SSN 2477-1686
Vol.6 No. 08 April 2020
Coping Stres Saat Pandemi Covid-19
Oleh
Siti Nur Asiyah
Fakultas Psikologi dan Kesehatan, UIN Sunan Ampel Surabaya
Kebijakan social distancing dalam rangka mengeliminir penyebaran covid-19 yang sedang mewabah hampir di seluruh penjuru dunia, mengharuskan masyarakat membatasi interaksi sosialnya dengan bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah dari rumah. Kondisi ini bagi sebagian besar masyarakat merupakan suatu stressor yang membuat mereka merasa jenuh dan tidak nyaman. Apalagi bagi masyarakat modern yang terbiasa dengan kesibukan di luar rumah, terkurung berada dalam rumah dalam batas waktu yang tidak jelas, tentu merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Strategi Coping
Secara teori, stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain. Lazarus dan Folkman (1984) mengatakan bahwa keadaan stres yang dialami seseorang akan menimbulkan efek yang kurang menguntungkan baik secara fisiologis maupun psikologis. Individu tidak akan membiarkan efek negatif ini terus terjadi, ia akan melakukan suatu tindakan untuk mengatasinya. Tindakan yang diambil individu dinamakan strategi coping. Lazarus dan Folkman (1984) juga membagi strategi coping menjadi dua macam yakni strategi coping berfokus pada masalah dan Strategi coping berfokus pada emosi. Strategi coping berfokus pada masalah adalah suatu tindakan yang diarahkan kepada pemecahan masalah. Individu akan cenderung menggunakan perilaku ini bila dirinya menilai masalah yang dihadapinya masih dapat dikontrol dan dapat diselesaikan. Perilaku coping yang berpusat pada masalah cenderung dilakukan jika individu merasa bahwa sesuatu yang konstruktif dapat dilakukan terhadap situasi tersebut atau ia yakin bahwa sumberdaya yang dimiliki dapat mengubah situasi. Sedangkan strategi coping berfokus pada emosi adalah melakukan usaha-usaha yang bertujuan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa melakukan usaha mengubah stressor secara langsung. Perilaku coping yang berpusat pada emosi cenderung dilakukan bila individu merasa tidak dapat mengubah situasi yang menekan dan hanya dapat menerima situasi tersebut karena sumberdaya yang dimiliki tidak mampu mengatasi situasi tersebut (Lazarus, R.S & Folkman, S, 1984).
Berkarya Saat Pandemi Covid 19
Dalam kaitannya dengan sikap menghadapi social distancing saat ini, upaya yang mungkin dilakukan adalah coping yang berpusat pada emosi. Masyarakat tidak mungkin menolak kebijakan itu, meskipun mereka sebenarnya merasa berada pada keadaan tertekan. Dalam rangka mengurangi rasa tertekan itu, berbagai aktivitas dilakukan untuk mengurangi kejenuhan. Sudah barang tentu, aktivitas ini sangat beragam, ada yang sekedar mengalihkan perhatian, ada juga yang memunculkan kreativitas baru yang bernilai positif dan produktif.
Pengalaman pribadi yang penulis alami saat menjalani masa social distancing ini, untuk menghindari kejenuhan, penulis berusaha menulis karya-karya produktif melalui beberapa media dalam rangka memberikan edukasi kepada masyarakat, agar tidak terjadi kepanikan yang akan memicu timbulnya permasalahan baru. Kegiatan menulis ini, sebelumnya merupakan aktivitas yang cukup berat bagi penulis untuk bisa dilakukan, karena kegiatan-kegiatan akademik maupun administratif yang menyita waktu dalam tugas keseharian. Akan tetapi, dengan adanya kebijakan bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah dari rumah, kegiatan menulis ini pada akhirnya menjadi lahan pengalihan kejenuhan yang bernilai positif. Semenjak menjalani masa social distancing, penulis sudah mengirim beberapa tulisan ke beberapa media cetak maupun elektronik dalam rangka memberikan informasi sesuai bidang keilmuan penulis, sekaligus meredam kepanikan masyarakat yang nyaris merasa ketakutan terhadap wabah covid-19 ini.
Referensi:
Lazarus, R.S & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York : McGraw-Hill, Inc.