ISSN 2477-1686
Vol.6 No. 08 April 2020
Nasi Tanak Sambel Raja: Manajemen Emosi untuk Kesulitan Anak saat Belajar Jarak Jauh
Oleh
Icha Kusumadewi, Eny Purwandari
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nasi Tanak Sambel Raja merupakan sebuah akronim singkat untuk membantu orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah. Akronim ini memiliki pengertian sebagai cara mengelola emosi anak ketika mengalami kesulitan belajar di rumah dikarenakan pandemic covid 19. Pandemi covid 19 berdampak begitu luas pada seluruh sektor, tidak terkecuali sektor pendidikan. Tindakan tegas dilakukan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meminimalisir penyebaran virus melalui adanya pembelajaran jarak jauh (home learning).
Pembelajaran jarak jauh (home learning) tentu saja memiliki tantangan tersendiri di dunia pendidikan, terutama pada daerah yang belum memadai infrastruktur internet dan teknologi. Tidak hanya masalah fisik tersebut namun masalah psikis anak juga harus disiapkan, seperti menjadi malas belajar atau bosan belajar bahkan ada juga yang stres.
Laporan dari KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) yang menerima pengaduan orang tua tentang anak yang malah stres saat adanya pembelajaran jarak jauh (home learning) dikarenakan berbagai macam tugas dari guru pada setiap harinya (Kasih, 2020).
Banyaknya tugas yang diberikan guru ke murid yang awalnya bisa digunakan sebagai tindakan preventif namun kenyataannya malah menjadikan tekanan bagi murid. Tekanan yang berat bagi anak akan berdampak pada fisik dan mentalnya sehingga dapat memengaruhi penurunan imunitas.
Perasaan tertekan, malas, bosan dan stres merupakan bentuk emosi dari dampak adanya kesulitan yang dialami anak ketika pembelajaran jarak jauh (home learning). Kesulitan-kesulitan yang tidak segera diselesaikan dengan baik pasti akan memicu naiknya emosi.
Emosi merupakan reaksi dari adanya suatu kejadian atau peristiwa yang baru dialami individu. Emosi terbagi menjadi dua respon yaitu emosi positif, seperti gembira dan emosi negatif seperti tertekan. Pada saat emosi positif yang lebih mendominasi individu maka kualitas hidup seseorang akan meningkat sehingga perlu adanya manajemen emosi (Kaplan, 1983).
Manajemen emosi merupakan salah satu aspek dari kecerdasan emosional yang ditandai dengan empat proses yaitu mampu mengenali emosi, mampu mengatur emosi sesuai dengan situasi dan kondisi, memanfaatkan emosi secara positif, dan menggunakan emosi secara adaptif (Hughes, 2016). Bagaimana cara pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari? Simak ulasan berikut ini:
1. Pada saat anak mengerjakan tugas di rumah, tanyakan apa yang paling dia senangi dan apa yang kurang disenangi,
2. Tanyakan sebab anak bisa suka dan kurang suka dengan tugasnya.
3. Setelah mengidentifikasi, pada tahap ini adalah memanfaatkan emosi positif yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak dari Piaget (Nichols, 2010):
a. Tahapan 2-7 tahun dimana pada tahap ini anak dapat berkompromi dengan emosinya sendiri dengan masih meniru orang lain sehingga orang tua yang merupakan modeling anak harus berhati-hati, contohnya adalah membuat metode pembelajaran dengan bermain bersama, berhitung dengan menggunakan mainannya sebagai objek hitung.
b. Tahapan 7-11 tahun dimana pada tahapan ini anak mampu mengidentifikasi emosi dan mengatakan penyebanya. Pada tahapan ini yang dibutuhkan anak adalah bonding yaitu rasa aman, seperti saat anak kesusahan berhitung maka ajarkan metode hanya skali atau dua kali dam setelah itu biarkan anak sendiri yang menyelesaikannya. Ingat, memberikan kesempatan mengatasi masalah merupakan salah satu proses ,menuju kedewasaan.
c. Tahapan 11-18 tahun dimana anak dapat berpikir abstrak dan logis sehingga memberikan analogi dampak dari yang dilakukan akan mudah untuknya ikut berpikir, contoh memberikan sirup dan jamu lalu diminta membandingkan manfaat keduanya sehingga anak akan mengerti dampak yang akan diterima jika dia tidak menyelesaikan pekerjaan walaupun terasa sulit.
Merujuk dari tulisan di atas, maka diharapkan setiap orang tua dapat membantu mengelola emosi anak ketika menghadapi kesulitan belajar jarak jauh karena orang tua memiliki peran yang sangat vital. Orang tua harus beradaptasi dengan memiliki banyak peran yaitu harus menjadi guru untuk membantu menyelesaikan soal tugas, orang tua harus menjadi teman yang setia mendengarkan dan menjadi pemandu sorak terbaik ketika anak demotivasi.
Referensi:
Kaplan, B. (1983). Pshychososial stres trend in theory and research. New York: Academic Press.
Hughes, C. (2016). Diversity intellegence. New York: Palgrave Macmillen.
Kasih, A. P. (2020). Anak stres belajar di rumah? Ini tips dari "Sekolah Lawan Corona". Diunduh dari https://www.kompas.com/edu/read/2020/03/29/143443271/anak-stres-belajar-di-rumah-ini-tips-dari-sekolah-lawan-corona?page=all.
Nichols, S (2010). Toddlers' prosocial behavior: From instrumental to empathic to altruistic helping. Child Development, 81(6), 1814-1827.