ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 12 Juni 2023

 

Menjaga Kualitas Alat Tes Psikologi

 

Oleh:

Chandra Yudistira Purnama

Fakultas Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani – Cimahi

 

Alat tes psikologi merupakan alat yang mampu mengukur berbagai aspek perilaku, kognisi, kepribadian, dan kesehatan mental manusia (Laher, 2022). Psikolog, konselor, pendidik, peneliti, dan profesional lainnya sering menggunakannya untuk mengevaluasi, mendiagnosis, atau merawat individu atau kelompok. Namun, saat ini banyak ditemui alat tes psikologi yang disalahgunakan, disalahartikan, atau dimanipulasi oleh pengguna yang tidak memenuhi syarat atau tidak memiliki komptensi (Nay, 2005). Oleh karena itu, melindungi kualitas alat tes psikologi, validitas, reliabilitas, dan integritas alat tes psikologis dari ancaman-ancaman tersebut sangatlah penting.

 

Fenomena yang terjadi saat ini, banyak informasi dan aktivitas jual beli alat tes psikologi di media sosial dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang (Putri, 2019). Kondisi ini merupakan peristiwa yang sangat merugikan bagi professional psikologi. Kebocoran tes psikologi seperti tersebarnya informasi mengenai cara mengerjakan tes psikologi, informasi mengenai kunci jawaban tes psikologi dan tips&trick agar lulus tes psikologi untuk berbagai kebutuhan saat ini sangat mudah dijumpai. Media internet memudahkan untuk mencari informasi tersebut, bahkan terdapat toko online yang dengan terang-terangan memperjual-belikan perangkat lunak tes psikologi yang berisi persoalan tes psikologi, kunci jawaban hingga interpretasinya.

 

Kebocoran tersebut dapat berdampak pada akurasi hasil pemeriksaan psikologi menjadi tidak valid. Hal tersebut dapat mengacaukan interpretasi hasil pemeriksaan psikologi dan lebih jauh dapat terjadi kesalahan pengambilan keputusan. Dalam jangka panjang apabila hal tersebut tidak segera diantisipasi dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarkat terhadap hasil pemeriksaan psikologi, yang selama ini masih digunakan sebagai salahsatu alat untuk menggambarkan profil kepribadian dalam berbagai kepentingan, seperti seleksi masuk kerja dan seleksi masuk ke sekolah.

 

Perlu upaya dari professional psikologi (psikolog dan ilmuwan psikologi) untuk mengatasi hal tersebut. Professional psikologi dapat berkolaborasi dengan ahli lain untuk menjaga kualitas alat tes psikologi dan mengantisipasi kebocoran alat tes psikologi agar tidak berlarut-larut dan memberikan dampak merugikan yang semakin besar. Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan oleh professional psikologi untuk memastikan kualitas alat tes psikologi tetap terjaga.

 

1.      Melakukan pengaman alat tes psikologi dengan ketat.

Professional psikologi harus berhati-hati dalam menggunakan dan menyimpan alat tes psikologi, menghindari berbagi alat tes psikologi dengan pihak yang tidak kompeten dan tidak berkepentingan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, jika mendapat informasi terjadi kebocoran harus segera melaporkannya kepada instansi yang berwenang dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan (Aldridge et al., 2017; Kaufmann, 2009).

 

2.      Memberikan edukasi kepada penggunan layanan psikologi.

Professional psikologi secara berkala memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai layanan psikologi yang menggunakan alat tes psikologi. Hal ini penting dan diperlukan agar masyarakat memahami bahwa saat ini banyak pihak yang tidak berkompeten atau tidak berwenang  melalui internet dan media sosial secara bebas memberikan informasi mengenai tes psikologi. Melalui edukasi dihimbau agar masyarakat tidak mengikuti atau mempercayai informasi-informasi yang tersebar di internet atau media sosial mengenai cara-cara mengerjakan tes psikologi (Advincula & Sunga, 2022; Kaufmann, 2009).

 

3.      Melakukan kalibrasi dan pengembangan alat tes.

Professional psikologi dapat berkolabrasi dengan ahli psikometrika untuk melakukan kalibrasi alat tes psikologi dan mengembangkan alat tes psikologi yang mutakhir dan sesuai konteks terbaru. Hal ini termasuk mengkonstruksi alat tes psikologi yang baru, melakukan studi uji coba alat ukur, mengevaluasi properti psikometrik alat ukur berupa reliabilitas dan validitasnya (Kaufmann, 2009; Kudsi et al., 2020).

 

4.      Melakukan pemeliharaan alat tes psikologi secara berkala.

Alat asesmen psikologis harus menjalani pemeliharaan rutin untuk memastikan akurasi dan relevansinya. Professional psikologi dan ahli psikomterika dapat bekerjsama memantau performa alat ukur, melakukan analisis item, memperbarui alat ukur sesuai kebutuhan untuk merefleksikan perubahan konstruk yang diukur, dan pengembangan norma untuk kebutuhan interpretasi (Li & Wu, 2018).

 

5.      Kolaborasi dan tinjauan rekan sejawat.

Professional psikologi harus terlibat dalam kolaborasi dengan ahli-ahli lain seperti sesama psikolog, ahli psikometrika, praktisi dan pengguna layanan psikologi untuk melakukan tinjauan sejawat. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan validitas alat asesmen. Mintalah umpan balik dari para ahli di bidangnya, lakukan studi validasi, dan berpartisipasi dalam organisasi profesional untuk tetap mendapatkan informasi terbaru (Knight, 2011; Wilson et al., 2012).

 

Dengan menerapkan upaya-upaya tersebut, professional psikologi dapat melindungi dan menjaga kualitas alat tes psikologi, menjaga integritas proses pengukuran, dan memastikan keakuratan dan validitas hasil pemeriksaan psikologi.

 

Referensi:

 

Advincula, J. L., & Sunga, A. (2022). Attitudes and Perceived Competence of Psychometricians Toward Psychological Tele-Assessment in the Philippines (Preprint). https://doi.org/10.2196/preprints.41135

Aldridge, V. K., Dovey, T. M., & Wade, A. (2017). Assessing Test-Retest Reliability of Psychological      Measures. In European Psychologist. https://doi.org/10.1027/1016-9040/a000298

Kaufmann, P. (2009). Protecting Raw Data and Psychological Tests From Wrongful Disclosure: A Primer on the Law and Other Persuasive Strategies. In The Clinical Neuropsychologist. https://doi.org/10.1080/13854040903107809

Knight, B. G. (2011). Training in Professional Psychology in the US: An Increased Focus on Competency Attainment. In Australian Psychologist. https://doi.org/10.1111/j.1742-9544.2011.00026.x

Kudsi, Z., Fenlon, M. R., Fleming, P. S., & Baysan, A. (2020). Assessment of Psychological Disturbance in Patients With Tooth Loss: A Systematic Review of Assessment Tools. In Journal of Prosthodontics. https://doi.org/10.1111/jopr.13141

Laher, S. (2022). International Histories of Psychological Assesment. Cambridge.

Li, C. H., & Wu, J.-J. (2018). Psychometric Evaluation of the Chinese Version of the Emotion Regulation Questionnaire in Taiwanese College Students. In Assessment. https://doi.org/10.1177/1073191118773875

Nay. (2005). Banyak Penyimpangan Profesi Psikolog, Himpsi Akan Ajukan RUU Psikologi. Hukumonline.Com. https://www.hukumonline.com/berita/a/banyak-penyimpangan-profesi-psikolog-himpsi-akan-ajukan-ruu-psikologi-hol12079/

Putri, E. R. (2019, November 6). Marak Tes Kepribadian di Media Sosial, Psikolog Jelaskan Dampak Buruknya, Bisa Akibatkan Depresi -. TribunNews.Com. https://www.tribunnews.com/kesehatan/2019/11/06/marak-tes-kepribadian-di-media-sosial-psikolog-jelaskan-dampak-buruknya-bisa-akibatkan-depresi#google_vignette

 

Wilson, F. R., Pan, W., & Schumsky, D. A. (2012). Recalculation of the Critical Values for Lawshe’s Content Validity Ratio. In Measurement and Evaluation in Counseling and Development. https://doi.org/10.1177/0748175612440286 

A