ISSN 2477-1686

 Vol.6 No. 07 April 2020

Mengelola Stres Mahasiswa pada Masa Pembelajaran Daring

 

Fajar Santoso, Adella Rizka Eka P, Hana Roreta,

Devina Puspasari, Yoga Satria, Rianda Dwi P, dan Nurul Hidayati

Fakultas Psikologi Universitas 45 Surabaya

 

 

Semenjak pertengahan Maret 2020 lalu, tepatnya sejak 16 Maret 2020, para pelajar dan mahasiswa di berbagai wilayah di Indonesia turut terdampak pademi covid-19 atau lebih familier disebut virus corona.

 

Pada awal tahun 2020 ini, infeksi covid-19 menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Pergerakan angka kasus yang secara cepat terus bertambah, ditambah dengan posisi banyak perguruan tinggi berada di zona merah, seperti di DKI Jakarta dan Jawa Timur, maka tak ayal muncul juga beragam reaksi emosi mahasiswa, seperti stres, tertekan, dan kecemasan.

 

Terlebih, meskipun mahasiswa dikenakan kebijakan belajar dari rumah (learning from home) melalui berbagai aplikasi yang menunjang, seperti whats app group (WAG), google classroom, zoom, dan lain sebagainya, tentu mahasiswa masih terhubung satu sama lain melalui media sosial/ jejaring sosial. Di satu sisi, berbagai informasi dari kampus dapat secara cepat sampai ke mahasiswa, misalnya informasi mengenai kebijakan kampus terkait perkuliahan, juga informasi mengenai urusan administratif dan kemahasiswaan. Namun di sisi lain, informasi simpang siur dan memicu stres juga demikian massif beredar. Situs jejaring sosial memiliki potensi memperbesar masalah-masalah dibandingkan ketika masalah tersebut tetap offline (Priyatna, 2012).

 

Artikel ini dituliskan oleh beberapa mahasiswa yang mengikuti mata kuliah kesehatan mental, yang merefleksikan pengalaman selama pembelajaran daring selama hampir satu bulan, dengan berbagai dinamika dan sisi positif negatifnya.

 

Di satu sisi, mahasiswa memang termasuk yang terpengaruh saat terjadi perubahan-perubahan dan kebijakan di bidang pendidikan terkait penyebaran yang kian meluas covid-19 di negeri kita, Indonesia. Di sisi lain, mahasiswa juga diharapkan aktif berperan positif, termasuk dalam kaitannya dengan pandemic covid-19. Artikel ini merupakan bagian dari upaya positif kami, sebagai mahasiswa yang merupakan salah satu elemen penting negeri ini.

 

Pembelajaran Daring dan Mengelola Stress Mahasiswa

Hope is being able to see that there is light despite all of the Darkness” merupakan kutipan dari Desmond Tutu. Bahwa harapan adalah  kemampuan melihat secercah cahaya dalam kegelapan.

Terkait pandemi covid-19, kita tidak menafikkan kondisi saat ini bukan kondisi yang menyenangkan bagi kita, namun di saat kita semua terdampak oleh pandemi ini, pada akhirnya sikap dan respon kitalah yang menentukan, apakah kita akan melampaui pandemi ini secara positif, atau hanya berhenti di keluhan dan terjebak rasa cemas.

 

Ada empat, terkait pembelajaran daring dan kondisi emosi mahasiswa, yakni: (1) Hal positif yang dialami selama pembelajaran secara daring?; (2) Hal negatif yang dialami selama pembelajaran secara online;  (3) Bagaimana perasaan Anda ketika mengikuti/mendengar/membahas tentang pandemi covid-19/corona; dan (4) Bagaimana Anda menjaga perasaan positif Anda saat pandemi covid-19 ini? Berikut berbagai jawaban mahasiswa merespon pertanyaan yang diajukan.

 

Positif dan Negatif Pembelajaran Daring

Jawaban untuk pertanyaan 1

Jawab untuk pertanyaan 2

1.    Sisi positif bagi mahasiswa sendiri dari diterapkannya kebijakan tersebut dapat mencegah bahkan mengurangi penyebaran virus covid-19.

2.    Bisa mendapatkan berbagai macam bentuk materi dengan sangat mudah

3.    Dengan diterapkanya kuliah daring, bisa memperoleh dan mendapatkan materi dengan mudah dari berbagai referensi tanpa harus membaca buku.

4.    Belajar bisa dilakukan di ruangan terbuka atau di ruangan tertutup, selain itu belajarjadi lebih nyaman dan bisa belajar dengan bebas tanpa batasan waktu sehingga mudah memahami materi yang telah disampaikan

5.    Bisa belajar tanpa ada batasan waktu yang biasa ditetapkan di kampus

6.    Mahasiswa tidak tertinggal dalam perkembangan teknologi dan informasi.

1.    Dampak negatif sebagai makhluk social: berkurangnya interaksi dengan orang lain, sehingga menjadikan kita makin individual

2.    Banyak kendala dalam melakukan kuliah daring khususnya koneksi internet yang tidak stabil.

3.    Terkadang kurang bisa memahami materi yang disampaikan

4.    Materi kuliah sendiri tidak tersampaikan dengan baik pemahaman materi kurang dibandingkan kuliah tatap muka.

5.    Terkadang waktu kegiatan belajar online dipergunakan untuk membuka facebook, instagram, game online, dan lain-lain.

6.    Tugas yang banyak yang harus dikumpulkan dalam waktu singkat.

7.    Merasa pembelajaran daring ini kurang maksimal dalam sosialisasi teknis pembelajarannya.

8.    Merasa dosen kurang flesibel dalam media pembelajaran dan media pengerjaan tugas.

 

 

Sumber: Respon via google classroom pada 26 Maret 2020 dan respon via whatsapp pada 4 April 2020

 

 

 

Kondisi Emosi dan Cara Mengatasinya

Jawaban untuk pertanyaan 3

Jawab untuk pertanyaan 4

1.    Merasa pemerintah telah tanggap dan sigap untuk menangani kasus pandemi covid-19.

2.    Ketika mengikuti perkembangan dari persebaran covid-19 atau virus corona sedikit banyak muncul rasa cemas.

3.    Merasa penting untuk mengikuti berita tentang covid-19, namun terkadang bikin cemas dan stres.

4.    Perasaan khawatir apalagi, disaat berita tersebut memberitahukan wilayah dan kawasan mana saja yang terjangkit covid-19

5.    Dengan diterapkanya social/ pysical distancing munculnya  stres dan rasa tertekan karena banyak di rumah saja, kurang bergerak

6.    Secara emosi muncul rasa khawatir dan cemas akan tertular virus covid-19.

7.    Muncul rasa cemas ketika beraktivitas di luar.

8.    Muncul rasa cemas karena perkembangan covid-19 di Jawa Timur, khususnya Surabaya tergolong cepat.

9.    Muncul rasa bosan.

10. Sudah berusaha untuk tetap berolahraga di rumah, tapi merasa tidak bebas.

 

1.    Menjaga kesehatan mental dengan menjaga keseimbangan dalam hidup. Cara yang sederhana, misalnya berolah raga secara ringan seperti lari di treadmill, jogging

2.    Melakukan meditasi sederhana: meditasi melalui napas, meditasi mindfulness.

3.    Melakukan rileksasi.

4.    Dengan mengali potensi kita / mengeksplorasinya Menggali potensi-potensi yang ada di dalam diri yang tadinya bisa laten, tidak terlihat, tidak teramati. Tetapi dalam hal ini belum merangsangnya potensi sehingga belum muncul keluar dan ketika muncul keluar adalah bagaimana potensi bisa menjadi aktivitas yang tentu saja positif, dan yang memiliki kebermanfaatan.

5.    Mungkin bagi mereka yang tadinya disibukkan pekerjaan atau kesibukan lainnya, bisa memanfaatkan waktu berada di rumah ini untuk quality time bersama keluarga, meningkatkan kedekatan antar anggota keluarga.

Sumber: Respon via google classroom pada 26 Maret 2020 dan respon via whatsapp pada 4 April 2020

 

Dari sisi dosen pengampu mata kuliah pun, perlu lebih fleksibel dalam konten pembelajaran maupun media pembelajaran dan penugasan. Misal, dengan tidak hanya membahas materi sesuai Rencana Pembelajaran, melainkan juga berdiskusi mengenai kondisi mahasiswa, kondisi terkini masyarakat, dan praktik rileksasi dan meditasi untuk menunjang kesehatan mental mahasiswa.

 

Hal yang penting untuk kita pahami, sesuai himbauan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) yang juga disosialisasikan melalui media sosial (instagram Himpsi Pusat), selain menjaga kebersihan dan kesehatan fisik, kita semua perlu mengelola pikiran, perasaan, dan meminimalkan kecemasan dengan tetap mempertahankan ketenangan, pikiran positif dan memunculkan rasa bersyukur terhadap hal-hal positif yang masih kita miliki.

 

Kesimpulan dan Saran

Kita tahu, bahwa program pencegahan penyebaran covid-19 oleh pemerintah yang di antaranya membuat mahasiswa banyak berkegiatan di rumah, termasuk melakukan pembelajaran daring sebagai perwujudan kebijakan learning from home. Memang ada berbagai sisi positif dan juga sisi negatif pembelajaran daring, termasuk apabila dikaitkan dengan kemampuan mahasiswa mengelola stres dalam situasi pandemi covid-19 ini. Dibutuhkan sikap positif, adaptif  serta kreatif supaya kita semua mampu melalui masa pandemi covid-19 ini dengan baik. Juga dibutuhkan sikap saling berempati, saling support, dan saling menguatkan, bukannya sibuk mengeluh dan saling menyalahkan.

Referensi:

Priyatna, A. (2012). Parenting Di Dunia Digital. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

 

Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. (Januari 2020). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus.  (dapat diakses di http://www.infeksiemerging.kemenkes.go.id).

 

Wawancara dengan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas 45 Surabaya via google classroom pada 26 Maret 2020 dan via whatsapp pada 4 April 2020.

 

Instagram Himpsi Pusat. Diakses pada 4 April 2020.