ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 9 Mei 2021
Apa Manfaat Dan Cara Menghadapi Rasa Sedih?
Oleh
Dewi Syukriah
Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Setiap individu akan merasa sedih ketika kehilangan orang yang dicintai ataupun menerima kabar buruk dari orang terdekat individu tersebut. Pada anak-anak, kesedihan akan lebih bersifat umum, seperti sedih ketika dilarang bermain oleh orang tua ataupun tidak diberi uang jajan. Setiap individu dengan rentang usia yang berbeda-beda, maka akan berbeda pula sumber kesedihannya. Selama seorang individu masih hidup, maka kesedihan bisa datang di waktu-waktu yang tidak terduga.
Kesedihan digambarkan dengan perasaan sedih, bingung, kecewa, patah hati, haru biru, kecil hati, putus asa, bersedih hati, tidak berdaya, menyedihkan (Ekman, 2008). Seseorang akan merasa sedih mengenai sesuatu yang spesifik, keadaan ini bisa menghilang setelah beberapa waktu atau setelah sesuatu yang baik menggantikan peristiwa menyakitkan yang memicu kesedihan. Kesedihan berasal dari kapasitas seorang individu menerima suatu hal buruk yang terhubung dengan cinta, koneksi dan keterikatan emosional pada orang, tempat dan benda.
Apakah merasa sedih sama dengan depresi? Kadang kita dengan mudahnya mendengar seorang mahasiswa yang mengatakan bahwa dirinya depresi karena nilainya yang turun, atau seorang ibu rumah tangga yang mengatakan dirinya depresi karena harga sembako naik atau seorang pegawai yang mengatakan dirinya depresi karena dimarahi oleh atasannya. Dalam kehidupan sehari-hari, Seringkali kita mengucapkan kata depresi untuk mengacu pada kesedihan.
Winch (2013) Membedakan antara kesedihan dengan depresi. Kesedihan adalah suatu bentuk emosi manusia yang normal, Kesedihan biasanya dipicu oleh peristiwa, pengalaman, situasi yang sulit, menyakitkan, menantang atau mengecewakan. Kesedihan biasanya tidak bertahan lama, yang berarti ketika sesuatu berubah, maka luka emosional seseorang juga akan berubah. Ketika seseorang telah beradaptasi, menyesuaikan diri serta melupakan, maka kesedihan pun akan menghilang. Sedangkan depresi adalah kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti, merasa bersalah, menarik diri dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan berubah drastis atau bahkan menghilang. Depresi menguras energi, motivasi dan kemampuan seseorang untuk mengalami kegembiraan, kepuasan, koneksi dan makna dalam hidup.
Kesedihan adalah salah satu dari gejala depresi. Ketidakmampuan untuk membedakan antara kesedihan dan depresi dapat membuat seseorang mengabaikan kondisi psikologis yang parah (depresi) dan juga bisa mengakibatkan reaksi berlebihan pada keadaan emosi normal (kesedihan). Depresi adalah gangguan mental serius yang mempunyai dampak yang luas pada kehidupan pribadi seseorang, kehidupan profesional dan masyarakat secara keseluruhan.
Lalu, apa sih manfaat dari kesedihan? Menurut penelitian yang dilakukan di Yogyakarta oleh Putri, Prawitasari, Hakim, Yuniarti dan Kim (2012) ditemukan bahwa kesedihan merupakan hal yang perlu mendapat perhatian khusus, dikarenakan sebanyak 27 % remaja di Yogyakarta memandang kesedihan sebagai hal yang negatif, walaupun banyak juga remaja yang berpikir bahwa kesedihan adalah hal yang positif dalam hidup.
Manusia cenderung menghindari kesedihan secara naluriah. Sejak kita muda, kita berusaha untuk menghindari perasaan sedih. Kesedihan adalah emosi hidup yang dapat berfungsi untuk mengingatkan kita tentang apa yang penting dan apa yang yang memberi makna dalam hidup. Ketika kita bersedih, dan kita mampu menghadapi kesedihan tersebut dalam kapasitas yang sehat dan aman, maka kita akan merasa lebih membumi, lebih menjadi diri sendiri dan juga lebih tangguh dalam menjalani kehidupan. Dengan adanya kesedihan dalam hidup kita, maka hal ini akan menambah dimensi makna pada pengalaman hidup kita menjadi lebih beragam dan berwarna.
Untuk menghadapi kesedihan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menangis. Hendel (2018) berpendapat bahwa menangis adalah satu cara melepaskan kesedihan. Melepaskan emosi dasar ini sangat penting untuk kesehatan emosional secara segera dan berjangka panjang. Firestone (2002) juga mengatakan bahwa jika kita membiarkan diri merasakan kesedihan yang sesungguhnya mengenai hal-hal yang nyata, emosi dapat bergerak melalui diri seperti gelombang, sampai mencapai puncaknya, kemudian membasuh kita dan akhirnya menghilang. Bukan berarti semua rasa sakit akan hilang atau pergi selamanya, tetapi kita bisa belajar merasakannya saat rasa ini muncul dan kemudian melanjutkan hidup dengan merasa lebih berdaya, jujur dan seimbang.
Kesedihan bisa menimpa siapa saja. Pria ataupun wanita. Dan tidak ada yang bisa menghalangi suatu rasa sedih datang dalam kehidupan. Namun, bukan berarti kesedihan selalu berakibat negatif dan fatal. Dengan berusaha meresapi kesedihan secara alami, membiarkan rasa sedih mengalir dengan sendirinya, menangis, bercerita dengan orang lain mengenai hal yang kita rasakan, menulis diary, pergi travelling, melakukan hobby, dll, maka akan meminimalisir dampak dari kesedihan tersebut, sehingga pada akhirnya kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat, tangguh dan tahan banting.
Dan percayalah, bahwa semuanya akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu. Waktulah yang akan mengobati kesedihan yang kita rasakan.
Referensi:
Ekman, P. (2008). Membaca Emosi Orang. Alih Bahasa: Abdul Qodir. Yogyakarta: Penerbit Think.
Hendel, Hilary Jacobs. (2018). It’s Not Always Depression. New York : Random House.
Firestone, Lisa. (2002). Conquer Your Critical Inner Voice : A Revolutionary Program To Counter Negative Thoughts and Live Free From Imagined Limitations. New Harbinger.
Putri, A.K., Prawitasari, H.E., Hakim, M.A., Yuniarti, K. W., & Kim, U. (2012). Sadness as perceived by Indonesian male and female adolescents . International Journal of Research Studies in Psychology. January, Vol 1 Number 1, 27 – 36
Winch, Guy. (2013). Emotional First Aid, Healing, Rejection, Guilt, Failure and Other Everyday Hurts. New York : Plume.