ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 38 Juli 2025
Menghadapi Kegagalan SNBT dengan Bijaksana: Perspektif Psikologis Klasik
Oleh:
Penny Handayani
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
“If at first you don’t succeed, dust yourself off and try again.”
Aaliyah, Try Again (2000)
Lirik lagu lawas ini terkesan sederhana namun sarat makna. Saat gagal di percobaan pertama, bangkitlah dan coba lagi. Pesan ini sangat relevan bagi para pelajar yang menghadapi kenyataan pahit setelah pengumuman hasil Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025. Setiap tahun, ribuan pelajar Indonesia mengikuti SNBT dengan harapan besar untuk diterima di perguruan tinggi negeri favorit. Namun, realitas menunjukkan bahwa tidak semua berhasil, dan kegagalan ini bisa menjadi pukulan emosional yang berat, terutama bagi remaja yang sedang berada dalam tahap perkembangan identitas diri. Meski menyakitkan, seperti yang dikatakan Aaliyah (2000), kegagalan bukanlah akhir. Ia adalah undangan untuk menguatkan diri, mengevaluasi langkah, dan mencoba lagi dengan strategi yang lebih bijak. Dengan pendekatan psikologis yang tepat, kegagalan dapat menjadi batu loncatan menuju pertumbuhan pribadi yang lebih matang dan tangguh.
Para Pejuang Tangguh
Jika dianalogikan dengan semua lajang pertarungan akademis akhir, maka SNBT adalah the ultimate battle filed, yang menyaring putra-putri terbaik bangsa untuk dapat melanjutkan pendidikan tinggi di PTN terbaik di Indonesia. SNPMB 2025 diikuti oleh 145 PTN, yang terdiri atas 75 Perguruan Tinggi Negeri (PTN), 26 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) sebagai PTN Akademik, dan 44 Politeknik Negeri sebagai PTN Vokasi. Total peserta pendaftar SNBT 2025 mencapai 860.976 orang, diantaranya 364 peserta difabel. Peserta ini berasal dari lulusan tahun 2023 (25.000 peserta); lulusan tahun 2024 (130.450 peserta); dan lulusan tahun 2025 (705.526 peserta). Para peserta ini bersaing memperebutkan 284.380 kursi daya tampung di seluruh PTN. Dari seluruh peserta tersebut, sebanyak 253.421 orang dinyatakan lulus Seleksi Jalur SNBT 2025, yang menunjukkan tingkat keketatan penerimaan sebesar 29,43%. Menariknya, sebanyak 77 peserta difabel juga berhasil lulus seleksi (https://itb.ac.id/berita/hasil-snbt-2025-resmi-diumumkan-17250-peserta-utbk-di-itb-menanti-kelulusan/62398?utm_source=chatgpt.com).
Kegagalan dan Reaksi Psikologis Remaja
Dibalik wajah bahagia peserta yang diterima, terdapat juga wajah sedih para pejuang yang tidak berhasil dalam laga tersebut. Para peserta lulusan SMA/SMK/MA tahun 2023, 2024 dan 2025 tersebut sedang dalam tahapan tumbuh kembang remaja (Erikson, 1968). Menurut Erik Erikson (1968), masa remaja adalah fase penting dalam pembentukan identitas. Salah satu unsur pembentuk identitas diri ini adalah pencapaian hidup yang didapatkan dan dihasilkan oleh para remaja peserta SNBT ini. Maka gagal dalam SNBT dapat memicu krisis identitas dan menurunkan harga diri. Banyak remaja merasa tidak berharga atau kecewa pada diri sendiri, bahkan tidak jarang muncul perasaan malu terhadap lingkungan sosial. Ini merupakan respons yang normal. Ibarat bola bekel yang dibanting ke lantai, bagaimana cara menanggapi kegagalan tersebut menentukan apakah kita akan tumbuh atau justru terperangkap dalam rasa putus asa.
Pada sisi lain, teori Maslow (1943) yang menjelaskan mengenai hierarki kebutuhan manusia, mulai dari kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri. Berdasarkan teori tersebut, ketika remaja mengalami pengalaman gagal SNBT maka kebutuhan pada tingkat harga diri (esteem needs), yang mencakup pencapaian, penghargaan diri, dan pengakuan sosial akan terancam. Disinilah dukungan sosial dan pemahaman diri yang diberikan pasca kegagalan, membuat pemulihan kebutuhan harga diri dapat dilakukan. Hal ini tentu akan membantu para remaja menuju aktualisasi diri yang lebih baik.
Ketangguhan Diri (Resilience)
Salah satu konsep penting dalam menghadapi kegagalan adalah resiliensi, yang dapat diartikan dengan kemampuan individu untuk bangkit kembali dari tekanan atau kesulitan (Masten, 2001). Remaja yang resilien tidak membiarkan kegagalan mendefinisikan siapa diri mereka. Mereka mengembangkan pemikiran bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Proses ini tentu tidak mudah, karena salah satu aspek dari ketangguhan adalah menerima kegagalan dan menemukan makna dari peristiwa tersebut. Kemampuan menerima dan menarik makna ini menjadi hal yang menantang bagi remaja yang belum memiliki kestabilan emosil yang mendalam karena usia dan pengalaman hidupnya. Dalam hal ini, dukungan sosial dari keluarga, guru, dan teman sebaya menjadi hal yang penting untuk diberikan guna membangun ketangguhan diri.
Growth Mindset: Melihat Kegagalan Sebagai Peluang
Selain ketangguhan diri, kemampuan untuk bertumbuh dari kegagalan juga dibutuhkan untuk dapat melenting ke posisi semula seperti bola bekel. Salah satu tokoh Psikologis yang terkenal dengan pola piker ini adalah Carol Dweck (2006). Salam teorinya tentang mindset menjelaskan bahwa individu dengan growth mindset percaya bahwa kemampuan dapat dikembangkan melalui usaha dan belajar dari kesalahan. Remaja dengan growth mindset akan melihat kegagalan SNBT bukan sebagai akhir, tetapi sebagai informasi penting tentang hal-hal yang perlu diperbaiki. Hal ini penting dilakukan terutama jika mereka ingin Kembali bertarung di SNBT 2026. Kesalahan yang dilakukan pada tahun 2025 perlu di koreksi guna hasil ujian yang lebih baik. Apakah cara belajar yang perlu di perbaiki, strategi pemilihan jurusan yang perlu lebih realistic, atau cara menjawab soal yang perlu lebih strategik, Sebaliknya, mereka dengan fixed mindset cenderung menyerah dan merasa bahwa kegagalan menunjukkan mereka tidak cukup pintar. Para peserta gagal ini cenderung untuk melihat kegagalan sebagai harga mati, bukan sebagai sesuatu yang dapat diperbaiki pada percobaan SNBT 2026 nanti.
Strategi Menghadapi Kegagalan dengan Bijak
Dengan banyaknya faktor yang menyebabkan kegagalan para peserta SNBT 2025 ini, maka berikut adalah hal yang dapat dilakukan:
1. Menerima dan memvalidasi emosi yang muncul
Walau bukan teori khusus tentang kegagalan, teori emosi Schachter-Singer membantu menjelaskan respons emosional terhadap kegagalan. Schachter dan Singer (1962) menekankan bahwa emosi adalah hasil interpretasi kognitif terhadap rangsangan fisiologis dan situasional. Maka, interpretasi kita terhadap kegagalan akan membentuk jenis emosi yang muncul; apakah merasa malu, kecewa, atau justru termotivasi. Oleh karenanya. tidak apa-apa bagi para peserta gagal SNBT jika merasa sedih atau kecewa sebagai emosi negatif ketika mengalami kegagalan. Emosi negatif adalah bagian dari pengalaman manusia yang valid. Dengan menerima kegagalan dan emosi yang menyertainya, maka para peserta bisa dapat berpikir lebih jernih.
2. Mencari makna di balik kegagalan yang dialami
Salah satu tokoh Psikologis yang menghasilkan teori yang menjelaskan mekanisme manusia ketika mengalami kegagalan dan penderitaan adalah Viktor Frankl. Frank (1963) menekankan pentingnya mencari makna dalam penderitaan dan kegagalan yang dialami guna dapat membuat situasi menjadi lebih baik. Bagi peserta yang gagal SNBT, kegagalan ini dapat menjadi momen refleksi tentang tujuan hidup yang lebih luas, mungkin membuka peluang ke jalur pendidikan lain atau karier alternatif yang lebih realistic dengan keadaan dan kemampuan.
3. Membuat rencana alternatif yang realistis untuk dijalani
Setelah memberi waktu untuk merasakan emosi negative yang muncul dan merenung mencoba menjadi makna dari kegagalan yang terjadi, penting yang perlu dilakukan kemudian adalah bangkit dan menyusun rencana baru. Jadilah seperti bola bekel yang dibanting kelantai, namun kembali melenting ke atas dengan tenaga yang tidak kalah kuat. Rencana alternatif yang dapat dilakukan adalah mencoba seleksi mandiri, sekolah swasta, atau bahkan gap year untuk memperkuat kompetensi diri.
4. Berbicara dengan orang yang dipercaya
Salah satu hal penting yang juga perlu dilakukan adalah berbicara dan diskusi dengan orang lain. Konseling dengan psikolog untuk mengurai kekeruhan pikiran, menghadap guru BK untuk menemukenali kembali potensi diri yang tidak disadari sebelumnya, atau berbicara dengan orang tua dapat membantu memperjelas pikiran dan mendapatkan perspektif baru.
5. Belajar dari mereka yang berhasil pada SNBT keduanya.
Teori social leaning (Bandura, 1977) menekankan bahwa individu belajar melalui observasi terhadap perilaku orang lain dan konsekuensinya. Jika remaja melihat teman yang gagal tapi tetap bangkit dan sukses, mereka lebih mungkin meniru cara pandang yang sehat terhadap kegagalan. Cerita inspiratif dan role model yang relevan penting dalam membentuk sikap adaptif terhadap kegagalan. Oleh karenanya jika dapat menemukan peserta SNBT yang gagal tahun 2024 namun berhasil pada SNBT 2025, maka tokoh kunci ini juga menjadi mentor yang berharga untuk diajak diskusi lebih lanjut. Trick and trick yang ia lakukan selama gap year adalah informasi yang dapat anda jadikan rujukan untuk persiapan SNBT 2026 nanti.
Kegagalan dalam SNBT memang menyakitkan, tetapi bukan akhir dari jalan kehidupan. Dengan pendekatan psikologis yang sehat, mulai dari membangun resiliensi, menerapkan growth mindset, hingga mencari makna dalam pengalaman buruk, maka para remaja peserta SNBT 2025 dapat belajar dan tumbuh dari kegagalan tersebut. Seperti kata pepatah, “Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda,” asal kita tidak berhenti melangkah. Mungkin rejeki anda ada di SNBT 2026, tentu dengan persiapan lebih matang dan kerja keras lebih kuat. Ingatlah lirik “If at first you don’t succeed, dust yourself off and try again (Aaliyah, 2000)“
Referensi
Bandura, A. (1977). Social learning theory. Prentice Hall.
Dweck, C. S. (2006). Mindset: The new psychology of success. Random House.
Erikson, E. H. (1968). Identity: Youth and crisis. Norton.
Frankl, V. E. (1963). Man's search for meaning: An introduction to logotherapy. Beacon Press.
Maslow, A. H. (1943). A theory of human motivation. Psychological Review. https://doi.org/10.1037/h0054346
Masten, A. S. (2001). Ordinary magic: Resilience processes in development. American Psychologist. https://doi.org/10.1037/0003-066X.56.3.227
Purnama, Diky. (2025). Hasil SNBT 2025 Resmi Diumumkan, 17.250 Peserta UTBK di ITB Menanti Kelulusan. https://itb.ac.id/berita/hasil-snbt-2025-resmi-diumumkan-17250-peserta-utbk-di-itb-menanti-kelulusan/62398?utm_source=chatgpt.com
Schachter, S., & Singer, J. E. (1962). Cognitive, social, and physiological determinants of emotional state. Psychological Review, 69(5), 379–399. https://doi.org/10.1037/h0046234
Timbaland, & Static Major. (2000). Try again [Recorded by Aaliyah]. On Romeo must die: The album [CD]. Blackground Records.
