ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 28 Februari 2025
Autisi: Istilah Baru Untuk Penyandang Autisme
Oleh:
Arneliza
Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia UPI YAI-Jakarta
Autisme merupakan gangguan perkembangan yang terjadi pada anak dengan ciri-ciri minim kontak mata, tidak ada senyum sosial dan umumnya tidak bisa berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang signifikan yang muncul pada anak-anak, mengakibatkan kesulitan dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan mereka. Gangguan ini biasanya mulai terlihat dalam tiga tahun pertama kehidupan dan dapat berlangsung seumur hidup jika tidak mendapatkan intervensi yang tepat.(Sutadi et al., 2024). Menurut beberapa peneliti lainnya Autisme merupakan gangguan perkembangan neurologis yang dicirikan oleh kesulitan dalam berkomunikasi, keterbatasan minat, serta perilaku repetitive (License et al., 2023; Sivayokan et al., 2023; Williams et al., 2021).
Angka kejadian autisme
Angka kejadian autisme terus meningkat. Berdasarkan laporan terbaru dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2020, 1 dari setiap 36 anak di Amerika Serikat didiagnosis dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) (Maenner et al., 2023). Angka ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan data tahun 2000, yang menunjukkan rasio 1 dari 150 anak (https://www.cdc.gov/autism/data-research/index.html). Di Indonesia, belum tersedia data yang akurat mengenai autisme. Menurut Rudy Sutadi, dengan populasi mencapai 237,5 juta dan laju pertumbuhan 1,14% (BPS, 2010), diperkirakan ada sekitar 2,4 juta individu dengan autisme, serta penambahan 500 kasus baru setiap tahunnya (KPPA-RI, 2018).
Penyandang Autisme
Pada tahun 1997 Rudy Sutadi, seorang dokter spesialis anak yang fokus mendalami bidang autisme di Indonesia, mempopulerkan istilah "penyandang autisme", untuk menggantikan istilah “penderita autisme” (Sutadi, 2000). Di masa itu, pengetahuan tentang autisme di Indonesia masih sangat terbatas. Banyak keluarga yang merasa bingung dan terisolasi ketika anak mereka didiagnosis dengan autisme. Dengan memperkenalkan istilah "penyandang autisme," dia membuka dialog tentang pentingnya dukungan dan penerimaan. Ia ingin mendorong masyarakat untuk melihat penyandang autisme sebagai bagian integral dari komunitas, dengan kemampuan dan potensi yang layak dihargai. Menjawab pertanyaan orangtua penyandang autisme waktu itu, dia menjelaskan bahwa saat ini anak-anak ibu dan bapak menyandang autisme. Dengan terapi dini, intensive dan optimal kemudian gejala-gejala autisme sudah tidak ada lagi pada anak ibu dan Bapak, maka autisme yang tadinya disandangkan pada mereka bisa dilepas. Pada kondisi ini beberapa peneliti mengatakan bahwa mereka mengalami recovery (Granpeesheh, 2009; Lovaas, 1987a) .
Autisi
Selanjutnya pada tahun 2017 Rudy Sutadi kembali mempopulerkan istilah baru untuk penyandang autisme yaitu: AUTISI (Sutadi et al., 2018). Istilah ini seperti juga pada penderita diabetes disebut diabetisi (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2011). Istilah ini menjadi penting untuk menggambarkan individu yang berada dalam spektrum autisme, memberikan pengakuan dan pemahaman terhadap kondisi yang sering kali kurang diperhatikan di masyarakat. Melalui istilah ini, Rudy Sutadi berusaha mengedukasi masyarakat tentang autisme, menekankan bahwa autisi memiliki hak dan potensi yang sama dalam berkontribusi di masyarakat. Dengan istilah "autisi," Rudy Sutadi ingin memberikan identitas yang lebih positif kepada individu dalam spektrum autisme, mencerminkan keunikan dan kekuatan mereka.
Dukungan kepada Autisi
Autisi bukanlah individu yang terpinggirkan. Mereka juga memiliki potensi untuk hidup mandiri dan berkontribusi secara aktif dalam masyarakat. Dengan dukungan yang tepat, banyak autisi yang mampu menjalani kehidupan yang tidak berbeda dari masyarakat pada umumnya (Smith & Eikeseth, 2011); (Lovaas, 1987b); (Savitri et al., 2020); (Delli et al., 2018; Granpeesheh, 2009); (He et al., 2022); ;(Brian et al., 2023). Mereka dapat meraih pendidikan, berkarir, menikah, memiliki keturunan dan menjalani kehidupan sosial yang baik di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan yang setara dengan individu lain dalam masyarakat. Melalui berbagai seminar, pelatihan, dan program kesadaran masyarakat diharapkan meningkatkan pemahaman tentang autisme dan pentingnya dukungan yang sesuai bagi autisi di masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan masyarakat dapat memahami tentang autisme dan intervensinya serta memberikan kesempatan yang sama kepada autisi dalam berbagai aspek kehidupan, di lingkungan sekolah, dunia kerja dan masyarakat pada umumnya. Dengan terapi dini, intensive, optimal serta dukungan yang tepat, autisi dapat hidup mandiri di masyarakat dan berkontribusi secara positif. Keilmuan di bidang Psikologi sangat dibutuhkan oleh autisi dan keluarga besarnya. Tidak hanya itu peran dan kontribusi kita sangat mereka butuhkan.
Referensi:
Brian, J. A., Smith, I. M., & Stover, K. (2023). Interventions in ASD: Psychosocial interventions and supports for ASD. In Neurodevelopmental Pediatrics: Genetic and Environmental Influences (pp. 337–350). https://doi.org/10.1007/978-3-031-20792-1_21
Delli, C. K. S., Polychronopoulou, S. A., Kolaitis, G. A., & Antoniou, A.-S. G. (2018). Review of interventions for the management of anxiety symptoms in children with ASD. Neuroscience and Biobehavioral Reviews, 95, 449–463. https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2018.10.023
Granpeesheh, D. (2009). Retrospective analysis of clinical records in 38 cases of recovery from autism u l t a h n yrig r perso p n e nl owd se o lt. Annals of Clinical Psychiatry, 21(4), 195–204.
He, X., Yu, Y., & Ouyang, Y. (2022). Evaluation and Analysis of the Intervention Effect of Systematic Parent Training Based on Computational Intelligence on Child Autism. Computational and Mathematical Methods in Medicine, 2022. https://doi.org/10.1155/2022/7746374
KPPA-RI. (2018). Hari Peduli Autisme Sedunia: Kenali Gejalanya, Pahami Keadaannya. 2018. https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1682/hari-peduli-autisme-sedunia-kenali-gejalanya-pahami-keadaannya
License, C. A., Hassaballah, M., Hosney, M. E., & Alqahtani, A. (2023). Retracted: An AI-Enabled Internet of Things Based Autism Care System for Improving Cognitive Ability of Children with Autism Spectrum Disorders. 2022.
Lovaas, O. I. (1987a). Behavioral Treatment and Normal Educational and Intellectual Functioning in Young Autistic Children. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 55(1), 3–9. https://doi.org/10.1037/0022-006x.55.1.3
Lovaas, O. I. (1987b). Behavioral Treatment and Normal Educational and Intellectual Functioning in Young Autistic Children. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 55(1), 3–9. https://doi.org/10.1037/0022-006x.55.1.3
Maenner, M. J., Warren, Z., & Williams, A. R. (2023). Prevalence and Characteristics of Autism Spectrum Disorder Among Children Aged 8 Years — Autism and Developmental Disabilities Monitoring Network , 11 Sites , United States , 2020. Centers for Disease Control and Prevention, 72(2).
Savitri, A. I., Salam, N. E., & Yasir. (2020). Komunikasi Terapeutik Antara Terapis Dengan Pasien Autis Menggunakan Smart ABA. Jurnal Ilmu Komunikasi, 9(4), 479–492.
Sivayokan, B., Sivayokan, S., Thirunavukarasu, K., & Sathiadas, G. (2023). The Characteristics of Autistic Children Attending a Neuro-Developmental Center in Northern Sri Lanka. 15(3), 2–9. https://doi.org/10.7759/cureus.35970
Smith, T., & Eikeseth, S. (2011). O. Ivar Lovaas: Pioneer of applied behavior analysis and intervention for children with autism. In Journal of Autism and Developmental Disorders. https://doi.org/10.1007/s10803-010-1162-0
Sutadi, R. (2000). Intervensi Dini Tatalaksana Perilaku (Applied Behavior Analysis/Metode Lovaas) pada Penyandang Autisme. Lit Autis.
Sutadi, R., Ah, R. M., Adetya, S., & Yunanto, K. T. (2024). Deteksi Dini Autisme : Pembekalan untuk Guru di Kota Depok. Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia (Jamsi), 4(6), 1723–1732.
Sutadi, R., Anwar, & Arneliza. (2018). Mengajar dan Melatih Bicara dan berbagai kemampuan pada penyandang autisme dengan Smart ABA (Applied Behavior Analysis metode Rudy Sutadi). PT Smart Medika Pro.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. (2011). Diabetisi Masih Bisa Berpuasa. https://www.umy.ac.id/diabetisi-masih-bisa-berpuasa
Williams, Z. J., He, J. L., Cascio, C. J., & Woynaroski, T. G. (2021). Neuroscience and Biobehavioral Reviews Review article A review of decreased sound tolerance in autism : Definitions , phenomenology , and potential mechanisms. Neuroscience and Biobehavioral Reviews, 121(November 2020), 1–17. https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2020.11.030