Konseling Kerja Bagi Karyawan

 

Oleh

 

Selviana

 

Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia

Contoh Kasus

Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, seorang karyawan mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan urusan surat-menyurat, laporan-laporan dan pekerjaan adminsitrasi lainnya. Sekalipun terkesan ringan dan dapat dikerjakan oleh siapapun, namun pada kenyataannya pekerjaan adminstrasi membutuhkan ketelitian, kerapihan dan kecermatan dalan bekerja. Secara khusus, S mengaku bahwa tugas-tugas dan tuntutan kerja yang harus dikerjakannya sangat banyak, sedangkan gaji yang diterimanya setiap bulan belum sesuai yang diharapkan. Selain itu, tuntutan-tuntutan kerja yang diberikan oleh atasannya pun seringkali bertolak belakangan dengan harapannya, sehingga S sering merasa stres dengan pekerjaannya. Disisi lain, S senang menjadi staf administrasi pendidikan yang membuatnya dapat bertemu banyak orang dan banyak pengalaman serta pengabdian, namun tak dapat dipungkiri bahwa S merasa tertekan dengan tugas-tugas yang sangat banyak dan atasan yang kurang mendukung.

Dengan adanya kondisi tersebut, maka konseling kerja dipandang perlu agar dapat menolong karyawan untuk mengatasi tekanan yang dialami dalam pekerjaannya. Hal ini dikarenakan karyawan mengalami penurunan produktifitas kerja yang juga berdampak pada kesehatan fisik dan psikologis seperti cemas, pola makan dan tidur yang kurang teratur karena seringnya mengerjakan tugas-tugas kantor hingga larut malam. Dengan keadaan tersebut, turut berdampak pada kualitas kerja seperti banyaknya komplain dan laporan-laporan yang kurang rapih, sehingga dipandang perlu untuk dilakukan konseling kerja bagi karyawan.  

 

Pengertian Konseling

Komalasari, dkk (2011) menyatakan bahwa konseling adalah bentuk pertolongan yang berfokus pada kebutuhan dan tujuan individu. Dalam hal ini konseling berperan untuk dapat membantu individu dalam memahami kebutuhannya dan mencapai suatu tujuan yang lebih baik. Sementara itu, Hartono dan Soedarmadji (2013) mendefinisikan bahwa konseling adalah suatu pelayanan profesional yang diberikan oleh konselor kepada konseli secara tatap muka, agar konseli dapat mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik. Pengertian ini menekankan bahwa konseling dilakukan secara tatap muka untuk mek membantu konseli kepada perilaku yang lebih baik.

 

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, pengertian konseling bagi karyawan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tatap muka antara konselor dan konseli untuk membantu konseli mengatasi permasalahan yang dialami dalam pekerjaannya.

Tujuan Konseling Kerja bagi Karyawan

Hartono dan Soedarmadji (2014) menjelaskan secara umum tujuan konseling bagi karyawan adalah agar konseli dapat mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju (progressive behavior changed). Melalui terlaksananya tugas-tugas perkembangan secara optimal, kemandirian, dan kebahagiaan hidup.

Corey (dalam Hartono dan Soedarmadji, 2014) merincikan tujuan konseling kerja sebagai berikut:

a. Konseli lebih menyadari diri, bergerak ke arah kesadaran yang lebih penuh atas kehidupan batinnya, dan menjadi kurang melakukan penyangkalan dan pendistorsian.

b. Konseli menerima tanggung jawab yang lebih besar atas siapa dirinya, menerima perasaannya sendiri, menghindari tindakan menyalahkan lingkungan dan orang lain atas keadaan dirinya, dan menyadari bahwa sekarang dia bertanggung jawab untuk apa yang dilakukannya.

c. Konseli menjadi lebih berpegang kepada kekuatan-kekuatan batin dan pribadinya sendiri, menghindari tindakan-tindakan memainkan peran orang yang tak berdaya, dan menerima kekuatan yang dimilikinya untuk mengubah kehidupannya sendiri.

d. Konseli memperjelas atas masalah-masalah yang dihadapinya, dan menemukan dalam dirinya sendiri penyelesaian-penyelesaian bagi konflik-konflik yang dialaminya.

e. Konseli menjadi lebih terintegrasi serta menghadapi, mengakui, menerima, dan menangani aspek-aspek dirinya yang terpecah dan diingkari, dan mengintegrasi semua perasaan dan pengalaman ke dalam seluruh hidupnya.

f. Konseli belajar mengambil resiko yang akan membuka pintu-pintu ke arah cara-cara hidup yang baru serta menghargai kehidupan dengan ketidakpastiannya, yang diperlukan bagi pembangunan landasan untuk pertumbuhan.

g. Konseli menjadi lebih mempercayai diri serta bersedia mendorong dirinya sendiri untuk melakukan apa yang dipilih untuk dilakukannya.

h. Konseli menjadi lebih sadar atas alternatif-alternatif yang mungkin serta bersedia memilih bagi dirinya sendiri dan menerima konsekuensi-konsekuensi dari pilihannya.

Dengan dilakukannya konseling kerja bagi karyawan, maka dapat membantu karyawan dalam mengatasi permasalahan kerja yang dihadapi dan membantu perusahaan untuk mencari jalan keluar atas setiap permasalahan yang dialami karyawan, sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik, optimal serta memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Referensi

Corey, G. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama. 

Hartono., & Soedarmadji. (2013). Psikologi konseling. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Komalasari, G., Wahyuni., & Karsih. (2011). Teori dan teknik konseling. Jakarta: PT. Indeks.