ISSN 2477-1686

 Vol.6 No. 07 April 2020

Walking Race sebagai Strategi Mengatasi Rasa Bosan di Rumah

 

 

Arundati Shinta, Lucia Gayatri Yosef dan Fransisca Maristha Yosef

Alumni Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

 

 

Pendahuluan

 

Pandemi virus Covid-19 pada Januari 2020 sampai dengan April 2020 melanda seluruh dunia. Penduduk yang terinfeksi virus Covid-19 sudah tembus 1 juta orang. Virus tersebut sangat menular kepada orang lain yang berdekatan yakni melalui percikan air liur saat seseorang batuk, bersin, atau berbicara. Percikan yang sudah mengandung virus Covid-19 tersebut kemudian mengenai orang lain. Inilah yang disebut dengan penularan langsung. Penularan tidak langsung akan terjadi bila seseorang menyentuh suatu benda yang sudah terkena percikan air liur seseorang yang mengandung virus Covid-19 (Jati, 2020).

 

Untuk mengatasi penyebaran virus Corona-19, maka strategi yang paling sering digaungkan pemerintah pada banyak negara adalah social distancing, yang kini sudah diubah istilahnya oleh WHO menjadi physical distancing. Artinya, setiap orang hendaknya menjaga jarak secara fisik dengan orang lain. Hal itu bisa dilakukan dengan mudah bila orang-orang berada di rumah saja dan menghindari kerumunan. Berada di rumah saja kini menjadi trend bagi semua orang, sehingga program belajar dan bekerja dari rumah sudah menjadi suatu keharusan.

 

Oleh karena dianjurkan oleh Pemerintah Indonesia agar masyarakat berada di rumah saja, maka banyak persolan muncul. Dua persoalan yang paling sering dibahas masyarakat adalah ekonomi dan munculnya rasa bosan. Persoalan ekonomi adalah tidak semua orang menjadi pegawai sehingga tidak setiap bulan menerima gaji. Orang-orang yang berprofesi sebagai pedagang / sektor informal tersebut bisa mendapatkan uang bila setiap hari berjualan / berkegiatan ekonomi. Selanjutnya persoalan bosan di rumah pada umumnya dialami oleh pegawai yang setiap bulan rutin mendapatkan gaji. Tulisan ini lebih tertuju kepada persoalan bosan yang dialami oleh sebagian masyarakat.

 

 

Rasa Bosan di Rumah

 

Mengapa terjadi perasaan bosan? Rasa bosan muncul karena orang-orang sering berada di lingkungan rumahnya. Rumah adalah lingkungan yang setiap hari dilihat dan disentuh oleh penghuninya. Barang-barang baru di dalam rumah mungkin saja jarang ada, sehingga stimulus yang dilihat penghuni hampir selalu sama. Hal-hal yang sama terus-menerus dilihat orang sering menimbulkan rasa bosan. Inilah yang dikemukakan dalam teori the arousal approach (Fisher, Bell & Baum, 1984), atau biasa disebut sebagai teori pembangkit.

 

Teori pembangkit tersebut menjelaskan bahwa stimulus-stimulus yang ada di lingkungan seseorang akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikhis seseorang. Stimulus-stimulus tersebut merupakan suatu kontinum yang bergerak dari sangat sedikit menjadi sangat banyak (kompleks). Semua stimulus itu akan membangkitkan arousal (gairah) pada orang-orang. Stimulus dengan level intermediate (menengah) akan menyebabkan kinerja seseorang menjadi optimum. Stimulus yang terlalu sedikit / berlebihan akan menyebabkan kinerja seseorang menjadi rendah. Stimulus terlalu sedikit menyebabkan orang bosan, dan stimulus terlalu banyak menyebabkan orang tidak bisa fokus dalam pekerjaan yang harus diselesaikannya. Jadi tidak mengherankan bila seseorang yang harus di rumah saja karena situasi pandemi Covid-19, akan mengalami rasa bosan luar biasa. Apalagi keharusan tersebut datang dari pihak eksternal, bukan datang dari dalam dirinya sendiri. Dampaknya adalah orang berusaha untuk melanggarnya.

 

 

Bosan di Rumah vs Walking Race

 

Rasa bosan yang berkepanjangan adalah hal yang menakutkan. Rasa bosan akan menuntun seseorang menjadi apatis. Bahkan bisa saja seseorang yang bosan akan merasa segala kegiatannya sia-sia, sehingga berakhir dengan depresi (Bargdill, 2000). Oleh karena itu rasa bosan di rumah yang dialami masyarakat harus diperangi.

 

Bagaimana cara mengatasi rasa bosan di rumah? Cara yang paling mudah mengatasi rasa bosan adalah dengan menjalankan hobi. Repotnya adalah bila hobi itu sering dilakukan di luar rumah alih-alih di dalam rumah. Ilustrasi yang dibahas dalam tulisan ini adalah hobi olah raga, khususnya walking race atau olah raga jalan cepat. Mengapa walking race yang dibahas, bukan olah raga lainnya? Olah raga jalan cepat sangat sesuai untuk semua orang baik yang berusia muda sampai lansia. Konsekuensi olah raga tersebut adalah rendah karena itu disebut sebagai low impact sport. Selain itu, tentu saja olah raga tersebut murah.

 

Bagaimana melaksanakan walking race di rumah, terutama bila di rumah tidak tersedia peralatan treadmill? Berikut adalah pengalaman melaksanakan walking race di halaman rumah, sebagai strategi cerdik mengatasi rasa bosan di rumah. Kebetulan halaman belakang rumah agak luas dan panjangnya sekitar 15 meter. Adapun cara mengukurnya adalah dengan menggunakan penggaris 30 cm dan gagang sapu. Jadi mengukur panjang halaman sudah merupakan kegiatan yang menguras energi.

 

Setelah mengukur panjangnya halaman, maka langkah kedua adalah memastikan panjangnya jarak yang harus ditempuh. Berdasarkan kebiasaan sehari-hari sebelum pandemi Covid-19, walking race yang biasa ditempuh di jalan raya adalah 5 km. Jadi walking race yang ditempuh di rumah adalah 334 kali. Berjalan cepat mengelilingi halaman dengan frekuensi sebanyak 334 kali tentu memunculkan persoalan lupa. Adapun cara mengatasinya sangat mudah yakni menggunakan bantuan tutup botol minuman kemasan. Kebetulan di rumah sudah tersedia koleksi tutup botol sebanyak itu, sehingga persoalan lupa sudah teratasi. Cara menjalankan ide tersebut adalah ketika mengelilingi satu kali halaman rumah berarti 1 tutup botol dimasukkan dalam saku, begitu seterusnya.

 

Langkah ketiga kegiatan walking race di rumah adalah pelaksanaan. Rekor tercepat sebelum pandemi Covid-19 adalah 48 menit 12 detik. Dalam pelaksanaannya, rata-rata yang ditempuh adalah 1 jam 13 menit. Perbedaan rekor terjadi karena adanya faktor tidak terduga seperti banyaknya lubang di halaman dan ada bagian-bagian tanah yang licin. Salah satu pengalaman yang menyedihkan adalah rusaknya sepatu olah raga karena halaman tidak rata, sehingga kegiatan walking race harus istirahat dua hari.

 

 

Penutup

 

Berkegiatan di rumah saja merupakan fenomena yang baru bagi masyarakat Indonesia. Hal itu harus dilakukan dengan kesadaran untuk memerangi penyebaran virus Covid-19. Untuk memerangi rasa terpenjara adalah dengan membangkitkan motivasi untuk menjaga kesehatan dan tidak menyerah pada keadaan yang sulit. Berolah raga walking race di rumah adalah kegiatan unik yang jarang dilakukan oleh orang-orang. Adanya perasaan telah melakukan kegiatan unik telah membuat motivasi berolah raga menjadi terpelihara.

 

 

Daftar Pustaka

 

Bargdill, R.W. (2000). The study of life boredom. Journal of Phenomenological Psychology. 31(2), 188-219.

 

Fisher, J.D., Bell, P.A. & Baum, A. (1984). Environmental psychology. 2nd ed. New York: Holt, Rinehart and Winston.

 

Jati, A. (2020). 2 cara penularan virus Corona Covid-19), langsung dan tidak langsung. Liputan6.com. 30 Maret. Retrieved on April 4, 2020 from:

https://www.liputan6.com/bola/read/4215173/2-cara-penularan-virus-corona-covid-19-langsung-dan-tidak-langsung