ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 44 Oktober 2025
Cintaku Bersemi di Meja Kerja: Mengulas Fenomena Asmara di Kantor
Oleh:
Brigita Wulandini Roring, Chrysan Gomargana, & Jessica Marvelyn Lee
Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan
“Love will find a way, even if it's between two desks and under fluorescent lights.” – Anonim
“From 9 to 5, all I see is you.”
Kalimat ini mungkin terdengar seperti gombalan manis, tapi sebenarnya mencerminkan fenomena nyata—terutama di kalangan pekerja muda yang menghabiskan sebagian besar waktunya di kantor. Survei Forbes pada tahun 2024 menunjukkan sekitar 50% rekan kerja pernah terlibat dalam interaksi bernuansa romantis, dan lebih dari 60% orang dewasa pernah menjalin hubungan asmara di tempat kerja, dengan 43% di antaranya berujung di pelaminan (Main, 2024). Minimnya waktu sosialisasi di luar kantor serta kedekatan emosional yang terbangun setiap hari menjadikan lingkungan kerja ladang subur bagi tumbuhnya romansa.
Meski begitu, romansa di tempat kerja sering menuai pro dan kontra. Banyak perusahaan melarang hubungan antar karyawan demi menjaga profesionalisme dan dinamika tim. Beberapa bahkan menerapkan kebijakan resmi untuk mencegah relasi asmara demi menghindari konflik kepentingan atau ketidaknyamanan di masa depan.
Dari Rapat ke Rasa: Mengapa Pacaran di Kantor Sering Terjadi?
Salah satu faktor utama terbentuknya kedekatan antar individu adalah adanya interdependensi atau saling ketergantungan (Myers & Twenge, 2013). Dalam konteks kerja, kolaborasi yang intens dan tanggung jawab bersama seringkali menumbuhkan rasa “Aku butuh kamu—kita harus menyelesaikan ini bersama,” yang pada akhirnya membentuk relasi yang lebih dekat secara emosional.
Lebih lanjut, menurut Myers & Twenge (2013), ketertarikan antar individu dapat tumbuh melalui beberapa faktor utama: kedekatan geografis (proximity), daya tarik fisik (physical attractiveness), kesamaan (similarity), dan perasaan disukai (feeling liked). Dalam lingkungan kantor, kedekatan geografis terwujud dalam bentuk kebersamaan yang konsisten—berada di ruang yang sama, menghadiri rapat bersama, atau mengerjakan proyek dalam satu tim. Frekuensi interaksi yang tinggi ini memperbesar peluang munculnya kenyamanan dan ketertarikan.
Jika hal tersebut ditambah dengan kesamaan minat, nilai profesional, atau bahkan isyarat bahwa salah satu pihak memiliki ketertarikan lebih, maka benih hubungan romantis dapat tumbuh dengan cepat. Dalam hal ini, lingkungan kerja yang padat interaksi bisa menjadi semacam “Pemicu alami” terbentuknya dinamika interpersonal yang lebih dari sekadar profesional.
Cinta dan Karier Satu Atap: Dampak Psikologis Berpacaran di Kantor
Menjalin asmara dengan rekan sekantor sering dianggap seperti bermain api—menggairahkan, tapi berisiko. Dalam beberapa kasus, hubungan semacam ini bisa mengganggu karier, bahkan berujung pada kehilangan pekerjaan (Wilson, 2015). Dampaknya tak hanya dirasakan individu, tapi juga bisa memengaruhi dinamika tim dan suasana kerja. Yang kerap terabaikan adalah beban psikologis dari hubungan semacam ini. Saat batas antara peran pribadi dan profesional mulai kabur, tekanan emosional pun muncul. Berikut beberapa dinamika psikologis yang umum terjadi:
● Penurunan produktivitas: Beberapa penelitian menemukan bahwa produktivitas di kantor dapat menurun ketika terdapat dua rekan kerja yang menjalin hubungan romantis. Hal ini disebabkan oleh menurunnya fokus kerja (Balaban, 2019; Chorry & Hoke, 2019);
● Konflik di tempat kerja: Pertengkaran dalam hubungan dapat terbawa ke ruang kerja. Drama pribadi akhirnya sulit dipisahkan dari interaksi profesional, apalagi jika harus bekerja dalam tim yang sama atau menghadiri rapat bersama dalam suasana emosional yang belum reda. Fenomena ini juga dikaitkan dengan spillover atau bercampurnya kehidupan pribadi dan profesional (Horan et al., 2019);
● Post-breakup awkwardness: Putus cinta adalah hal yang wajar, tetapi menjadi rumit jika tetap harus bertemu dan berinteraksi setiap hari. Kecanggungan pasca putus, terutama saat masih harus duduk bersebelahan atau kolaborasi, bisa menambah tekanan emosional (Wilson, 2015).
Cinta dan Karier Satu Atap: Bisa Harmonis Tanpa Menyulitkan
Menjalin hubungan romantis dengan rekan kerja dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan. Intensitas kebersamaan, rasa saling mendukung, dan kedekatan emosional yang terbentuk dari rutinitas sehari-hari dapat memperkuat ikatan dan perceived support dalam organisasi (Chory & Hoke, 2023). Menurut Cherry (2024), terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan romantis di tempat kerja:
· Pahami Kebijakan Perusahaan: Beberapa perusahaan mungkin memiliki aturan khusus atau bahkan melarang hubungan romantis di tempat kerja. Mengetahui dan mematuhi kebijakan ini dapat mencegah potensi masalah di kemudian hari.
· Pertimbangkan Risiko dan Konsekuensi: Hubungan di tempat kerja tak hanya memengaruhi dua pihak, tapi juga dinamika tim. Pertimbangkan dampaknya terhadap pekerjaan, suasana kerja, dan persepsi rekan terkait objektivitas dan profesionalisme.
· Jaga Profesionalisme di Tempat Kerja: Penting untuk menjaga batas antara kehidupan pribadi dan profesional, karena spillover antar keduanya sering memicu ketegangan (Horan et al., 2019). Hindari menunjukkan kemesraan di kantor dan pastikan hubungan tidak mengganggu kinerja atau lingkungan kerja. Jika batas mulai kabur, pertimbangkan opsi seperti mutasi atau rotasi demi menjaga profesionalisme dan performa kerja.
· Komunikasi Terbuka dan Jujur: Kedua pihak perlu sepakat soal arah hubungan dan cara menyikapinya di tempat kerja. Komunikasi terbuka mencegah salah paham dan memperkuat kepercayaan di tengah tuntutan profesional.
· Siapkan Diri untuk Kemungkinan Perubahan: Tak semua kisah cinta berakhir bahagia. Siapkan diri untuk berbagai skenario dan susun strategi untuk tetap menjaga hubungan kerja yang sehat meski perasaan pribadi berubah.
"Tiba-tiba cinta datang kepadaku"—begitu lirik dari Maudy Ayunda yang menggambarkan bagaimana cinta datang dengan cara yang tak terduga. Perasaan memang dapat datang tanpa kita rencanakan, bahkan di tempat yang tak terduga seperti di kantor. Namun, alih-alih membuat hati berbunga-bunga, romansa di kantor dapat membuat kepala berasap jika tidak dikelola dengan bijak. Meskipun cinta datang secara alami, jangan lupa, saat melangkah ke dunia profesional, logika dan perasaan sebaiknya berjalan seirama. Cinta boleh datang tiba-tiba, tetapi profesionalisme harus selalu menjadi pilihan yang terencana.
Referensi:
Balaban, R. (2019). Romance at work and the negative impact it has on the workplace environment. Journal of Public Administration, Finance and Law, 15, 127-134.
Cherry, K. (2024). The dos and don’ts of dating a coworker. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/the-dos-and-don-ts-of-dating-a-coworker-8597620
Chory, R. M., & Hoke, H. G. G. (2019). Young love at work: Perceived effects of workplace romance among millennial generation organizational members. The Journal of Psychology, 153(6), 575-598.
Chory, R. M., & Gillen Hoke, H. (2023). Coworkers’ perceptions of, and communication with, workplace romance participants: Proposing and testing a model. International Journal of Business Communication, 60(4), 1290-1312.
Horan, S. M., Cowan, R. L., & Carberry, E. G. (2019). Spillover effects: Communication involved with dissolved workplace romances. Communication Studies, 70(5), 564-581.
Main, K. (2024). Workplace romance statistics: Survey shows employees engage regularly in office relationships. Forbes. https://www.forbes.com/advisor/business/workplace-romance-statistics/
Myers, D. G., & Twenge, J. M. (2013). Social Psychology (13th ed.). McGraw-Hill.
Wilson, F. (2015). Romantic relationships at work: Why love can hurt. International Journal of Management Reviews, 17(1), 1–19. https://doi.org/10.1111/ijmr.12034
