ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 20 Oktober 2022

Cerdas Mengelola Emosi Dalam Berkendara

 

Oleh:

Mohammad Adi Ganjar Priadi

Fakultas Psikologi, Unika Indonesia Atma Jaya

 

Latar belakang permasalahan

Akhir-akhir ini, banyak ditemui peristiwa yang melibatkan arogansi dalam berkendara di jalan raya. Ragam bentuknya dapat bermacam-macam, misalnya menggunakan sirine atau lampu strobo berlebihan demi kepentingan pribadi, aksi saling serobot di jalan bebas hambatan yang berujung kasus tindak kekerasan, hingga pengaturan lalu lintas semrawut yang dapat membuat sesama pengendara berkonflik. Berkendara di jalan raya memang membutuhkan kesiapan fisik dan psikis yang prima. Arogansi dalam berkendara berhubungan dengan kecerdasan setiap pengendara dalam mengelola emosi. Tujuan orang berkendara khususnya apabila menggunakan kendaraan pribadi juga bermacam-macam. Seringkali hal ini juga yang dapat membuat pengendara terburu-buru di jalan raya. Apabila ditinjau lebih dalam, banyak hal yang dapat memunculkan stres pada pengendara khususnya berkendara di jalanan yang ramai. Kemacetan yang parah, cuaca yang kurang bersahabat, maupun hal sepele lainnya dapat berpengaruh pada kesiapan berkendara di jalan raya baik bagi pengendara roda dua maupun roda empat.

 

Kecerdasan emosi 

Kecerdasan emosi merupakan sekumpulan keterampilan yang menitikberatkan dalam mengatur hal-hal yang berhubungan dengan emosi seseorang, problem solving, maupun kemampuan empati secara umum. Orang yang dikatakan memiliki kecerdasan emosi yang matang didefinisikan sebagai seseorang yang tidak bertindak impulsif dan senantiasa memikirkan konsekuensi dari perilakunya. Meskipun konsep kecerdasan emosi sulit untuk diukur akan tetapi beberapa teori mengatakan bahwa dengan memiliki kecerdasan emosi matang, maka seseorang dapat bertindak mawas diri dimana pun mereka berada. Hal ini juga termasuk dalam mengatur emosi dalam kondisi stres. Orang dengan kecerdasan emosi yang matang tentunya mampu mengelola sumber stres dengan tepat dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Lazarus dan Folkman mendefinisikan stres sebagai sebuah hubungan antara kejadian-kejadian atau kondisi-kondisi lingkungan dengan penilaian kognitif individu terhadap tingkat dan tipe tantangan, kesulitan, kehilangan maupun ancaman (Grant, dkk, 2003). Harrington (2013) yang mengembangkan teori dari Lazarus mendeskripsikan stres sebagai kumpulan dari reaksi kognitif, emosional, fisiologis, dan perilaku yang sebuah organisme alami ketika ia menghadapi ancaman dan tantangan.

 

Serba-serbi dalam berkendara

Johnston (2018) mengatakan bahwa banyak hal yang dapat membuat pengendara marah dan stres, salah satunya adalah berusaha untuk tiba dalam waktu yang cepat untuk mencapai tujuan. Hal lain yang juga dapat terjadi biasanya berhubungan dengan situasi yang ada di sekeliling pengendara. Meskipun demikian, respon emosional yang spontan terjadi tentunya juga tidak selalu berasal dari faktor eksternal melainkan juga faktor internal yang termasuk kecerdasan emosi di dalamnya. 

 

Hasil penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhou, Qu, dan Ge, (2022) pada 304 partisipan dengan usia 18-57 tahun mengungkapkan bahwa para pengendara dengan kecerdasan emosi tinggi ternyata memiliki perilaku berkendara yang lebih stabil di jalan raya. Mereka juga lebih mampu untuk menangani situasi di jalan raya dan beradaptasi dengan cepat dalam berkendara. Lebih lanjut Aeni, Effendi, Fauziah, dan Herdiansyah (2020) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku berkendara, dengan self-efficacy, jenis kelamin dan pengetahuan. Mengenai hasil temuan ini, aspek pengetahuan tentunya tidak dapat dipisahkan dari kesiapan fisik dan psikis dalam berkendara. Ketika seseorang hendak berkendara di jalan raya, maka sudah sepatutnya ia memiliki keterampilan mengemudi yang memadai. 

 

Upaya yang dapat dilakukan

Stres dapat muncul di mana saja, termasuk di jalan raya. Akan tetapi, pengendara dapat menentukan sikapnya untuk tetap tenang dalam mengatur emosi ketika berkendara. Ketika menemui hal-hal yang tidak dikehendaki misalnya, anda dapat mengatur napas dan mengatur emosi sejenak agar cepat menguasai diri dan tidak mudah terpancing dengan situasi di sekitar. Hal yang tidak kalah penting adalah membuat diri anda rileks, dan berpikir panjang bahwa agresi, arogansi, maupun segala perilaku yang dapat merugikan orang lain sepatutnya tidak dilakukan. Alih-alih mengatasi masalah, luapan emosional yang sifatnya tiba-tiba dan tak terkendali justru dapat menambah masalah baru.

 

Hal yang dapat dilakukan diantaranya; a)menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam berkendara, bukan sekadar paham rambu tapi mampu mengelola respon yang dihasilkan ketika menghadapi konflik b)menyediakan waktu ekstra ketika berpergian c)pikirkan tindakan sebelum melakukan: tidak membawa masalah personal ketika berkendara d)menerapkan prinsip safety riding.

 

Kesimpulan

Berkendara di jalan raya membutuhkan kesiapan fisik dan psikis dan tentunya keterampilan dalam mengemudikan kendaraan. Segala keterampilan yang dimiliki tentunya tidak akan berguna jika kita tidak siap dalam menanggulangi sumber stres yang ada di jalan raya. Menghadapi situasi jalan raya berarti juga berhadapan dengan hal-hal yang berhubungan dengan ketidak pastian. Respon terhadap hal ini lah yang menentukan apakah seseorang memiliki kematangan emosi cukup dalam berkendara atau sebaliknya.    

 

 

Referensi:

 

Aeni, A.N., Effendi, L., Fauziah, M., & Herdiansyah, D. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku aman berkendara (safety riding) pada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta, tahun 2020. Environmental Occupational Health and Safety Journal. 191-204.

Grant, K.Z., Compas, B.C., Thurm, A.E., McMahon, S.D. & Gipson, P.Y. (2003). Stressors and child and adolescent psychopathology: Evidence of moderating and mediating effects. Clinical Psychology Review. 26, 257-283.

Harrington, R. (2013). Stress, health; and well-being: thriving in the 21st century. Belmont: Wadsworth Cengage Learning.

Johnston, J. E. (2018). The road to rage; from aggressive driving to anger, arguments and assault. Psychology today. Diunduh dari https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-human-equation/201803/the-road-rage

Zhou, Y., Qu, W., & Ge, Y. (2022). The role of trait emotional intelligence in driving anger: The Mediating Effect of emotion regulation. Elsevier, vol 88. 281-290.