ISSN 2477-1686  

 Vol. 11 No. 39 Agustus 2025

Narcissistic Personality Disorder (NPD):

Bukan Julukan, Bukan Label Sosial — Ini Gangguan Kepribadian yang Serius

Oleh:

Ellyana Dwi Farisandy

Program Studi Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya

 

Belakangan ini, istilah Narcissistic Personality Disorder (NPD) semakin marak dibahas di berbagai media sosial, seperti Instagram, TikTok, hingga X. Sebagai contoh, individu yang dominan, sangat menyukai apresiasi, atau manipulatif sering kali dianggap memiliki gangguan NPD. Fenomena ini didorong oleh semakin banyaknya informasi mengenai gangguan psikologis yang dengan mudahnya diakses melalui media sosial—meskipun tidak semua informasi tersebut akurat atau berasal dari sumber yang terpercaya. Di satu sisi, fenomena ini bisa dianggap positif karena menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gangguan psikologis. Namun, di sisi lain, penggunaan istilah NPD secara bebas membuat banyak orang dengan mudah melabeli orang terdekat—bahkan diri sendiri—sebagai penderita NPD. Ironisnya, pelabelan ini sering kali dilakukan oleh individu yang bukan tenaga profesional kesehatan mental dan hanya mengandalkan informasi yang didapatkan dari internet. Pelabelan yang dilakukan oleh masyarakat awam tidak hanya menyesatkan, namun juga berpotensi memperburuk stigma terhadap individu yang mengalami gangguan ini.

Gangguan Kepribadian Narcissistic Personality Disorder

Gangguan kepribadian merupakan pola perilaku yang menyimpang, tidak fleksibel, bertahan lama, dan stabil sepanjang waktu—yang menyebabkan penderitaan atau gangguan klinis yang signifikan, serta memengaruhi fungsi individu dalam masyarakat. Ciri-ciri gangguan kepribadian biasanya mulai dapat dikenali pada masa remaja atau dewasa awal. Salah satu gangguan kepribadian yang termasuk dalam cluster B adalah gangguan NPD. Gangguan kepribadian cluster B mencakup pola perilaku yang dramatis, emosional, dan tidak terduga. Individu dengan gangguan NPD menunjukkan rasa mementingkan diri sendiri yang berlebihan, keasyikan untuk dikagumi, dan kurangnya empati terhadap perasaan orang lain. Fakta mengejutkannya adalah bahwa prevalensi individu yang mengalami NPD tercatat <1%, menjadikannya salah satu gangguan kepribadian yang paling jarang ditemukan dibandingkan gangguan kepribadian lainnya (Hooley et al., 2021).

Gejala Naricissistic Personality Disorder

Berikut ini adalah beberapa gejala individu dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD) (APA, 2022; Hooley et al., 2021). Perlu diingat bahwa aware terhadap gejala itu perlu, namun tidak dengan melabel diri pun orang lain mengalami gangguan psikologis tanpa diagnosa yang tepat dari profesional kesehatan mental.

1.       Memiliki rasa grandiositas yang berlebihan

Individu dengan NPD merasa bahwa dirinya lebih penting, lebih hebat, istimewa, dan/atau berbakat dibandingkan dengan orang lain. Ia juga seringkali melebih-lebihkan kemampuan, pencapaian, pun bakat yang dimiliki tanpa adanya pencapaian yang setara.

2.       Terobsesi dengan fantasi terkait keberhasilan, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan, atau hubungan yang sempurna

Individu dengan NPD seringkali membayangkan memiliki kontrol atau pengaruh yang luar biasa atas orang lain, organisasi, atau bahkan negara. Ia juga seringkali merasa lebih cerdas, lebih berbakat, dan memiliki hubungan percintaan atau pertemanan yang sempurna.

3.       Percaya bahwa mereka “spesial” dan unik serta seharusnya bergaul dengan orang-orang yang juga spesial.

Individu dengan NPD memiliki keyakinan bahwa mereka memiliki kualitas luar biasa yang membuat mereka lebih unggul dibandingkan orang lain. Ia juga merasa bahwa ia seharusnya berhubungan dengan orang-orang yang istimewa dan memiliki status yang tinggi

4.       Membutuhkan perhatian, validasi, dan pengakuan yang berlebihan.

Individu dengan NPD ingin selalu menjadi pusat perhatian dan terus menerus meminta validasi, pujian, maupun pengakuan dari orang lain.

5.       Memiliki rasa “hak istimewa”

Individu dengan NPD memiliki keyakinan bahwa ia harus diperlakukan secara istimewa. Ia juga mengharapkan diberikan apapun yang ia inginkan dan/atau butuhkan tidak peduli apa artinya hal itu bagi orang lain.

6.       Mengeksploitasi hubungan interpersonal

Individu dengan NPD seringkali menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi mereka tanpa mempertimbangkan kebutuhan, perasaan, atau hak orang tersebut.

7.       Kurangnya empati

Individu dengan NPD tidak peduli dengan kesulitan pun kebutuhan orang lain. Ia akan melakukan apapun demi kepentingannya sendiri walaupun harus mengabaikan kepentingan orang lain

8.       Sering merasa iri pada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri pada mereka

Individu dengan NPD merasa bahwa pencapaian mereka seharusnya diakui lebih besar daripada orang lain dan bahwa orang lain merasa terancam oleh kesuksesan mereka. Ia juga seringkali merasa kesal dengan kesuksesan yang didapakan oleh orang lain,

9.       Menunjukkan perilaku atau sikap arogan dan sombong.

Individu dengan NPD seringkali merasa superior atau lebih penting daripada orang lain. Ia juga tidak segan merendahkan orang lain untuk merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.

Siapa yang Boleh Mendiagnosa?

Diagnosis NPD hanya dapat ditegakkan setelah melalui asesmen komprehensif yang dilakukan oleh psikolog dan/atau psikiater—yang mencakup wawancara klinis, observasi, serta tes psikologis. Bagi para profesional sekalipun, untuk mendiagnosa individu dengan NPD juga bukan hal yang mudah. Terkadang, Psikolog pun Psikiater memerlukan beberapa kali sesi asesmen untuk menentukan diagnosa secara akurat karena gejala NPD seringkali overlapping dengan gejala gangguan psikologis lainnya. Selain itu, angka dropout rate atau presentase klien NPD yang menghentikan terapi sebelum proses terapi selesai tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan adanya tantangan dalam membanguan therapeutic alliance pun adanya resistensi terhadap intropeksi diri.

Simpulan

Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala yang mungkin mengarah pada gangguan NPD, menyadari bahwa diri atau orang lain sedang tidak baik-baik saja adalah langkah penting. Namun, perlu untuk diingat bahwa memberikan diagnosa bukanlah tugas kita, apalagi jika kita bukan profesional kesehatan mental. Oleh karena itu, mari bersama-sama lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakan istilah NPD atau gangguan psikologis lainnya, agar tidak menimbulkan dampak negatif, baik bagi individu yang mengalaminya maupun orang-orang di sekitarnya.

Referensi 

American Psychiatric Association. (2022). Diagnostic and statistical manual of mental disorder, Fifth Edition, Text Revision (DSM 5-TRTM). American Psychiatric Association Publishing

Hooley, J. M., Knock, M. K., Butcher, J. N. (2021). Abnormal psychology, Eighteenth Edition. Pearson Education Limited 2021