ISSN 2477-1686
Vol.4. No.12, Juni 2018
Grit dan Kesuksesan Akademik
Oleh:
Sandra Handayani Sutanto
Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan
Mahasiswa A dan mahasiswa B adalah mahasiswa bimbingan skripsi. Mahasiswa A memiliki nilai Indeks Prestasi Kumulatif yang lebih tinggi daripada mahasiswa B. Kemampuan analisa mahasiswa A juga jauh lebih melebihi mahasiswa B. Kedua mahasiswa ini juga memulai skripsi pada saat yang bersamaan, namun tidak selesai secara bersamaan. Hal yang membedakan mahasiswa A dan B adalah kemampuan untuk bertekun dalam proses bimbingan. Mahasiswa A akan menarik diri lebih lama saat menghadapi tantangan dan tidak segera kembali dalam proses bimbingan. Hasil akhirnya, mahasiswa B berhasil menyelesaikan penulisan skripsi lebih cepat dan lulus dengan hasil yang memuaskan.
Definisi Grit
Membaca ilustrasi di atas, maka kita akan mulai berpikir tentang pentingnya faktor lain di luar kemampuan intelektual seperti daya analisa, kemampuan menangkap informasi, memahami hal yang diajarkan pada pengerjaan tugas-tugas akademik. Duckworth (2016) merumuskan mengenai grit, sebagai salah satu trait non-cognitive yang terdiri kekuatan untuk melakukan hal yang menarik (the power of passion) dan ketekunan (perseverance) untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Karakteristik Individu dengan Grit
Individu dengan grit yang tinggi—diistilahkan dengan gritty-- akan mengejar hal yang diinginkan seperti berlari maraton, dan akan berusaha mempertahankan staminanya walaupun mengalami kekecewaan dan kebosanan (Duckworth, Peterson, Matthews & Kelly, 2007). Individu dengan grit yang tinggi akan bekerja keras dalam menghadapi tantangan, mempertahankan usaha dan minat dalam waktu yang cukup lama walaupun mengalami kegagalan, kemalangan dan proses yang turun naik. Dalam konteks pendidikan, Grit digambarkan sebagai hal yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian siswa, mempengaruhi tingkat keberhasilan, kemampuan untuk mengingat dan kemungkinan untuk lulus (Duckworth & Quinn; Maddie et al; Strayhorn dalam Wolters & Hussain, 2014).
Mengembangkan Grit
Apakah grit dapat ditumbuhkan? Duckworth (2016) menyatakan bahwa grit dapat dikembangkan dari dalam diri individu dan dari luar individu tersebut. Untuk mengembangkan grit, individu perlu melakukan beberapa hal berikut ini:
- Menemukan dan mengembangkan hal yang menjadi ketertarikan. Passion bisa didefinisikan sebagai sesuatu yang melebihi minat, mendorong seseorang untuk menekuni. Passion tersebut harus dimunculkan berkali-kali dan direalisasikan misalnya dengan bertemu orang yang memiliki minat yang sama atau memiliki mentor yang akan mengarahkan minat tersebut. Dihubungkan dengan konteks akademik misalnya dengan menemukan passion penelitian pada tema tertentu atau passion pada hal tertentu pada anak-anak.
- Berlatih. Luangkan waktu untuk mengasah hal yang menjadi passion, dan buatlah ini menjadi suatu kebiasaan. Dalam konteks hobi misalnya dengan menemukan ketertarikan pada bidang tertentu dan meluangkan waktu untuk mengeksplorasi hal yang menarik tersebut dan terus berlatih hingga menjadi sebuah kebiasaan.
- Tentukan tujuan. Minat adalah sumber dari passion, namun akan lebih lengkap jika disertai dengan tujuan. Tujuan bisa berupa mengkontribusikan sesuatu bagi komunitas, melakukan sesuatu yang kecil namun bermakna, misalnya menjadi dokter untuk bisa menolong lebih banyak orang yang tidak mampu dan membutuhkan pertolongan.
- Milikilah harapan. Individu dengan grit yang tinggi—disebut gritty, akan bangkit lagi saat terjatuh atau ditimpa masalah.
Hal-hal dari luar individu yang turut menumbuhkan grit adalah sebagai berikut:
- Grit juga bisa dikembangkan dengan menemukan individu yang bisa menimbulkan grit, memberikan semangat untuk mencapai sesuatu yang lebih besar dan memberikan dukungan. Individu yang dimaksud ialah orangtua, pelatih, guru, atasan, mentor, teman
- Grit juga bisa dikembangkan dengan menemukan ‘field’ seperti kursus balet, lapangan basket, resital piano dan lain-lain.
- Budaya berperan mengembangkan grit. Budaya mempengaruhi bagaimana kita hidup dan mengidentifikasi diri, dan sangat mempengaruhi aspek kehidupan kita
Kembali pada ilustrasi di atas, hal yang membedakan mahasiswa A dan mahasiswa B bukan sekedar Indeks Prestasi atau nilai raport siswa. Keberhasilan akademik turut dipengaruhi oleh passion seseorang terhadap suatu hal dan kemampuannya untuk bertekun demi mencapai hal yang dicita-citakan.
Grit is sticking with your future, day in, day out, not just for the week, not just for the month, but for years, and working really hard to make that future a reality. Grit is living life like it’s a marathon, not a sprint.
–Angela Lee Duckworth-
Referensi:
Duckworth, A. (2016). Grit : The power of passion and perseverence. New York: Scribner
Duckworth, A., Peterson, C., Matthew, M.D., & Kelly, D.R. (2007). Grit: Perseverance and passion for long-term goals. Journal of Personality and Social Psychology , 92(6), 1087-1101.doi : 10.1037/0022-3514.92.6.1087.
Wolters, C.A., & Hussain, M. (2014). Investigating grit and its relations with college students’ self-regulated learning and academic achievement. Metacognition Learning, 10, 293-311.doi : 10.1007/s11409-014-9128-9.