ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 1 Januari 2021
Obesitas
Oleh:
Dinda Rovia’tun Nisa
Program Studi Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia
“I love my body and you should too”
Pernah mendengar sepenggal lirik lagu tersebut? yaa, bagi sebagian anak muda mungkin mengetahui lirik tersebut, lagu yang dipublikasikan oleh salah satu influencer indonesia agar lebih mencintai diri sendiri. Tapi eitss tunggu dulu, jangan salah mengartikan bahwa self love dan self care membuat kita menjalani hidup tidak sehat dengan alih-alih berkata “ini sebagai bentuk self love jadi ga peduli kalo aku makan banyak ”atau “ self care aku, me time dengan membeli banyak makanan manis dan junkfood untuk dikonsumsi”.
Sebelumnya kamu tau ga sih makna dari self love? Atau self care? Lalu, apa sih hubungannya dengan obesitas? Misalnya, jika kita mengalami stres akibat tugas yang banyak, kita akan meluangkan waktu untuk memanjakan tubuh kita. Hal itu benar, namun terkadang disalahgunakan dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang tidak terkontrol bagi kesehatan tubuh yang akan membuat tubuh kita menjadi tidak sehat dan jika terus menerus dilakukan akan menyebabkan obesitas. Oleh karena itu, disini akan membahas mengenai makna dari self love, self care, dan juga mengenai obesitas.
Memaknai Self Love
Makna dari self-love yaitu tentang bagaimana kita menerima dan mencintai diri sendiri. Dimulai dari menerima kekurangan dan kelebihan, dan memiliki rasa kasih sayang terhadap diri sendiri (Yasmin & Fardani, 2019). Mencintai diri sendiri artinya kita sanggup punya keberanian lebih untuk memilah dan memilih, mana yang memang memberikan efek positif untuk diri kita, dan mana yang tidak? Dan setiap orang, punya rule-nya masing-masing.
Memaknai Self Care
Self care yaitu sebagai bentuk tindakan perawatan untuk diri kita dengan cara melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri kita sendiri (Chaidir et al., 2017). Penyimpangan pada self care biasanya dapat terlihat pada saat terjadinya penyakit. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi struktur tubuh tertentu dan fisiologisnya atau mekanisme psikologis tapi juga mempengaruhi fungsi sebagai manusia (Chaidir et al., 2017).
Lalu, dengan kita tidak dapat mengontrol pola makan maka tidak dapat dikatakan sebagai bentuk dari self love dan self care, hal ini karena akan menyebabkan kerugian pada tubuh kita yaitu “obesity”.
Apa itu Obesity?
Obesitas adalah suatu kondisi dimana terjadi akumulasi lemak yang berlebih atau abnormal yang dapat menimbulkan efek buruk bagi kesehatan (Kandinasti & Farapti, 2018). Obesitas merupakan masalah yang serius yang dapat menjadikan faktor risiko penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoarthritis (Maesarah et al., 2020). Obesitas juga merupakan kelebihan lemak yang tertimbun dalam tubuh akibat mengkonsumsi makanan terlalu berlebihan (Heriansyah & Margi Rahayu, 2019).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan obesitas yaitu :
1. Faktor genetik, dalam terbentuknya obesitas didalam keluarga tidak hanya berbagi gen tetapi makan dan kebiasaan gaya hidup (Szabo et al., 2019).
2. Faktor lingkungan, memegang peranan yang cukup berarti yaitu perilaku dan pola gaya hidup contohnya dalam mengatur makanan yang di konsumsi dan berapa kali makan dalam sehari (Fossou et al., 2020).
3. Faktor psikologis, gambaran kondisi emosional yang tidak stabil yang menyebabkan kecenderungan seorang individu untuk melakukan pelarian diri dengan cara banyak makan-makanan yang mengandung kalori atau kolestrol tinggi (Heriansyah & Margi Rahayu, 2019).
Obesitas secara umum didefinisikan sebagai peningkatan berat badan yang disebabkan oleh meningkatnya lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas sering dihubungkan dengan Indeks Massa Tubuh di mana berat badan dibagi tinggi badan. Anak dengan IMT ≥ persentil 85 diklasifikasikan sebagai berat badan lebih dan IMT ≥ P 95 diklasifikasikan sebagai obesitas (Fachrunnisa et al., 2016).
Dampak yang terjadi pada individu yang mengalami obesitas, yaitu :
Sangat merugikan kualitas hidup seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea dan gangguan pernapasan (Maesarah et al., 2020).
2. Dampak psikososial yaitu menjadi minder, depresi karena bentuk tubuhnya, bau badan yang kurang sedap, kesulitan gerak dan berisiko tinggi mendapat perlakuan bully di sekolah (Fossou et al., 2020).
Obesitas pada dasarnya merupakan aspek perilaku yaitu perilaku mengonsumsi makanan yang kaya energi dan perilaku penggunaan energi. Apabila kedua aspek dasar ini tidak teratasi, maka sulit untuk mengendalikan obesitas di masa datang (Heriansyah & Margi Rahayu, 2019). Terdapat satu hal yang harus dihindari yaitu pola makan dengan asupan makanan seimbang dan kebiasaan makan yang sehat (Ha et al., 2019). Pola makan merupakan pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas, sehingga individu dengan obesitas sebaiknya menghindari mengkonsumsi makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat dan rendah serat. Sedangkan perilaku makan yang salah adalah tindakan memilih makanan berupa junk food,makanan dalam kemasan dan minuman soda (Rahmiwati et al., 2019).
Oleh karena itu, sebagai bentuk self love dan self care alangkah baiknya untuk mengingat akan kesehatan makanan yang akan dikonsumsi, dan tidak sembarangan dalam memilih makanan yang membuat tubuh kita menjadi tidak sehat. Dalam self love membeli sesuatu sebagai bentuk cinta, memang tidak salah. Asalkan bukan untuk sebuah pengakuan dan kebahagiaan sesaat, kemudian terasa kosong setelahnya. Belum lagi dalam prosesnya, kita merasa menderita untuk mendapatkannya karena telah berusaha keras dalam bekerja. Lalu, ketika sudah mendapatkannya, kita merasa sedih karena telah menghabiskan banyak uang. Ataupun merasa khawatir sudah mengkonsumsi makanan terlalu banyak. Dan jika bentuk self care, dilakukan dengan sungguh-sungguh, dapat berdampak baik bagi peningkatan kualitas hidup.
Referensi:
Chaidir, R., Wahyuni, A. S., & Furkhani, D. W. (2017). Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Endurance, 2(2), 132. https://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1357
Fachrunnisa, J., Abrori, C., & Rachmawati, D. A. (2016). Analisis Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Anak Perkotaan di Beberapa Sekolah Dasar Kabupaten Jember. Journal of Agromedicine and Medical Sciences, 2(3), 17. https://doi.org/10.19184/ams.v2i3.3255
Fossou, A. F. of obesity in children enrolled in private and public primary schoolsse, Ahui Bitty, M. L., Coulibaly, T. J., Bataï, N. F., Touré, M. F., & Zahé, K. Y. A. S. (2020). Prevalence of obesity in children enrolled in private and public primary schools. Clinical Nutrition ESPEN, xxxx. https://doi.org/10.1016/j.clnesp.2020.10.006
Ha, O. R., Lim, S. L., Bruce, J. M., & Bruce, A. S. (2019). Unhealthy foods taste better among children with lower self-control. Appetite, 139(June 2018), 84–89. https://doi.org/10.1016/j.appet.2019.04.015
Heriansyah, M., & Margi Rahayu, S. (2019). Teknik Self-Control Untuk Mengatasi Masalah Obesitas. G-Couns: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 1(2), 205–210. https://doi.org/10.31316/g.couns.v1i2.41
Kandinasti, S., & Farapti, F. (2018). Obesitas: Pentingkah Memperhatikan Konsumsi Makanan di Akhir Pekan? Amerta Nutrition, 2(4), 307–316. https://doi.org/10.20473/amnt.v2i4.2018.307-316
Maesarah, M., Djafar, L., & Adam, D. (2020). Pola Makan dan Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di Kabupaten Gorontalo. Ghidza: Jurnal Gizi Dan Kesehatan, 3(2), 55–58. https://doi.org/10.22487/ghidza.v3i2.22
Rahmiwati, A., Sitorus, R. J., Arinda, D. F., & Utama, F. (2019). Determinan Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan, 11(2), 25–34. https://doi.org/10.23917/jk.v11i2.7537
Szabo, K., Piko, B. F., & Fitzpatrick, K. M. (2019). Adolescents’ attitudes towards healthy eating: The role of self-control, motives and self-risk perception. Appetite, 143(February), 104416. https://doi.org/10.1016/j.appet.2019.104416
Yasmin, A. N., & Fardani, R. A. (2019). Kontruksi Makna love Yourself dan Mental Health Awareness Bagi Army (Kelompok Penggemar BTS) Terhadap Lagu Campaign Milik BTS.