ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 05 Maret 2023

 

Apakah Psikolog Dapat Digantikan Oleh Artificial Intelligence?

 

Oleh:

Rocky

Fakultas Psikolog, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

 

Pada bulan februari lalu industri voice over atau biasa disebut pengisi suara dihebohkan dengan pemberitaan terkait artificial intelligence (AI). Aktor pengisi suara diminta untuk menandatangani kontrak, dimana mereka wajib memberikan ijin penggunaan suara mereka untuk Pengembangan AI (Cox, 2023). Dengan kata lain saat pengembangan AI tersebut selesai, suara mereka dapat digunakan dengan bebas oleh pemilik AI tersebut. Hal ini memunculkan perdebatan di kalangan aktor pengisi suara, dimana akan ada hari mereka tidak akan direkrut lagi untuk mengisi suara. Mereka tidak akan direkrut lagi karena kemampuan mereka dapat digantikan oleh mesin secara legal. 

 

Pekerjaan yang digantikan oleh mesin sebetulnya bukanlah hal baru. Pada salah satu media masa dikatakan bahwa pekerjaan seperti pekerja pabrik manufaktur, supir, operator telepon, kasir, dan teller bank sudah mulai digantikan oleh mesin (Arbar, 2022). Mungkin bagi sebagian orang, pekerjaan-pekerjaan tadi tidaklah mengherankan jika digantikan oleh mesin. Tidak mengherankan karena pekerjaan tersebut terkesan sederhana, mudah, bersifat rutin, atau seolah-olah tidak melibatkan proses analisis atau kognitif yang kompleks, sehingga dapat digantikan mesin. Beberapa orang cenderung berpikir bahwa mesin tidak akan lebih cerdas dari manusia, sehingga mesin dipersepsikan hanya bisa mengerjakan pekerjaan yang sederhana.

 

Lalu bagaimana dengan profesi psikologi? Psikolog yang mengerjakan pekerjaan kompleks mungkin tidak bisa digantikan AI. Jika dilihat di media masa di Indonesia, profesi ini dilihat sebagai profesi yang tidak dapat digantikan oleh AI (Caesaria, 2022; Kamaliah, 2023). Pada kedua media tersebut dijelaskan bahwa komunikasi yang komplek pada saat melakukan pelayanan kesehatan mental akan terlalu sulit untuk AI. Lebih lanjut media mengatakan bahwa karena AI tidak pernah menjadi manusia, maka AI tidak akan pernah mengerti manusia.

 

Ketika penulis mencoba mencari jawaban atas pertanyaan ini menggunakan kata kunci berbahasa inggris, jawaban yang bertolak belakang muncul. Salah satu media online psikologi psychology today mengatakan bahwa AI dapat menggantikan peran psikolog (Anbar, 2022). AI saat ini sudah cukup cerdas untuk merespon berbagai pernyataan klien dan memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dapat dimiliki psikolog biasa. AI dapat memberikan respon netral, dan mencoba menjawab klien berdasarkan data-data spesifik seperti rekam tekanan darah, suhu, atau bahkan perubahan mimik wajah menggunakan face recognition.

 

AI memang sudah mampu melakukan pekerjaan yang bersifat kompleks. Jika dilihat dari pekerjaan utama seorang psikolog, maka pekerjaan seperti asesmen, diagnosis, intervensi, dan evaluasi. Asesmen yang saat ini sudah dilakukan menggunakan alat tes misalnya, sudah dapat digantikan oleh AI (Innes & Morrison, 2021). Perkembangan chatbot sendiri sudah mencapai tahap dimana chatbot dapat melakukan pengukuran kepribadian berbasis big five personality dan terbukti valid dan reliabel (Fan et al., 2023). Maka tidak mengherankan jika dalam beberapa tahun kedepan akan muncul AI yang dapat melakukan tugas psikolog secara penuh.

 

Lewat perkembangan AI yang pesat profesi psikologi perlu menyikapi hal ini dengan matang. Isu bahwa apakah laporan psikologis boleh digunakan untuk pengembangan AI mungkin perlu dibahas (Therapists Are Using AI To Become Better At Their Job, 2022). Penulis sendiri berpendapat bahwa daripada resisten akan perubahan teknologi, profesi psikologi perlu terus mengembangkan diri untuk terus relevan dengan perkembangan AI ini. Psikolog dapat memanfaatkan AI untuk memberikan pelayanan psikologis, artinya berkolaborasi dengan AI untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal. Mengingat tujuan profesi ini adalah untuk mensejahterakan manusia, maka psikolog mungkin perlu menerima teknologi agar layanan psikologi lebih mudah diakses dan terjangkau.

 

Referensi:

 

Anbar, R. D. (2022). Could Artificial Intelligence Replace Therapists? https://www.psychologytoday.com/us/blog/understanding-hypnosis/202207/could-artificial-intelligence-replace-therapists

Arbar, T. F. (2022). Daftar Pekerjaan yang Bakal Digantikan Robot, Ada PNS? CNBC, 1.

Caesaria, S. D. (2022). 13 Pekerjaan yang Tidak Bisa Digantikan Robot atau Mesin. Kompas.Com. https://www.kompas.com/edu/read/2022/12/30/170122371/13-pekerjaan-yang-tidak-bisa-digantikan-robot-atau-mesin?page=all

Cox, J. (2023). ‘Disrespectful to the Craft:’ Actors Say They’re Being Asked to Sign Away Their Voice to AI. Vice, 1. https://www.vice.com/en/article/5d37za/voice-actors-sign-away-rights-to-artificial-intelligence

Fan, J., Sun, T., Liu, J., Zhao, T., Zhang, B., Chen, Z., Glorioso, M., Hack, E., Thank, W., Zhou, M., Yang, H., Chen, W., Speer, A., Hickman, L., Lievens, F., Campion, E., Chen, P., Walker, A., & Michel, J. (2023). How Well Can an AI Chatbot Infer Personality? Examining Psychometric Properties of Machine-inferred Personality Scores for assistance with machine-learning based model building. PsyArXiv, 1–68. https://doi.org/10.31234/osf.io/pk2b7

Innes, J. M., & Morrison, B. W. (2021). Machines can do most of a psychologist’s job. The industry must prepare for disruption. The Conversationconversation. https://theconversation.com/machines-can-do-most-of-a-psychologists-job-the-industry-must-prepare-for-disruption-154064

Kamaliah, A. (2023). 7 Pekerjaan yang Tidak Bisa Digantikan AI, Ada yang Kamu Geluti? Detik.Com. https://inet.detik.com/science/d-6537567/7-pekerjaan-yang-tidak-bisa-digantikan-ai-ada-yang-kamu-geluti-2

Therapists Are Using AI To Become Better At Their Job. (2022). https://www.weforum.org/videos/how-ai-is-changing-therapy