, G., Pantja Djati, S., & Suprapto. (2020). Analisis Profesionalisme Prajurit Tni Angkatan Laut Dalam Mendukung Pertahanan Negara Di Komando Armada I. Manajemen Pertahanan: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Manajemen Pertahanan,6(2),108–127.https://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/MP/article/view/631

Marliani, L. (2019). Motivasi Kerja Dalam Perspektif Douglas Mc Gregor. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara, 6(2), 1–5.

Palanda, T., & Sukmana, A. (2021). Pengaruh Motivasi Kerja Tamtama KRI Kelas Pattimura Koarmada I terhadap Kinerja Prajurit dalam Melaksanakan Kesiapan Operasi. JUIMA : Jurnal Ilmu Manajemen, 11(2), 62–68.