ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 19 Oktober 2022

Tolak Isu Negatif: “Bangun Kesehatan Mental Dan Psychological Well-BeingPada Anak Disabilitas”

 

Oleh:

Desynta Ayuningtyas & Muhammad Erwan Syah

Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

 

Permasalahan terhadap penderita disabilitas semakin berkembang seiring berkembanganya teknologi sehingga memunculkan hal yang menghawatirkan. Adanya perbedaan persepsi dan pandangan tidak jarang diturunkan oleh masyarakat sekitar terkait dengan adanya problematika

 

penyandang disabilitas. Hal tersebut tampak dalam anak disabilitas yang mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai sehingga memunculkan tekanan fisik dan psikologis. Anak penyandang disabilitas mendapatkan begitu banyak judgment dari lingkungan sekitar akan adanya ketidaksempurnaan dan adanya anggapan yang bersifat menjatuhkan sebagai anak pembawa aib dan menyusahkan membuat sosok anak menjadi individu yang pendiam dan cenderung minder atau malu dengan keadaan yang dimiliki karena adanya penilaian yang terus dimunculkan dalam kehidupan yang dijalaninya.

 

Stigma negative yang dimunculkan dalam kehidupan bermasyarakat menimbulkan adanya batasan-batasan terhadap penyandang disabilitas baik dalam usia anak, remaja, maupun dewasa. Ketidakmampuan seorang ibu atau keluarga terhadap penerimaan keluarga maupun anak disabilitas tentunya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang, kesehatan mental dan kesejahteraan bagi anak saat anak tersebut tumbuh menjadi suatu individu di kemudian hari. Anak memiliki kebutuhan khusus seringkali mendapatkan pandangan yang rendah akan adanya ketidakmampuan fisik yang dialami dan rentan terjadi masalah pada kesehatan yang dapat berpengaruh dalam kehidupan, tidak terkecuali pada kondisi psikologis dan sosial dimana anak tersebut tumbuh dan berkembang.

 

Adanya stigma negative tentunya memunculkan pandangan yang beragam sehingga dibutuhkan adanya kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis atau psychological well-being pada anak berkebutuhan khusus sebagai anak penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas merupakan setiap orang yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual, perkembangan sensorik dan keterbatasan fisik dalam jangka waktu yang relative lama sehingga menimbulkan hambatan dan kesulitan untuk dapat bersosialisasi dan melakukan aktivitas sebagai manusia pada umumnya. Anak penyandang disabilitas tentunya sangat membutuhkan pola asuhan dan perhatian khusus oleh orang tua maupun sekitar.

 

Pola asuh sangat berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang diberikan oleh Safarino (2006) dalam Sholichah, dkk (2021) menjelaskan bahwa salah satu hal yang berperan penting dalam kesejahteraan psikologis atau psychological well-being pada anak merupakan adanya dukungan sosial berupa kenyamanan, penghargaan, perhatian, dan pertolongan yang diberikan orang lain atau kelompok terhadap individu tersebut. Dengan adanya hal tersebut sangatlah jelas jika pengaruh penerimaan orang tua dan keluarga dalam memberikan pengertian dan penerimaan terhadap anak berkebutuhan khusus sangat berpengaruh terhadap adanya kesehatan mentalitas dan kesejahteraan psikologis. 

 

Perlunya penurunan stigma dalam masyarakat terhadap anak penyandang disabilitas tentunya sangat diperlukan. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya kesadaran bahwa anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga pantas mendapatkan perlakuan, pendidikan, dan kasih sayang sebagaimana anak pada umumnya. Adanya perbedaan kesempatan dan pendidikan dapat membuat anak memiliki perasaan negative dan mengakibatkan adanya persepsi negative terhadap diri yang selalu dikembangkan karena adanya judgment yang diberikan oleh lingkungan. Penganggapan jika hal tersebut merupakan hal yang wajar membuat perilaku tersebut semakin dimunculkan.

 

Namun tanpa kita sadari dengan perilaku tersebut sebagai seorang pelaku dapat menurunkan moral dan kesejahteraan yang dimiliki pada anak sebagai korban. Adanya peningkatan dan mawas diri terhadap stigma yang dimunculkan tentunya menjadi langkah awal bagi orang tua untuk mampu memberikan yang terbaik. Adanya kasih sayang, perlindungan, dan dukungan sosial dapat mendorong anak mampu melakukan penerimaan diri dengan baik terhadap kekurangan yang dimiliki sehingga dapat terus mengembangkan potensi yang dimiliki. Pendidikan yang diberikan serta adanya pemahaman yang bijak dapat mengajarkan hal baru bagi anak dan dapat dikembangkan apabila dilakukan secara berkesinambungan. 

 

Mematahkan stigma memang tidaklah mudah, namun bagaimana cara kita mampu bersyukur dan mengatasi permasalahan dengan menanamkan sikap positif dan membangun mental anak mampu menjadikan anak menjadi individu yang tangguh dikemudian hari. Kesejahteraan psikologis dapat membantu anak berkembang dengan adanya sikap religiusitas dan penerimaan diri yang kuat sehingga tidak terjadi gangguan pada kesehatan mental anak. Motivasi pada anak dapat terus dikembangkan terlepas dari adanya stigma negative yang diberikan guna mengasah bakat yang dimiliki dan adanya pandangan bahwa anak akan mampu bersinergi dengan dunia luar. Sehingga orang tua memiliki andil yang besar terkait dengan penerimaan sosial dalam masyarakat maupun pertemanan sebaya yang dilakukan oleh anak penyandang disabilitas.

 

 

Referensi:

 

Aldan, Aidil. 2022. Analysis Of The Self-Development Program As An Effort To Be Independent Of Physically Disabled Children At Yayasan Pembinaan Anak Cacat Kota Medan. Jurnal KESKAP: Jurnal Kesejahteraan Sosial, Komunikasi dan Administrasi Publik, Vol. 1(1), April 2022, 30-37.

 

Irawan, Doni &Dewi Kamaratih. 2022. Pengaruh kebersyukuran terhadap kesejahteraan psikologis orang tua yang memiliki anak dengan gangguan Autisme. BSR : Borneo Student Research, eISSN: 2721-5725, Vol 3 (2), 2022, 2360-2365

 

Sholichah, I., Weni E. W., & Ahmad B.W. 2021. Dukungan Sosial Pelatih Dan Internal Locus Of ControlDengan Psychological Well-Being Pada Atlet Disabilitas. IPJ :  Indonesia Performance Journal, Vol. 3 (2) (2021), 1-8,  http://journal2.um.ac.id/index.php/jko

 

Wibisana, N.S., Agustine M., & Ni Nyoman G. 2022. Gambaran Kualitas Hidup Anak dengan Disabilitas Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pendidikan Tunanetra Mataram. Lombok Medical Journal, 2022, Vol. 1(1), 40-42.

 

Zahara, C.I., Rahmania D., Nur A.S., Safuwan & Hafnidar. 2022. Peningkatan Psychological Weel-Being(Kesejahteraan Psikologis) Pada Ibu Yang Memiliki Anak Stunting Di Aceh Utara. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, Vol. 5 (1), Februari 2022, 79-83.