ISSN 2477-1686

Vol.6 No. 10 Mei 2020

Stres Pada Mahasiswa

Oleh

Tengku Citra Saranda

Fakultas Psikologi, Universitas YARSI

 

Mengapa seseorang dapat mengalami stres dalam menjalani kewajibannya? Apabila kita mengalami stres, benarkah kita akan terjebak dalam kondisi itu dan tidak bisa mengubahnya, khususnya apabila stres ini dirasakan oleh mahasiswa? Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul ketika kita membahas mengenai stres yang terjadi pada mahasiswa yang sedang menjalani salah satu peran dalam masa hidupnya. Dalam esai ini akan dibahas mengapa saya beragumentasi bahwa mahasiswa yang mengalami stres merupakan hal yang wajar, asalkan kita tahu bagaimana cara mengatasinya dan mengapa mahasiswa bisa merasakan stres dalam menjalani salah satu kewajibannya.

 

Definisi Stres

Sebelum kita membahas lebih dalam, kita perlu mengetahui beberapa hal mengenai stres itu sendiri. Menurut Barseli dan Ifdil (2017) stress merupakan tekanan yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan harapan, dimana terdapat kesenjangan antara tuntutan lingkungan dengan kemampuan individu yang memenuhinya yang dinilai potensial membahayakan, mengancam, mengganggu, dan tidak terkenali. Seseorang dapat merasakan stres melalui banyak sumber sehingga sumber stres tersebut dapat memberikan rangsangan dan dorongan sehingga terjadi stres pada seseorang atau lebih dikenal sebagai stressor. Terkadang saat individu merasakan stres maupun melihat individu lain merasa stres, hanya terdapat satu stressor yaitu karena faktor lingkungan atau faktor eksternal.

Pemahaman ini bertolak belakang apabila kita benar-benar melihat lebih dalam mengenai stres itu sendiri. Individu cenderung menyalahkan faktor eksternal tanpa melihat faktor lain yang kemungkinan menjadi stressor yaitu faktor internal atau dari individu yang merasakan stress itu sendiri. Ambarwati, Pinilih dan Astuti (2017) mengatakan bahwa stres dapat terjadi karena berbagai faktor baik dari luar atau eksternal maupun dari dalam diri sendiri atau internal.

 

Stres Akademik

Dalam dunia pendidikan atau yang sering terjadi dilingkungan sekolah sering disebut sebagai stres akademik (Sinaga, 2015 dalam Barseli & Ifdil, 2017). Stres akademik itu sendiri stres yang dialami siswa yang bersumber dari proses pembelajaran atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar (Barseli & Ifdil, 2017). Apabila dibandingkan antara siswa dan mahasiswa, stres akan cenderung dihadapi dan dirasakan oleh para mahasiswa. Berdasarkan data yang didapat, prevalensi mahasiswa di dunia yang mengalami stress sebesar 38-71%, sedangkan di Asia sebesar 29,6-61,3% (Habeeb, 2010, dalam Ambarwati, Pinilih dan Astuti, 2017). Sehingga timbul sebuah pertanyaan, apakah wajar untuk seorang mahasiswa mengalami stres akademik selama proses meraih jenjang sarjana? dan apa yang membuat mereka mengalami stres akademik?

 

 

 

Faktor-Faktor Stres Akademik

Stres akademik didapatkan dari banyak faktor, Kohn dan Frazer (1986, dalam Simbolon, 2015) menemukan lima penyebab paling signifikan yang biasa dialami oleh mahasiswa, antara lain nilai akhir, tugas yang berlebihan, paper, ujian yang akan datang dan persiapan untuk ujian tersebut. Sedangkan menurut Misra dan Castillo (2004, dalam Simbolon, 2015) stres akademik diakibatkan karena frustasi, konflik, tekanan-tekanan, perubahan-perubahan, dan beban yang dilimpahkan pada diri sendiri. Pada dasarnya, mahasiswa pasti akan merasakan hal-hal yang sebelumnya dibahas, oleh karena itu stres yang dialami mahasiswa dapat dikatakan normal. Apabila stres yang dirasakan mahasiswa merupakan stres yang berat, dimana mahasiswa dapat turun pencapaian akademik, terganggu kemampuan untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam kehidupan kampus, bahkan mulai menggunakan obat-obat terlarang dan menimbulkan perilaku yang merusak, itu merupakan hal yang tidak wajar maupun normal. Stres yang dirasakan pada mahasiswa biasanya akan menimbulkan suatu reaksi, Helpguide (2006, dalam Simbolon, 2015) mengelompokkan reaksi stres kedalam empat kategori yaitu reaksi fisikal, emosional, perilaku dan kognitif.

 

Dampak Stres Akademik

Pada setiap kejadian yang merugikan, pasti akan menimbulkan dampak yang negatif pula. Pada kondisi stres akademik, mahasiswa akan cenderung tidak ingin melanjutkan kuliah karena mereka tidak bisa menghadapi tekanan yang sedang dialami atau merasa bahwa mereka tidak mendapatkan dukungan dari orang-orang dilingkungannya. Menurut Ambarwati, Pinilih dan Astuti (2017) dampak yang dialami dari mahasiswa yang mengalami stress yaitu mahasiswa dapat mengalami kemunduran dalam kelulusan atau lulus tidak tepat waktu. Dampak lain yang dihasilkan dari stress mulai dari hal yang ringan seperti sakit kepala dan tidak nafsu makan, hingga hal yang paling fatal yaitu bunuh diri (Musabiq & Karimah, 2018). Akan tetapi beberapa dari mahasiswa akan menghadapi stres yang dihadapi sebagai salah satu motivasi untuk lebih berkembang dan memperbaiki dirinya, oleh karena itu penting bagi mahasiswa untuk mempunyai semangat maupun cara untuk mengatasi permasalahan yang sedang dialami.

 

Coping Stres

Mahasiswa yang rentan mengalami stres saat sedang menjalani masa perkuliahan, harus mengetahui cara untuk mengatasi permasalahan tersebut atau sering disebut sebagai coping stress. Mahasiswa yang mengetahui bagaimana ia akan menghadapi stres yang dialami, akan terlihat dengan jelas bahwa ia akan selamat dalam perasaan stres yang menjadi masa keterpurukannya. Lazarus dan Folkman (1984, dalam Gaol, 2016) membagi dua metode coping atau penanggulangan yang dilakukan ketika menghadapi stres, yaitu problem-focused coping dan emotion-focused coping.

Problem-focused coping adalah cara menanggulangi stres yang berfokus pada permasalahan yang dialami, seperti bagaimana mahasiswa mengatasi stres yang dialami dengan melakukan sesuatu hal untuk menghilangkan stres pada dirinya, sedangkan emotion-focused coping adalah cara menanggulangi stres dengan melibatkan emosi, jadi bagaimana mahasiswa dapat memfokuskan emosi mereka untuk mengatasi stres yang sedang dialami. Kedua cara ini akan sangat berguna untuk mahasiswa agar tidak terjerumus kedalam perasaan stres yang terlalu dalam, karena seperti yang sudah dibahas bahwa stres akan menimbulkan dampak yang negatif walaupun terdapat beberapa orang yang akan bangkit dan menggunakan kondisi stres sebagai salah satu motivasinya untuk lebih berkembang.

Dari pemaparan di atas, saya dapat menarik kesimpulan bahwa sebuah hal yang normal untuk mahasiswa mengalami stres selama masa meraih gelar sarjananya. Mahasiswa yang baik akan menggunakan stres sebagai salah satu motivasi dan menerapkan coping stress sebagai cara untuk selamat menjalani dunia perkuliahan. Jika kita merasakan merasa sedang menghadapi stres dan dapat menanggulangi stres tersebut dengan cerdas, maka usaha yang sudah kita keluarkan dan nantinya akan kita keluarkan menjadi salah satu bukti bahwa kita adalah orang yang mampu.

 

Referensi:

Ambarwati, P. D., Pinilih, S. S., & Astuti, R. T. (2017). Gambaran tingkat stres mahasiswa. Jurnal Keperawatan, 5, 40-47.

 

Barseli, M., & Ifdil, I. (2017). Konsep stres akademik siswa. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 5(3), 143-148.

 

Gaol, N. T. (2016). Teori stres: Stimulus, respons dan transaksional. Buletin Psikologi, 24(1), 1-11.

 

Musabiq, S. A., & Karimah, I. (2018). Gambaran stres dan dampaknya pada mahasiswa. InSight, 20(2), 74-80.

 

Simbolon, I. (2015). Gejala stres akademik mahasiswa keperawatan akibat sistem belajar blok di Fakultas Ilmu Keperawatan X Bandung. Jurnal Skolastik Keperawatan, 1(1), 29-37.