ISSN 2477-1686
Vol.4. No.9, Mei 2018
Lansia dan Teknologi Digital dalam Mitos dan Paradoks
Oleh
Made Diah Lestari
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Gambaran dampak perkembangan teknologi digital bagi Lansia
Perkembangan teknologi digital berdampak kepada area-area kehidupan manusia, salah satunya adalah pola konsumsi dan juga bentuk-bentuk layanan yang diberikan oleh produsen dan jasa layanan. Sebagai contoh, aplikasi online yang memanfaatkan teknologi digital pada satu sisi memudahkan akses untuk mendapatkan layanan, di sisi lain bagi kelompok individu yang tidak menguasai teknologi digital, bentuk layanan seperti ini tentu saja akan merugikan karena faktor ketidaktahuan, keterasingan, dan keterbatasan dalam penguasaan teknologi. Kelompok lansia seringkali dilabel sebagai kelompok yang terbatas dalam penguasaan teknologi digital, padahal sebetulnya ada beragam layanan kepada lansia yang dapat dibangun berbasis teknologi digital, seperti layanan kesehatan dan smart home (Damodaran, Olphert, & Sandhu, 2013). Ageism sebuah konsep yang mengacu kepada stereotipe lansia melahirkan mitos di masyarakat terkait lansia dan penguasaan teknologi. Wandke Sengpiel, dan Sonken (2012) melalui pendekatan sistematik review yang dilakukan terhadap beberapa referensi ilmiah menemukan terdapat enam mitos yang berkaitan dengan lansia dan penguasaan teknologi.
Mitos-mitos yang berkaitan dengan Lansia dan penguasaan teknologi
Mitos pertama adalah hal yang dapat dilakukan terhadap lansia hanyalah tunggu dan lihat sebab seiring dengan berjalannya waktu, dengan sendirinya lansia akan mampu menguasai teknologi digital. Implikasi dari mitos pertama ini adalah teknologi digital seringkali tidak didesain khusus bagi lansia sebab produsen beranggapan bahwa seiring dengan waktu lansia akan mampu menguasai teknologi digital tanpa membutuhkan perhatian khusus. Mitos kedua menyatakan bahwa lansia sejatinya tidak memiliki minat untuk menguasai teknologi digital. Pada kenyataannya, sejumlah penelitian yang disitasi oleh Wandke, Sengpiel, dan Sonken (2012) menemukan bahwa lansia memiliki ketertarikan terhadap teknologi digital, hanya saja selama ini ketertarikan tersebut menjadi memudar di saat perangkat yang tersedia terlalu rumit dan menggantikan perangkat sederhana yang mampu membantu lansia memenuhi kebutuhan mereka. Mitos ketiga beranggapan bahwa lansia menilai teknologi digital tidak berguna dan tidak penting, pada kenyataannya lansia menganggap teknologi digital penting sejauh kebermanfaatan yang dapat dirasakan oleh lansia saat menggunakan teknologi digital. Jadi dalam hal ini lansia adalah sosok yang sangat pemilih dan menjadi konsumen yang harus yakin betul bahwa teknologi digital bermanfaat sebelum lansia memutuskan untuk menggunakan teknologi digital dalam kesehariaannya. Mitos keempat menyatakan bahwa lansia memiliki banyak keterbatasan fisik sehingga keterbatasan ini menjadi hambatan dalam penguasaan teknologi digital. Sebagai contoh sebagian besar lansia kesulitan saat menggunakan mouse pada perangkat komputer karena koordinasi motorik dan penglihatan yang mengalami penuruan di usia lanjut. Pada kenyataannya penurunan kondisi fisik dan kesehatan adalah hal yang nyata terjadi pada lansia, namun hal ini pada dasarnya bisa diatasi dengan desain teknologi digital yang tepat dan memerhatikan perkembangan lansia. Mitos kelima menyatakan bahwa lansia sederhananya tidak mengerti bagaimana caranya berinteraksi dengan teknologi digital. Pada kenyataannya lansia mampu memahami teknologi seperti halnya generasi muda jika teknologi digital didesain sesuai dengan kondisi lansia. Wong, dkk. (2013) menemukan bahwa faktor-faktor demografi seperti usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat ekonomi berkaitan dengan self-efficacy dan tingkat pemahaman terhadap teknologi digital. Mitos keenam bahwa lansia yang sudah menua akan sulit untuk menguasai sesuatu yang baru. Pada kenyataannya perkembangan kognitif dimana crystallized intelligence lebih berkembang dibandingkan dengan fluid intelligence memang benar adanya akan membatasi lansia untuk mempelajari dan menguasai hal-hal baru (Papalia, dkk., 2007). Hanya saja hal ini bisa terpatahkan di saat lansia mampu mendapatkan manfaat dari penguasaan teknologi digital.
Penutup
Beberapa negara di Asia Timur seperti China, Hong Kong, Jepang, Taiwan, dan Korea yang sudah sangat maju di dalam desain teknologi digital bagi pemberdayaan lansia menemukan bahwa teknologi digital memberikan manfaat bagi lansia untuk mendapatkan akses layanan kesehatan secara mandiri, layanan smart house dan juga berinteraksi dengan teman serta keluarga bagi lansia yang tinggal jauh dari keluarga (Wong, dkk., 2013). Teknologi digital tentunya akan berdaya guna bagi lansia saat pelatihan yang tepat diberikan kepada lansia untuk meningkatkan self-efficacy dan pemahaman akan teknologi digital.
Adakalanya teknologi digital menjadi sebuah paradoks di saat layanan yang diberikan mengeksklusifkan lansia dari interaksi sosial yang bersifat langsung dan nyata. Kemampuan lansia dalam mengakses media sosial contohnya di satu sisi membuat lansia terkungkung di dalam relasi artificial dan maya. Pada kultur Indonesia dimana relasi sosial dan dukungan keluarga menjadi kekuatan pemberdayaan lansia di komunitas, apakah penerapan teknologi digital dapat sepenuhnya menggantikan perawatan keluarga bagi lansia? Atau sederhananya, siap dan maukah kita jika anggota keluarga kita yang lansia diasuh dan dirawat sepenuhnya oleh teknologi digital? Suatu hal yang penting untuk direnungkan.
Referensi
Damodaran, L., Olphert, C. W., & Sandhu, J. (2014). Falling off the bandwagon? Exploring the challenges to sustained digital engagement by older people. Gerontology, 60(2), 163–173. https://doi.org/10.1159/000357431
Papalia, D.E., Sterns, H.L., Feldman, R.D., Camp, C.J. (2007). Adult development and aging. 3rd edition. New York: McGraw Hill.
Wandke, H., Sengpiel, M., & Sönksen, M. (2012). Myths about older people’s use of information and communication technology. Gerontology, 58(6), 564–570. https://doi.org/10.1159/000339104.
Wong, Y., Chen, H., Lee, V. W. P., Fung, J. Y. C., & Law, C. (2014). Empowerment of Senior Citizens via the Learning of Information and Communication Technology. Ageing International, 39(2), 144–162. https://doi.org/10.1007/s12126-013-9185-4.