ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 40 Agustus 2025
Peranan Psikologi dalam Isu Lingkungan
Oleh:
Iqamah Dyah Mumpuni1 & Eko. A Meinarno2
Fakultas Psikologi, Universitas Tama Jagakarsa
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
Pengantar
Lingkungan adalah tempat manusia hidup. Ada lingkungan yang alami semisal hutan, pantai, danau, gurun pasir, padang es, dan lain-lain. Ada juga lingkungan yang tidak alami, terjadi sejak manusia bertani dan bercocok tanam seperti desa dan kota. Selanjutnya kedua lingkungan itu akan berkembang seiring perkembangan zaman dan teknologi.
Ada masanya manusia harus beradaptasi dengan lingkungan (khususnya alam) dengan sempurna. Hal ini yang kelak akan membuat manusia membangun sistem kehidupan yang sesuai dengan alamnya (nantinya akan menjadi kebudayaan). Dengan demikian kondisi ini mirip dengan penjelasan Kurt Lewin, bahwa tingkah laku merupakan hasil dari fungsi lingkungan dan kepribadian (B = f(P, E) (Sarwono, 2015). Dalam konteks psikologi lingkungan, peran E, yakni environment memiliki kontribusi penting.
Namun, ketika manusia bercocok tanam ditambah revolusi industri, muncul perubahan pola yakni manusialah yang mulai melakukan pengaturan terhadap alam (Gonick & Outwater, 2004). Maka dimulailah hubungan manusia dan alam yang terlihat secara kasat mata. Dalam rumusan Lewin, unsur kepribadian (P = personality) mulai memiliki andil dalam pembentukan tingkah laku manusia terhadap alam.
Psikologi Lingkungan
Psikologi sering diidentikkan dengan isu-isu terkait kesehatan jiwa, fungsi mental, dan perilaku individu di dalamnya, namun ada percabangan dari psikologi yang unik, yaitu psikologi lingkungan. Cabang psikologi ini mempelajari hubungan interaksi timbal balik antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun sosial.
Hellpach merupakan salah satu orang yang pertama kali mengenalkan istilah ‘psikologi lingkungan’ pada paruh pertama abad ke-20, atau di tahun 1911. Ia mempelajari dampak yang berbeda-beda dari beberapa stimuli seperti warna, bentuk, matahari, bulan, serta lingkungan ekstrem pada aktivitas manusia, Hellpach juga mempelajari fenomena perkotaan seperti kepadatan dan stimuli yang berlebihan, serta membedakan lingkungan menjadi tiga jenis yaitu lingkungan alam, sosial, dan budaya (Steg, Agnes & Judith, 2019).
Menurut Stokols & Altman (1987) psikologi lingkungan merupakan studi tentang perilaku manusia, kesejahteraan, dan pengalaman mengenai hubungan manusia dengan lingkungan sosio-fisik. Psikologi lingkungan dikenal sebagai salah satu bidang psikologi sejak akhir tahun 1960-an dan merupakan bidang yang relatif baru dalam psikologi.
Peranan Psikologi dalam Isu Lingkungan
Jika makhluk hidup lainnya dipengaruhi oleh alam, manusia dapat memengaruhi alam, dan bisa menjadi titik sentral dari perkembangan lingkungannya (Sarwono, 2015). Jika seekor burung pelatuk mematuki batang pohon untuk membuat rumah, maka manusia bisa mereklamasi pantai untuk membuat wilayah pemukiman baru. Manusia sebagai makhluk antroposentris dapat memberikan dampak besar bagi keadaan lingkungan alam di sekitarnya (Mumpuni & Meinarno, 2025). Penguasaan lingkungan yang tidak terkontrol oleh manusia dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi kelangsungan makhluk hidup dan lingkungan. Jumlah penduduk yang meningkat, kebutuhan pangan yang bertambah, keinginan akan hunian juga dapat memberikan pengaruh terhadap lingkungan alam (lihat Gonick & Outwater, 2004; Meinarno, Widianto, & Halida, 2015). Oleh karena peran dan tingkah laku manusia bisa menjadi titik pusat dalam hubungan interaksi manusia dan lingkungannya, maka peran psikologi khususnya psikologi lingkungan jadi sangat penting untuk dapat meramalkan dan merekayasa perilaku manusia yang berwawasan lingkungan (Sarwono, 2015).
Psikologi Lingkungan dalam Tataran personal/Individu
Lingkungan dapat mempengaruhi tingkah laku manusia, dan manusia dapat memodifikasi alam sesuai dengan keinginannya. Diperlukan pemahaman yang baik untuk menciptakan keselarasan di antara keduanya, misal psikologi lingkungan dapat berkontribusi terhadap perilaku manusia yang ramah lingkungan, seperti penanganan sampah (Wibowo, 2004; Mu’arif, 2023; Shinta, 2024), mengurangi penggunaan plastik sekali pakai (Ardhiyansyah, Yusuf & Wa, 2023), penghematan energi (Bahij, et.all, 2020), bijak menggunakan air (Sari & Ratna, 2019), dan lain-lain. Selain itu manusia juga dapat mempelajari apa yang harus dilakukan dalam mitigasi bencana. Berdasar gejala dan mekanisme persepsi, bencana dapat menjadi obyek dari persepsi (Mumpuni & Meinarno, 2024). Oleh karenanya psikologi dapat pula berkontribusi atau andil untuk membangun kesiapan manusia atau individu atau kelompok untuk menghadapi bencana (Mumpuni & Meinarno, 2024).
Psikologi Lingkungan pada Tataran Sosial
Psikologi lingkungan juga mengkaji bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkup sosial. Teritorial seperti kepadatan, dan kesesakan dapat mempengaruhi perilaku individu yang selanjutnya berdampak pada interaksi sosialnya. Misal, angka krimintalitas lebih tinggi di lingkungan padat (Hesseling, 1992 dalam Sarwono, 1999). Lingkungan yang padat juga dapat menimbulkan frustasi dan kemarahan yang pada akhirnya dapat membentuk perilaku agresif (Bell, 2006 dalam Sunarko, 2014). Sengketa lahan dapat terjadi karena adanya konflik teritorial, manusia cenderung bertingkah laku tertentu untuk mewujudkan kepemilikannya. Kemudian penggusuran lahan kumuh sulit dilakukan karena orang yang menghuni tempat tersebut telah menetapkan lahan tersebut sebagai teritorialnya, meskipun tidak didukung dengan surat kepemilikan resmi dan legal (Sarwono, 2015).
Psikologi Lingkungan pada Tataran Global
Perubahan iklim menjadi kepedulian seluruh dunia, penduduk yang bertambah, kemajuan teknologi, perilaku yang tidak ramah lingkungan turut serta dalam kontribusi perubahan iklim (Ajisuksmo, Rosario, Soge, Pradipto, & Elmeresa, 2023). Perubahan iklim tidak hanya dirasakan beberapa wilayah saja, tetapi perubahan iklim ini dampaknya dapat dirasakan oleh semua orang di belahan bumi manapun.
Perubahan iklim menjadi tantangan besar bagi seluruh umat manusia, tidak hanya perubahan fisik lingkungan seperti badai, banjir, kebakaran hutan, cuaca ekstrem dan lain-lain, tetapi juga dapat berdampak psikologis. Perubahan iklim dapat mengakibatkan efek psikologis seperti stres, cemas, depresi serta gangguan kesehatan mental lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas hidup, kesejahteraan, dan produktivitas individu serta dapat berdampak pada masyarakat secara keseluruhan (Putra, 2023)
Penutup
Psikologi tidak hanya berkontribusi dalam pembahasan kesehatan mental, tetapi juga konsern pada isu lingkungan, manusia dan hubungan timbal balik diantara keduanya. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku manusia, dan manusia dapat mengubah lingkungan sesuai keinginannya. Perilaku manusia seperti ini bisa menjadi titik pusat dalam interaksi hubungan manusia dengan lingkungannya. Melalui psikologi lingkungan kita dapat memetakan perilaku manusia dan merekayasa agar perilaku tersebut pro terhadap lingkungan baik dalam tatanan individu, sosial, dan global.
Daftar Pustaka
Ajisuksmo, CRP, Rosario, TM., Soge, YSI, Pradipto, DS., & Elmeresa, MV. (2023). Kepedulian Untuk Rumah Kita Bersama: Respon Terhadap Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup. Buletin KPIN. Vol. 9 No. 11 Juni 2023. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1298-kepedulian-untuk-rumah-kita-bersama-respon-terhadap-perubahan-iklim-dan-lingkungan-hidup.
Ardiyansyah, A., Yusuf, I., & Wa, O. R. (2023). Perilaku pro-lingkungan dan motivasi sosial dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Jurnal multidisiplin West Science. 7(2), 580-586. https://doi.org/10.58812/jmws.v2i07.538.
Bahij, A. A., Nadiroh., Sihadi., & Rizky. B. (2020). Pengaruh kesadaran hemat energi terhadap perilaku hemat energi. Jurnal PGSD. https://e-journal.umc.ac.id/index.php/JPS. Diunduh awal Desember 2024.
Diamond, J. (2013). Guns, germs, & steel: Rangkuman riwayat masyarakat manusia. KPG. Jakarta.
Gonick, L., Outwater, A. (2004). Kartun lingkungan. KPG. Jakarta.
Meinarno, E. A., Widianto, B., Halida, R. (2015). Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Edisi ketiga. Jakarta. Salemba Humanika.
Mumpuni, I. D., & Meinarno, E. A. (2024). Bencana dalam Kacamata Psikologi. Buletin KPIN. Vol. 10 No. 18 September 2024. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1612-bencana-dalam-kacamata-psikologi.
Mumpuni, I. D., & Meinarno, E. A. (2025). Mengapa Lingkungan Menjadi Bagian dari Isu Psikologi. Buletin KPIN. (dalam proses penerbitan)
Mu’arif, E. A. (2023). Perilaku Pro Lingkungan Dengan Cara Reuse pada Ibu Rumah Tangga. Buletin KPIN. Vol. 9 No. 20 Oktober 2023. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1392-perilaku-pro-lingkungan-dengan-cara-reuse-pada-ibu-rumah-tangga.
Putra. M. A. (2023). Efek psikologis dari perubahan iklim dan bencana. liternote.com/index.php/ln/article/view/21. Diunduh awal Desember 2024.
Sari, H., & Ratna, D. G. (2019). Perancangan pesan untuk meningkatkan intensi perilaku hemat dalam menggunakan air. Jurnal Ilmu Lingkungan. 17(2), 231-238.
Sarwono, SW. (1999). Psikologi sosial: Psikologi kelompok dan psikologi terapan. Balai Pustaka. Jakarta.
Sarwono, S. W. (2015). Psikologi lingkungan dan pembangunan. Edisi kedua. Jakarta. Mitra Wacana Media.
Shinta, A. (2024). Sosialisasi Pengelolaan Sampah Ala Mahasiswa KKN: Fenomena Disonansi Kognitif. Buletin KPIN. Vol. 10 No. 18 September 2024. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1615-sosialisasi-pengelolaan-sampah-ala-mahasiswa-kkn-fenomena-disonansi-kognitif.
Steg, l., Agnes, E. D., & Judith, I. M. D. (2019). Environmental Psychology: History, scope, and methods. Dalam Steg, L., & Judith, I. M. D (2019). Environmental psychology: An introduction. NJ: John Wiley & Sons Ltd.
Stokols, D., & Altman, I. (1987). Environmental psychology. New York: John Wiley & Sons.
Sunarko, G., Hemy, H. A., & Neka, E. (2014). Peranan kesesakan terhadap perilaku agresi pada binaan Lembaga pemasyarakatan anak kelas IIA Martapura. Jurnal Ecopsy. https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/ecopsy/article/view/494. Diunduh awal Desember 2024.
Wibowo, I. (2004). Pola perilaku kebersihan: studi psikologi lingkungan tentang penanggulangan sampah perkotaan. Disertasi. Program Studi Doktor Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
