ISSN 2477-1686
Vol.3. No.4, April 2017
Pelajar SMA Sebagai Agen Konseling Bagi Peer Pengguna Narkotika
Eriska Yunisha
Fakultas Humaniora dan Bisnis, Program Studi Psikologi
Universitas Pembangunan Jaya
Remaja dan Narkotika
Kehidupan semasa remaja tentulah menjadi masa-masa yang indah bagi siapa pun yang pernah mengalaminya. Masa remaja seringkali dilihat sebagai masa yang indah dimana sebagian besar hidup dihabiskan di sekolah bersama dengan buku pelajaran sekolah dan teman-teman sebaya (peer). Namun pada masa ini, hal yang perlu diingat yaitu masa remaja merupakan masa yang paling rentan bagi seseorang untuk terjerumus kepada penggunaan zat-zat terlarang atau yang biasa disebut narkotika. Menurut data dari BNN pada tahun 2015 tercatat sebanyak 2.186 anak dibawah usia 19 tahun merupakan tersangka pengguna Narkotika, atau sebesar 4,4 persen dari total tersangka (Lestari, 2016). Angka ini tentu saja merupakan angka yang memprihatinkan, padahal anak-anak pada usia tersebut adalah generasi penerus bangsa.
Dampak Penggunaan Narkotika Bagi Remaja
Menurut dr. Diah Setia Utami, SpKJ yang merupakan Deputi Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), terdapat tiga jenis narkotika yang paling sering digunakan di Indonesia yaitu ganja, Amphetamine Type Stimulants (ATS), dan obat-obatan Daftar G atau obat-obatan keras yang menimbulkan efek tertentu jika dikonsumsi sembarangan (Kinanti, 2015). Sedangkan, dr. Diah mengatakan bahwa Narkotika yang sering digunakan oleh anak usia sekolah adalah ganja karena bentuknya mirip dengan rokok dan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan narkoba jenis lain (Kinanti, 2015).
Dampak yang ditimbul kan oleh Narkotika pada pengguna remaja yang merupakan pelajar diantaranya adalah kerusakan fisiologis serta perubahan dalam sikap dan perilaku. Kerusakan fisiologis yaitu kerusakan pada otak, sistem pernafasan, jantung, mulut, kulit, sistem pencernaan, mata, dan hati. Sedangkan, perubahan dari segi sikap dan perilaku dapat dilihat dari perubahan perangai dan kepribadian, sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran, menjadi mudah tersinggung dan cepat marah, sering menguap, mengantuk, dan malas, tidak memperdulikan kesehatan diri, suka mencuri untuk membeli narkoba, menyebabkan kegilaan, paranoid, bahkan kematian (Ramadhan, 2016).
Dampak-dampak yang ditimbulkan tersebut merupakan perilaku negatif yang dapat mempengaruhi kehidupan seorang remaja, apalagi seorang pelajar yang masih berkembang dan perlu banyak belajar tentang seisi dunia. Perilaku-perilaku negatif tersebut nyatanya juga mempengaruhi interaksi seorang pelajar pengguna Narkotika dengan peer nya.
Gambaran Acara Share and Care Universitas Pembangunan Jaya
Terpengaruhnya interaksi dengan teman-teman sebaya (peer) akibat penggunaan narkoba ini menimbulkan kepedulian para pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) terhadap kesehatan fisik dan mental teman yang menggunakan Narkotika. Hal ini terbukti ketika tingginya antusias dari pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) terlihat saat mengikuti acara Share and Care Session yang diselenggarakan oleh Program Studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya bersama dengan HIMPSI Banten. Acara tersebut membahas tentang intervensi psikologis terhadap orang dengan masalah adiksi narkoba.
Acara ini merupakan sebuah acara psikoedukasi untuk remaja khususnya pelajar SMA agar lebih sadar akan bahaya Narkotika dan bagaimana cara intervensi sederhana bagi pengguna itu sendiri maupun bagi peer. Antusias para pelajar SMA ini ditunjukkan melalui pertanyaan-pertanyaan bermutu yang ditanyakan kepada pembicara, Mulyanto M.Psi., Psi. yang merupakan psikolog klinis Badan Narkotika Nasional (BNN) dan ketua dari Ikatan Psikolog Klinis Banten.
Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan meliputi cara-cara untuk membantu dan menolong peer nya agar dapat pulih dari pengaruh Narkotika. Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut, para pelajar SMA terlihat sudah pernah menghadapi kasus-kasus yang berkaitan dengan menanggapi peer yang terjerumus ke dalam lingkaran Narkotika. Hal ini menyadarkan pihak penyelenggara acara bahwa pelajar SMA memiliki kepedulian dan minat yang tinggi dalam menjadi agen konseling bagi peer yang menggunakan Narkotika. Ini berarti, pelajar SMA memerlukan lebih banyak psikoedukasi mengenai cara intervensi sederhana dan bagaimana memberikan bantuan kepada peer pengguna Narkotika. Para pelajar SMA yang hadir menunjukkan bahwa mereka sadar kalau peer tersebut membutuhkan pertolongan dan merekapun bersedia untuk hadir sebagai teman bercerita dan orang yang dapat dimintai tolong.
Kesadaran pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam menjadi agen konseling ini dirasa perlu dukungan yang besar dari pihak-pihak dan institusi pencegahan dan penanggulangan penggunaan zat Narkotika. Perlu diingat juga bahwa orang-orang terdekat bagi seseorang ketika masa remaja adalah teman-teman sebaya (peer) nya, sehingga apabila seorang remaja memiliki masalah maka ia cenderung akan menceritakan masalah tersebut kepada peer nya terlebih dahulu baru setelah itu kepada keluarganya. Oleh karena itu, remaja yang merupakan pelajar SMA juga turut membutuhkan psikoedukasi tentang bagaimana cara menghadapi dan menolong peer yang terjerumus kedalam penggunaan Narkotika.
Referensi:
Kinanti, A. (2015). Ini dia narkoba yang paling banyak digunakan di indonesia versi BNN. Diunduh dari https://health.detik.com/read/2015/06/26/134302/2953241/763/ini-dia-narkoba-yang-paling-banyak-digunakan-di-indonesia-versi-bnn
Lestari, M. R. S. (2016).BNN: 22 persen pengguna narkoba adalah pelajar dan mahasiswa. Diunduh dari http://www.netralnews.com/news/pendidikan/read/26672/bnn.22.persen.pengguna.narkoba.adalah.pejalar.dan.mahasiswa
Ramadhan, M. L. (2016). Penyebaran narkoba di kalangan anak-anak dan remaja. Diunduh dari http://jabar.bnn.go.id/artikel/penyebaran-narkoba-di-kalangan-anak-anak-dan-remaja