ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 7 Apr 2022

Tiga Kompetensi Yang Dibutuhkan Karyawan Selama WFH

 

Oleh

Cory Fahrunnisa & Purnomolugi Ursila Nilamsari

Program Studi Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

 

Work From Home, Tantangan atau Musibah?

Sejak adanya pandemi Covid-19 merebak di Indonesia, keharusan menjaga jarak atau physical distancingtelah memaksa banyak orang untuk beraktivitas di rumah saja. Bekerja dari rumah atau Work from Home (WFH) sudah menjadi norma baru yang harus dijalankan oleh pekerja di berbagai sektor. Bila dihitung sejak kasus Covid-19 pertama kali muncul di Indonesia yaitu awal Maret 2020, maka sudah kurang lebih 15 bulan anjuran WFH berlaku. 

 

WFH yang menjadi fenomena dewasa ini di Indonesia bukanlah budaya kerja yang banyak dijumpai di organisasi. Semenjak adanya kasus Covid-19, WFH merupakan pengalaman baru bagi mayoritas organisasi di Indonesia. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, organisasi dituntut untuk melakukan transformasi dari segala aspek untuk membantu ketercapaian organisasi di situasi WFH. Para pekerja pun dituntut untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Bila tidak dapat menyesuaikan diri, tentunya WFH akan menjadi sebuah musibah. Meskipun WFH menciptakan fleksibilitas waktu dan tempat, terkadang menimbulkan konflik pada pekerja seperti tidak adanya batasan yang jelas antara urusan pekerjaan dan rumah karena dua urusan tersebut dilakukan di tempat yang sama. Hal ini dapat berdampak pada pekerjaan menjadi terbengkalai.

 

Dampak lain dari WFH terlihat pada survei yang dilakukan Blind, sebuah aplikasi komunitas workplace, tahun 2020 kepada 9.726 karyawan yang WFH, didapatkan bahwa 68 persen responden mengaku merasakan kelelahan mental yang lebih tinggi dan 60 persen responden merasakan jam kerja bertambah (Daniel, 2020). Data lain didapatkan dari survei PPM Manajemen Indonesia pada tahun 2020, ditemukan bahwa 80 persen pekerja mengalami gejala stres akibat kerja dengan sistem WFH selama masa pandemi Covid-19 (Karunia, 2020). Stres terjadi mulai dari level sedang hingga berat. Pekerja yang stres ini rata-rata dialami rentang usia 26-35 tahun sebesar 83 persen, 36-45 tahun sebesar 79 persen, dan di bawah usia 25 tahun 78 persen.

 

Sementara, bagi pekerja yang terus belajar dan berusaha menyesuaikan diri dengan budaya kerja WFH, tentunya dapat meminimalisir terjadinya sebuah musibah atau dampak seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dan justru menganggapnya menjadi tantangan baru yang harus dihadapi. Disadari atau tidak, WFH mengajarkan para pekerja untuk bisa terus belajar tanpa batas karena didukung perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

 

Bagaimana Menghadapi Dampak WFH bagi Karyawan?

Kita harus sadar bahwa dunia terus berubah, situasi dan kondisi kerja juga berubah. Dengan sebuah perubahan tersebut, maka cara kerja dan pola pikir para pekerja pun harus berubah. Diperlukan landasan kerja yang kuat dalam menghadapi perubahan tersebut yaitu berupa kompetensi. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan sebuah pekerjaannya. Perumusan kompetensi untuk karyawan WFH menjadi sangat berguna dalam membantu karyawan dapat bekerja secara maksimal tanpa kendala yang berarti. Berikut tiga kompetensi yang harus dimiliki karyawan selama WFH agar dapat menghadapi kendala yang terjadi:

 

1.  Adaptability

Kompetensi adaptability merupakan kemampuan mempertahankan efektivitas dalam berbagai lingkungan kerja dengan keadaan dan prioritas yang selalu berubah (Sanghi, 2007). Menurut Girneata (2014), kompetensi adaptability memiliki implikasi langsung terhadap pencapaian keberhasilan organisasi, terutama dalam lingkungan yang berubah. Di masa yang penuh dengan ketidakpastian saat ini, cara dan sistem kerja berubah secara drastis. Dengan memiliki kompetensi adaptability, karyawan mampu menghadapi ketidakpastian dengan bersikap responsif terhadap tantangan dan peluang baru.

2.  Collaborative Relationship

Kompetensi collaborative relationship merupakan kemampuan seseorang dalam membangun, mempertahankan, dan memperkuat hubungan kerja maupun personal dengan orang lain sehingga dapat saling memberikan informasi, dukungan, hingga mencapai tujuan bersama (Shermon, 2004). Temuan dari Mungkasa (2020), terbatasnya interaksi dengan rekan kerja dan kesulitan mendorong sinergitas tim merupakan tantangan yang dirasakan karyawan selama WFH. Ketika karyawan WFH, bukan berarti bekerja sendiri. Para pekerja masih akan menjadi bagian dari tim, yang berarti bekerja dengan rekan kerja dalam proyek dan tugas. Tanpa ruang fisik untuk berkumpul, collaborative relationship bisa menjadi kompetensi esensial yang dibutuhkan untuk menembus ruang tersebut.

 

3.  Stress Management     

Kompetensi stress management merupakan kemampuan individu dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efektif untuk bisa mengelola dan juga mengatasi gangguan serta kekacauan mental serta emosional yang terjadi karena adanya respon atau tanggapan (Shermon, 2004). Kompetensi ini sebagai solusi dari dampak WFH bagi karyawan yang telah disebutkan di atas seperti kelelahan mental dan stres. Kompetensi stress management ditemukan menjadi salah satu kompetensi penting dalam hal pencegahan stres kerja di situasi krisis (Toderi, Gaggia, Balducci, & Sarchielli, 2015).

 

Cara kerja akan sangat berbeda pasca pandemi Covid-19. Meskipun karyawan mungkin tidak sepenuhnya bekerja dari rumah, mereka tetap akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja di luar kantor. Akibatnya, kelak organisasi akan mencari untuk mempekerjakan individu yang dapat bekerja dari jarak jauh secara profesional, efektif, dan produktif. Oleh karena itu, setidaknya karyawan perlu memiliki tiga kompetensi tersebut agar membantu mereka menjadi pekerja jarak jauh yang sukses.

 

Referensi:

 

Daniel, Ellen. (2020). Blind: Two Thirds Of Professionals Think Remote Working Is Damaging Their Mental Health. Diakses Dari https://www.verdict.co.uk/remote-working-mental-health-2/.

 

Girneata, Adriana. (2014). Adaptability–a strategic capability during crisis. Economics Questions, Issues and Problems Journal, ISBN 978-80-89691-07-4.

 

Karunia, A. M. (2020). Survei PPM Manajemen: 80 Persen Pekerja Mengalami gejala Stres Karena Khawatir Kesehatan. Diakses dari https://money.kompas.com/read/2020/06/05/133207026/survei-ppm-manajemen-80-persen-pekerja-mengalami-gejala-stres-karena-khawatir

 

Mungkasa, Oswar. (2020). Bekerja dari rumah (Work From Home): menuju tatanan baru era pandemi covid-19. The Indonesian Journal of Development Planning Volume IV No. 2.

 

Sanghi, Seema. (2007). The Handbook of Competency Mapping. New Delhi: Sage Publications Inc.

 

Shermon, Ganesh. (2004). Competency Based Human Resource Management. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

 

Toderi, S., Gaggia, A., Balducci, C., & Sarchielli, G. (2015). Reducing Psychosocial Risk Through Supervisors' Development: A Contribution for a Brief Version of Stress Management Competency Indicator Tools." Science of The Total Environment, 518-519, 345-351.