ISSN 2477-1686
Vol. 6 No. 16 Agustus 2020
Produktivitas Sehat dengan Berwelas Diri
Oleh
Dicky Sugianto
Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan
Pada masa kini, produktivitas merupakan sesuatu yang dituntut dari semua orang. Setiap orang, terutama yang berada di usia produktif, dituntut untuk menghasilkan suatu karya atau memiliki performansi yang baik dalam apa yang ia kerjakan. Produktivitas kemudian menjadi sebuah norma sosial yang tentunya bermanfaat dalam membangun peradaban manusia.
Tuntutan produktivitas ini membuat sebagian orang terpacu untuk bekerja keras menghasilkan sesuatu yang terkadang berakhir dengan dorongan untuk selalu bekerja. Dorongan ini biasa kita kenal sebagai workaholism (Clark, 2016). Workaholism salah satunya berkaitan dengan perfeksionisme (Stoeber, Davis, & Townley, 2013). Orang dengan perfeksionisme meletakkan keberhargaan dirinya dengan performansi kerja dan produktivitas yang membuat mereka menjadi workaholic (Sturman, Flett, Hewitt & Rudolph, 2009). Dalam jangka panjang, perfeksionisme yang termanifestasi dalam bentuk workaholism ini dapat menimbulkan kelelahan kerja (burnout) maupun gangguan kesehatan jiwa seperti depresi (Stoeber et al., 2013; Sturman et al., 2009).
Welas Diri dan Keberhargaan Diri Sehat
Meletakkan keberhargaan diri dalam produktivitas kita tentunya merupakan sikap yang kurang sehat terhadap diri. Apabila kita mengalami kejadian dimana kita tidak dapat produktif atau apa yang kita kerjakan tidak mendapatkan rekognisi, kita bisa saja mengalami permasalahan psikologis dan sosial (bandingkan Liu & Huang, 2018). Sikap yang lebih sehat dalam melihat keberhargaan adalah welas diri (self-compassion).
Welas diri merupakan sebuah sikap dimana kita melihat diri kita sebagai manusia yang tidak sempurna dengan berbagai keterbatasan tanpa mengevaluasi (Neff & Vonk, 2009). Keberhargaan diri kita terletak semata-mata karena kita memang manusia yang berharga, bukan karena pemenuhan tuntutan produktivitas. Kita tidak selamanya bisa produktif, misalnya ketika masa pandemi, produktivitas kita mungkin terganggu karena penyesuaian situasi baru maupun karena tekanan yang kita alami di masa ini. Welas diri membantu kita untuk menyadari konteks hidup kita saat ini dan bagaimana dampaknya terhadap kondisi kita. Hal ini membantu kita memahami mengapa produktivitas kita menurun sehingga rasa keberhargaan diri kita tidak terganggu.
Karakteristik welas diri yang penuh pemahaman terhadap diri dan menyadari keterbatasan diri ini berkaitan dengan tingkat perfeksionisme yang rendah (Neff, 2003). Meskipun welas diri berkaitan dengan perfeksionisme yang rendah, bukan berarti orang yang berwelas diri tidak memiliki performansi dan produktivitas yang rendah pula. Welas diri justru berkaitan dengan performansi dan produktivitas yang tinggi karena mendorong seseorang untuk belajar dari kesalahannya dan mencapai penguasaan tugas daripada menggantungkan keberhargaan diri pada performansi (Shimizu, Niiya, & Shigemasu, 2016).
Penutup
Produktivitas merupakan sesuatu yang penting dalam masa dewasa yang tentunya dapat membawa pada kesejahteraan. Namun, kita perlu untuk wawas bilamana kita menggantungkan keberhargaan kita pada produktivitas maupun performansi kita. Kita dapat mengadopsi sikap yang lebih berwelas diri supaya kita memiliki produktivitas yang sehat.
“Self-compassion–being supportive and kind to yourself, especially in the face of stress and failure–is associated with more motivation and better self-control.”
– Kelly McGonigal
Referensi:
Clark, M. A. (2016, April). Workaholism: it’s not just long hours on the job. Psychological Science Agenda. Retrieved from https://www.apa.org/science/about/psa/2016/04/workaholism.
Liu, C., & Huang, P. (2018). Contingencies of self-worth on positive and negative events and their relationships to depression. Frontiers in Psychology, 9, 2372. doi: 10.3389/psyg.2018.02372
Neff, K. D. (2003). The development and validation of a scale to measure self-compassion. Self and Identity, 2, 223-250. doi: 10.1080/15298860390209035
Neff, K. D., & Vonk, R. (2009). Self-compassion versus global self-esteem: two different ways of relating to oneself. Journal of Personality, 77(1), 23-50.
Shimizu, M., Niiya, Y., & Shigemasu E. (2016). Achievement goals and improvement following failure: moderating roles of self-compassion and contingency of self-worth. Self and Identity, 15(1), 107-115. doi: 10.1080/15298868.2015.1084371
Stoeber, J., Davis, C. R., & Townley, J. (2013). Workaholism in employees: the role of work motivation. Personality and Individual Differences, 55, 733-738. doi: 10.1016/j.paid.2013.06.001
Sturman, E. D., Flett, G. L., Hewitt, P. L., & Rudolph, S. G. (2009). Dimensions of perfectionism and self-worth contingencies in depression. Journal of Rational-Emotive & Cognitive-Behavior Therapy, 27, 213-231. doi: 10.1007/s10942-007-0079-9