ISSN 2477-1686

 

Vol.6 No. 07 April 2020

Masa Isolasi bukan masa kecemasan: Quality Time dan Self-care

Oleh

Krishervina Rani Lidiawati

Universitas Pelita Harapan

 

Masa Isolasi atau masa kecemasan?

Masa-masa ditengah mewabahnya virus Corona ini banyak yang mengeluhkan mengalami kecemasan dan kesepian. Hal ini terlihat dari antusiasme masyarakat yang memanfaatkan layanan telekonseling yang diselenggarakan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) bekerjasama dengan Ikatan Psikolog Klinis (IPK). Telekonseling dari hari Senin hingga Jumat, dari pagi hingga malam tak henti-hentinya melayani mereka yang sedang mengalami ketidakstabilan dalam emosi. Saat ini saya yang memiliki profesi sebagai pengajar dan psikolog yang terbiasa menangani klien pun tak luput dari perasaan cemas. Perasaan cemas ini wajar asalkan tidak berlebihan dan tidak mengganggu fungsi seseorang dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Salah satu yang saya lakukan di tengah pandemik ini adalah menjadi relawan psikolog agar saya tetap beraktivitas dan hidup saya memiliki fungsi bagi masyarakat.

 

Hal ini dikarenakan, beberapa orang bukan hanya merasa cemas namun sudah mengalami geajala gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan (Anxiety Disorder) adalah situasi atau kondisi dimana individu merasakan kecemasan yang tidak sebanding dengan bahaya yang ditimbulkan oleh suatu objek atau situasi, dan kecemasan itu mengganggu fungsi normal individu dalam kehidupan sehari- hari (Plotnik & Kouyumdijan, 2011). Beberapa orang juga mengalami kecemasan dan kehawatiran secara berlebihan atau tidak realistis tentang hampir semua hal atau merasa bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, hal ini dikenal dengan istilah Generalized Anxiety Disorder  (Shepardson, Tapio, & Funderburk, 2017). Misalnya di tengah situasi saat ini, kita perlu untuk memahami bahwa, betul virus Corona ini mudah menular namun kita bisa mencegahnya yaitu dengan menjaga jarak dan rajin menjaga kebersihan diri terutama tangan. Kita tidak perlu khawatir yang berlebihan yang akhirnya merugikan diri kita sendiri.

 

Beberapa orang juga mengalami panic attack yang mungkin selama ini bisa terkendalikan lewat kesibukan kerja. Namun dikarenakan kondisi sendiri dan tidak ada teman-teman disekitar banyak pikiran-pikiran negatif yang muncul sehingga memicu terjadinya serangan panik (panic attack). Panic attack adalah kondisi dimana seseorang mengalami ketakutan yang intense atau perasaan yang tidak nyaman disertai empat atau lebih dari gejala-gejala sebagai berikut ini, jantung berdebar, berkeringat, gemetar, sesak nafas, perasaan tersedak, sakit dada, mual, merasa pusing dan bahkan hilang kendali seperti mau mati rasanya (Plotnik & Kouyumdijan, 2011).  Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mengurangi rasa cemas akibat pandemik virus Corona. Salah satunya adalah dengan membuat emosi kita tetap stabil sehingga agar kita dapat berpikir secara jernih dalam kondisi tenang dan bukan panik (García-Escalera et al., 2019). Berikut ini beberapa cara yang saya lakukan agar menikmati kondisi isolasi.

Quality Time & Self-care

Berdasarkan tipe kepribadian atau jenis pekerjaan yang kita miliki tentu bukan hal yang mudah untuk melakukan social distancing atau menjaga jarak dengan orang-orang disekitar. Hal ini dikarenakan sudah terbiasa bertemu dengan orang lain dan berbincang secara tatap muka. Namun demi keselamatan kita bersama maka kita harus membatasi pertemuan-pertemuan secara fisik dengan orang lain.  Lalu, jika kita tidak bisa mengubah keadaan yang sedang dilanda COVID19 ini, maka apa yang bisa kita lakukan? Ya, karena memang kita tidak bisa mengubah situasi maka yang bisa kita lakukan adalah dengan mengubah cara kita bereaksi atau respon kita dalam menghadapi pandemik ini. Salah satunya adalah dengan bersyukur terhadap apa yang masih kita miliki seperti waktu untuk menikmati kesendirian yang bukan berarti kesepian dan bersyukur masih di temani orang-orang terkasih, seperti keluarga terdekat. Inilah waktu untuk menikmati hari-hari bersama diri sendiri dan orang-orang yang kita kasihi.

 

Quality time atau waktu yang berkualitas dengan intense bisa kita miliki di tengah kondisi ini. Quality time ini saya artikan waktu berkualitas untuk diri sendiri dan juga bersama orang-orang terkasih. Kegiatan yang bisa dilakukan adalah terlibat dalam komunitas sehat secara online. Misalnya saya bergabung dengan volunteer yang bisa memberikan layanan konseling secara online kepada masyarakat. Hal ini membuat hidup saya berarti dan sekaligus mengembangkan kemampuan saya dalam melakukan konseling secara online. Artinya kita bisa terlibat membantu orang lain dengan apa yang kita miliki. Banyak orang saat ini membagi-bagikan sembako dan makanan kepada orang-orang disekitar, hal ini tentu kegiatan positif di tengah pandemik Virus Corona ini.

 

Saya juga bersyukur memiliki komunitas yang saling berbagi cara untuk dapat menikmati waktu kerja dari rumah. Seperti berbagi tips memasak, mengatur menu harian agar tidak bosan dan berbagi tips tetap sehat meski di rumah. Pembicaraan yang menyenangkan dan mengurangi konsumsi berita pandemik terbukti membantu kita jauh lebih sehat secara fisik dan mental. Oleh karena itu penting untuk mengisi masa isolasi ini dengan kegiatan yang menyenangkan. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah memberikan waktu untuk diri sendiri yaitu self-care. Self-care adalah kegiatan merawat diri, yang menyehatkan tubuh anda dan membuat anda senang (Popcak, 2020). Hal ini bisa berkaitan dengan hobi seperti menonton film, memasak, membaca novel, komik, merajut, menggambar,dll. Anda juga bisa memilih kegiatan yang bisa produktif dan menghasilkan. Seperti yang saya lakukan, saya menikmati ketika memasak dan mencampurkan bumbu kemudian menikmati hasil masakannya bersama keluarga.

 

Dalam psikologi positif kita mengenal self-care adalah bagian yang penting agar kesehatan mental kita terjaga. Jika kita mengalami kecemasan dan stress kecenderungan kita akan mengabaikan kebiasaan sehat yang kita miliki seperti tidur cukup, makan sehat dan olah raga. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Saya mulai mengasihi diri saya dengan memberikan asupan makanan yang sehat dengan memasak sendiri. Namun tentu harus di imbangi dengan olah raga teratur agar kalori yang masuk tidak tertimbun jadi lemak selama masa Work From Home (WFH). Buat saya secara pribadi, saya menikmati dengan mencoba memasak masakan baru dan mencoba bumbu-bumbu yang tersedia menjadi kombinasi makanan yang dapat dinikmati. Jadi buat saya memasak adalah memberi diri untuk menikmati panca indra yang diberikan Tuhan. Bersyukur dengan indra penglihatan, kita bisa membedakan berbagai bumbu, kombinasi warna masakan, melalui indra penciuman kita bisa menikmati aroma masakan, lewat indra peraba kita bisa membuat masakan dengan berbagai variasi adonan, bumbu kasar atau halus. Akhir dari refleksi saya adalah jika hati senang, perut kenyang, dan tidur pun jadi tenang. Selamat menikmati masa isolasi dengan mengasihi diri anda dan orang-orang disekitar anda.

 

Kesimpulan

Kondisi ini tidak mudah dan mungkin membuat kita merasa khawatir namun apakah kekhawatiran anda mengubah keadaan? Jalanilah hari ini dengan hati yang gembira dan tetap lakukan aktivitas sehari-hari, seperti tidur cukup, makan sehat, dan berolahraga teratur. Nikmatilah waktu ini untuk anda sendiri dan kebersamaan dengan anggota keluarga anda. Jika tidak bisa mengubah keadaan maka selamat menikmati hari ini dengan cara mengubah cara pandang atau cara anda dalam merespon sesuatu.

 

Daftar Pustaka

García-Escalera, J., Chorot, P., Sandín, B., Ehrenreich-May, J., Prieto, A., & Valiente, R. M. (2019). An Open Trial Applying the Unified Protocol for Transdiagnostic Treatment of Emotional Disorders in Adolescents (UP-A) Adapted as a School-Based Prevention Program. Child and Youth Care Forum, 48(1), 29–53. https://doi.org/10.1007/s10566-018-9471-0

Plotnik, R & Kouyoumdjian. Introduction of Psychology. United Stated: Cengage Learning

Popcak, Greg. (2020). Seven ways to manage ‘ COVID Stress Syndrome .’United State Our Sunday Visitor. 4/5/2020, Vol. 108 Issue 50, p8-8. 2/3p

Shepardson, R. L., Tapio, J., & Funderburk, J. S. (2017). Self-Management Strategies for Stress and Anxiety Used by Nontreatment Seeking Veteran Primary Care Patients. Military Medicine, 182(7), e1747–e1754. https://doi.org/10.7205/milmed-d-16-00378