ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 28 Februari 2025
Fenomena Konformitas Normatif Pada Generasi Z: Antara Tren Media Sosial dan Identitas Diri
Oleh:
Nazwa Hanum Anggraeni & Istiqomah
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
Di era di gital yang berkembang pesat saat ini memberikan kemudan dalam kehidupan manusia untuk mengakses informasi, dimana media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari – hari terutama bagi generasi Z yang lahir dalam dunia yang terhubung secara digital. Generasi ini memiliki nama lain seperti iGeneration karena sangat akrab dengan dunia digital (Hardey, 2007). Generasi Z, yang mencakup mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh bersama kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi, berbagi, dan mengakses informasi melalui platform digital. Sebagai generasi yang sangat akrab dengan teknologi dan internet, media sosial menjadi ruang utama bagi mereka untuk mengekspresikan diri, membentuk identitas, dan berinteraksi dengan sesama (Dimock, 2019). Di sini, mereka tidak hanya mengonsumsi konten, tetapi juga terlibat dalam pembentukan dan penyebaran norma-norma sosial yang berkembang di dunia maya.
Namun, di balik kebebasan ekspresi yang ditawarkan oleh media sosial, muncul fenomena konformitas normatif, di mana individu merasa tertekan untuk mengikuti norma-norma atau tren yang ada demi mendapatkan penerimaan sosial dari kelompok atau komunitas online mereka. Tekanan untuk tampil sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kelompok tertentu sering kali mengarah pada perilaku yang lebih terstandarisasi, mulai dari cara berpakaian hingga gaya hidup yang ditampilkan di media sosial (Zis, S. F, Effendi, N, & Roem, E. R, 2021). Hal ini menimbulkan dilema bagi generasi Z, yang sering kali terjebak antara keinginan untuk diterima dan kebutuhan untuk mempertahankan identitas pribadi mereka.
Fenomena konformitas normatif ini semakin intensif seiring dengan berkembangnya budaya viral yang mendorong individu untuk mengikuti tren terkini. Media sosial, sebagai platform yang menyediakan ruang bagi eksistensi sosial, sering kali memperkuat standar tertentu yang memengaruhi cara berpikir, bertindak, dan berinteraksi (Nadhirah, 2006). Konformitas normatif yang muncul di media sosial ini dapat memengaruhi perkembangan identitas diri generasi Z, karena mereka cenderung mengutamakan validasi sosial dari komunitas digital di atas keinginan atau preferensi pribadi mereka.Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana fenomena konformitas normatif ini memengaruhi perilaku dan identitas diri generasi Z. Penelitian ini berupaya untuk menggali lebih dalam mengenai pengaruh media sosial terhadap pembentukan norma sosial yang mengarah pada konformitas, serta dampaknya terhadap identitas pribadi generasi Z yang sedang dalam proses pencarian jati diri. Sebagai generasi yang sangat terhubung dengan dunia maya, generasi Z harus dapat menavigasi tekanan sosial yang timbul dari media sosial sambil tetap menjaga integritas dan keaslian diri mereka.
Apa itu Konformitas Normatif?
Konformitas normative merupakan bentuk penyesuaian diri yang didasari oleh keinginan untuk diterima dan menghindari dari penolakan sosial. Berbeda dengan konformitas informasional yang muncul karena ketidakpastian dan kebutuhan akan informasi, konformitas normative lebih didorong oleh kebutuhan untuk “fit in” dan disukai oleh kelompok. Timonty, Elliot (2021) mengungkapkan bahwa fenomena ini terjadi Ketika seseorang menyesuaikan perilaku atau keyakinan agar disukai dan terima oleh orang lain. Ini bukan karena mereka yakin bahwa kelompoknya benar, tetapi untuk menghindari ketidaksetujuan atau pengucilan sosial.
Bagaimana fenomena konformitas normatif mempengaruhi perilaku generasi Z dalam mengikuti tren yang ada di media sosial?
Fenomena konformitas normatif memengaruhi generasi Z dengan mendorong mereka mengikuti tren media sosial demi diterima dalam kelompok sosial. Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma yang dipopulerkan oleh komunitas online sering kali membuat mereka mengorbankan ekspresi diri dan identitas pribadi. Selain itu, generasi Z mungkin juga mengalami fenomena Fear of Missing Out (FoMO), yaitu rasa takut merasa "tertinggal" karena tidak mengikuti aktivitas tertentu yang sedang populer. Penelitian oleh Effendi dan Roem (2021)menunjukkan bahwa media sosial memperkuat tekanan konformitas melalui ekspektasi yang dibentuk oleh kelompok-kelompok online. Sementara itu, Nadhirah (2006) mencatat bahwa generasi muda cenderung kehilangan kemampuan untuk membedakan preferensi dan pendapat mereka sendiri karena tekanan untuk mematuhi norma yang dianggap "benar" oleh komunitas mereka.
Dampak Konformitas Normatif
Dalam buku Timonty (2021) Konformitas normatif memiliki dampak signifikan dalam kehidupan sosial, di mana individu menyesuaikan diri untuk diterima dan disukai oleh kelompok serta menghindari penolakan atau hukuman sosial. Hal ini sering menghasilkan kepatuhan publik, di mana seseorang bertindak sesuai dengan norma kelompok meskipun tidak sepenuhnya mempercayainya secara pribadi. Dampaknya dapat positif, seperti memotivasi perilaku yang sesuai dengan norma masyarakat untuk tujuan baik, tetapi juga dapat negatif jika individu mengikuti norma kelompok yang merugikan atau berbahaya. Di era media sosial, norma sosial menyebar lebih cepat, sehingga tren atau perilaku tertentu, seperti tantangan daring, menjadi viral dalam waktu singkat, memperkuat tekanan sosial terhadap konformitas.
Peran Kesadaran Diri
Menghadapi tekanan konformitas normatif di era digital membutuhkan kesadaran diri yang kuat. Baron dan Branscombe (2012) menekankan pentingnya mengembangkan identitas diri yang kokoh dan kemampuan berpikir kritis untuk menyeimbangkan kebutuhan akan penerimaan sosial dengan integritas personal. Beberapa strategi yang dapat diterapkan meliputi evaluasi motivasi di balik keputusan mengikuti tren, pemahaman bahwa metrik digital bukan ukuran sejati dari nilai diri, dan pengembangan perspektif yang lebih luas di luar ruang gema media sosial.
Referensi
Baron, R. A., & Branscombe, N. R. (2012). Social Psychology. Pearson.
Dimock, M. (2019, Januari 17). Defining generations: Where millennials end and post-millennials begin. Retrieved from https://www.Pewresearch.Org/Short-Reads/2019/01/17/Where-Millennials-End-and-Generation-z-Begins/.
Hardey, M. (2007). Going live: Converging mobile technology and the sociability of the igeneration. M/C Journal, 10(1).
Nadhirah, Y. F. (2006). Hubungan Antara Self-Efficacy, Konsep diri, dan Konformitas Terhadap Kelompok Sebaya Dengan Perilaku Menyontek. Penelitian Pada Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN “SMH” Banten. Universitas Indonesia.
Timonty, D. W., Elliot, A., & Samuel, R. S. (2021). Social Psychology - Tenth Edition . Malaysia: Pearson.
Zis, S. F, Effendi, N, & Roem, E. R. (2021). Perubahan Perilaku Komunikasi Generasi Milenial dan Generasi Z di Era Digital. Jurnal Satwika, 19.
