ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 38 Juli 2025
Penyebab dan Dampak Brainrot pada Kognitif serta Kesehatan Mental Generasi Z
Oleh
Widya Ayu Puspita Ningrum, Anisa Tri Yanuaty, dan Naila Winandan
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana
Pendahuluan
Perkembangan teknologi digital mempengaruhi cara Generasi Z mengakses informasi. Sebagai generasi yang dibesarkan di era internet dan media sosial, mereka mendapatkan akses yang luas terhadap teknologi tetapi juga rentan terhadap dampak negatifnya (Twenge, 2017). Salah satu fenomena yang muncul adalah brainrot, yaitu penurunan kognitif akibat konsumsi konten dangkal yang berlebihan seperti video pendek, meme, dan tren media sosial (Firth et al., 2019). Kebiasaan ini bisa menyebabkan hyper fixation, di mana individu sangat terfokus pada satu hal secara berlebihan hingga mengabaikan kegiatan lain yang lebih produktif (Cekic et al., 2024). Jika situasi ini dibiarkan, hal itu dapat mengganggu keseimbangan hidup, mengurangi produktivitas, dan berdampak pada kesehatan mental (Mendez et al., 2024). Selain itu, paparan konten instan yang terus-menerus dapat merugikan kemampuan berpikir kritis, daya ingat, dan perhatian terhadap informasi yang kompleks (Mark et al., 2017). Menurut Greenfield (2009), otak manusia dirancang agar aktif dalam memecahkan masalah, tetapi konsumsi konten instan membuatnya bekerja secara pasif, sehingga menghalangi neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk belajar dan beradaptasi (Sweller, 1988). Artikel ini akan menganalisis bagaimana brainrot mempengaruhi fungsi kognitif, perhatian, serta kesehatan mental pada Generasi Z.
Penyebab Brainrot
Fenomena brainrot muncul akibat beberapa faktor utama. Salah satunya yaitu paparan berlebihan terhadap konten yang dangkal menjadikan otak terbiasa dengan informasi yang sederhana, sehingga kemampuan untuk memproses informasi yang kompleks menurun (Carr, 2010). Di samping itu, konsumsi konten yang instan memicu pelepasan dopamin dalam jumlah besar, sehingga menciptakan pola kecanduan yang mendorong individu untuk terus mencari stimulasi baru dan mengalami kesulitan untuk fokus pada tugas yang lebih berat (Lembke, 2021). Penurunan kualitas literasi pun menjadi konsekuensi yang nyata dari brainrot. Semakin lama waktu yang dihabiskan di platform media sosial, maka semakin sedikit waktu yang tersisa untuk membaca buku atau mendalami informasi yang lebih berarti (McNamee et al., 2021). Generasi Z juga mengalami hyper fixation terhadap tren media sosial, di mana mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengikuti tren yang sedang viral, sehingga keseimbangan hidup terganggu dan tingkat produktivitas menurun (Cekic et al., 2024).
Dampak Brainrot terhadap Kognitif Generasi Z
Penurunan atensi dan konsentrasi menjadi dampak utama dari konsumsi konten remeh yang berpindah-pindah dengan cepat. Kebiasaan ini menyebabkan kapasitas perhatian menurun dan menghalangi pemahaman informasi yang lebih rumit (Firth et al. , 2019). Mark et al. (2017) juga menemukan bahwa multitasking digital yang sering dilakukan Generasi Z berkontribusi pada penurunan efisiensi kognitif dan meningkatkan keletihan mental. Selain itu, kemampuan ingat juga melemah karena informasi instan yang cepat dikonsumsi sulit untuk tersimpan dalam memori jangka panjang. Sweller (1988) menyatakan bahwa beban kognitif yang tinggi akibat informasi dangkal dapat menghalangi proses pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis juga mengalami penurunan. Generasi Z yang terbiasa dengan konten instan menjadi kurang terlatih dalam menganalisis informasi secara mendalam. Twenge et al. (2018) menemukan bahwa konsumsi konten dangkal dapat menghalangi kemampuan seseorang untuk mengevaluasi informasi secara objektif dan rasional.
Dampak Brainrot terhadap Kesehatan Mental
Selain mempengaruhi kognisi, brainrot juga berpengaruh pada kesehatan mental Generasi Z. Salah satunya adalah perilaku impulsif, di mana konsumsi konten singkat yang memberikan rangsangan cepat membuat individu terbiasa dengan keputusan seketika tanpa mempertimbangkan konsekuensi selanjutnya (Alter, 2017). Kecemasan sosial dan kebiasaan membandingkan diri juga meningkat. Generasi Z yang terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial cenderung membandingkan kehidupan mereka dengan orang lain, sehingga mengurangi rasa percaya diri dan meningkatkan kecemasan dalam interaksi sosial (Twenge et al., 2018). Brainrot juga memicu hyper fixation, yaitu ketertarikan terhadap suatu topik atau tren dalam periode waktu tertentu. Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini dapat mengganggu keseimbangan emosional dan menghambat interaksi sosial di dunia nyata (Mendez et al., 2024). Selain itu, konsumsi media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan emotional numbness, di mana seseorang terus-menerus mencari rangsangan tetapi tetap merasa tidak puas (Lembke, 2021). Hal ini dapat membuat seseorang merasa kosong, kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas produktif, dan dalam jangka panjang berisiko mengalami depresi (Yousef et al., 2025).
Jika terjadi beban kognitif yang berlebihan secara terus-menerus, mulai berkurangnya fokus dan kejernihan mental, maka akan mengganggu fungsi otak sehingga mengakibatkan kelelahan mental dan penurunan kognitif (Yousef et al. 2025).
Paparan media sosial dalam jangka panjang terhadap konten digital yang cepat, dapat mengganggu kapasitas otak dalam mengelola emosi dan pemrosesan informasi secara efisien (Mendez et al. 2024). Efek tersebut sangat penting pada remaja generasi Z saat ini, karena keterampilan regulasi kognitif dan emosionalnya masih dalam tahap perkembangan sehingga dapat berdampak besar pada kesehatan mentalnya jika terus dibiarkan (Emadi et al. 2023). Brainrot dapat pula meningkatkan perilaku impulsif, penurunan konsentrasi dan masalah dalam pengambilan keputusan (Cekic et al. 2024).
PenutupDaftar Pustaka
Alter, A. (2017). Irresistible: The rise of addictive technology and the business of keeping us hooked. Penguin Press.
Carr, N. (2010). The shallows: What the internet is doing to our brains. W.W. Norton & Company.
Cekic, S.; Bediou, B.; Achab, S.; Rich, M.; Green, C.S.; Bavelier, D. (2024). Going beyond video game consumption when considering Internet Gaming Disorder. Compr. Psychiatry 2024, 133, 152500.
Dunckley, V. L. (2015). Reset your child’s brain: A four-week plan to end meltdowns, raise grades, and boost social skills by reversing the effects of electronic screen-time. New World Library.
Firth, J., Torous, J., Stubbs, B., Firth, J. A., Steiner, G. Z., Smith, L., & Sarris, J. (2019). The “online brain”: How the internet may be changing our cognition. World Psychiatry, 18(2), 119-129. https://doi.org/10.1002/wps.20617
Lembke, A. (2021). Dopamine nation: Finding balance in the age of indulgence. Dutton.
Mark, G., Iqbal, S. T., Czerwinski, M., & Johns, P. (2017). Bored Mondays and focused afternoons: The rhythm of attention and online activity in the workplace. CHI Conference on Human Factors in Computing Systems. https://doi.org/10.1145/3025453.3025603
McNamee, L. G., Peterson, B. L., & Peña, J. (2021). The digital self: Identity and embodiment in online culture. Journal of Media Psychology, 33(4), 213-225. https://doi.org/10.1027/1864-1105/a000291
Mendez, M.L.; Padrón, I.; Fumero, A.; Marrero, R.J. Effects of internet and smartphone addiction on cognitive control in adolescents and young adults: A systematic review of fMRI studies. Neurosci. Biobehav. Rev. 2024, 159, 105572.
Minka. (2024, 27 Desember). Refleksi akhir tahun: Brain rot dengan segala aspeknya yang berkelindan. Indonesia Heritage Foundation.
Sweller, J. (1988). Cognitive load during problem solving: Effects on learning. Cognitive Science, 12(2), 257-285. https://doi.org/10.1207/s15516709cog1202_4
Twenge, J. M. (2017). iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy–and Completely Unprepared for Adulthood. Atria Books.
Twenge, J. M., Campbell, W. K., & Carter, N. T. (2018). "The impact of social media on mental health: A review of current research." Psychological Science in the Public Interest, 19(3), 1-19.
Yousef, A. M. F., Alshamy, A., Tlili, A., & Metwally, A. H. S. (2025). Demystifying the New Dilemma of Brain Rot in the Digital Era: A Review. Brain Sciences, 15(3), 283. https://doi.org/10.3390/brainsci15030283
