ISSN 2477-1686
Vol. 11 No. 25 Januari 2025
Dampak Media Sosial terhadap Pandangan Generasi Z terhadap Pernikahan: Fenomena "Marriage is Scary" dan Ketakutan akan Komitmen
Oleh:
Wida Widiyani Putri
Program Studi Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia
Dalam beberapa dekade terakhir, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi Z, yang dikenal juga sebagai Igeneration atau generasi internet. Platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok menjadi tempat utama bagi mereka untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan membentuk pandangan tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan dan pernikahan. Menurut laporan We Are Social (2024), sekitar 49,9 persen atau 139 juta orang Indonesia aktif menggunakan media sosial, dengan penetrasi internet di Indonesia mencapai 78,19 persen. Media sosial tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga memengaruhi cara generasi Z mengonsumsi informasi dan membentuk pandangan mereka tentang kehidupan sosial, budaya, dan pernikahan.
Pengaruh Media Sosial terhadap Hubungan dan Pernikahan
Media sosial telah mengubah cara orang berkomunikasi dan bersosialisasi. Namun, penggunaan media sosial juga menimbulkan berbagai permasalahan, seperti peleburan ruang privat dan publik, di mana banyak orang tidak lagi segan untuk mengunggah kegiatan pribadi mereka. Hal ini menyebabkan perubahan dalam cara orang membentuk identitas diri, yang pada gilirannya dapat memengaruhi pandangan mereka terhadap hubungan pribadi dan pernikahan (Turkle, 2011; Elviana & Erianjoni, 2024).
Penggunaan media sosial yang berlebihan juga dapat menyebabkan ketergantungan atau adiksi, yang berdampak buruk pada kesehatan mental. Kecanduan media sosial dapat menimbulkan tekanan dan stres, serta berkontribusi pada depresi, kecemasan, dan perasaan tidak berharga. Selain itu, media sosial juga memengaruhi hubungan antarpribadi, termasuk hubungan romantis (Pasetyo dkk., 2024).
Tren "Marriage is Scary" di Media Sosial
Salah satu tren yang berkembang di media sosial, khususnya di platform X, adalah narasi "Marriage is Scary". Banyak pengguna media sosial, terutama dari kalangan generasi Z, berbagi pengalaman dan pandangan mereka mengenai ketakutan akan pernikahan. Tren ini menggambarkan ketakutan akan komitmen dalam pernikahan, yang semakin kuat di kalangan generasi muda, disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tekanan sosial, tuntutan karier, dan kekhawatiran finansial (Nurri Hadatul, 2021).
Pernikahan, yang dahulu dianggap sebagai fase penting dalam kehidupan, kini tampaknya tidak lagi menjadi prioritas utama bagi banyak orang muda. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, angka pernikahan di Indonesia terus menurun. Pada 2023, jumlah pernikahan tercatat sebanyak 1,58 juta, turun signifikan dibandingkan dengan angka pernikahan pada tahun 2013 yang mencapai 2,21 juta. Fenomena ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang muda yang memilih untuk menunda atau bahkan menghindari pernikahan.
Pengaruh Media Sosial terhadap Pandangan Generasi Z tentang Pernikahan
Media sosial memainkan peran penting dalam membentuk pandangan generasi Z terhadap pernikahan. Platform seperti Instagram sering mempromosikan gambaran pernikahan yang sempurna. Ekspektasi yang tidak realistis ini dapat menciptakan tekanan bagi individu untuk memenuhi standar tersebut dalam kehidupan nyata mereka. Hal ini, pada gilirannya, dapat memengaruhi pandangan mereka tentang pernikahan dan meningkatkan ketakutan akan kegagalan atau ketidakmampuan untuk memenuhi ekspektasi tersebut (Robinson, 2020)
Banyak yang merasa bahwa pernikahan membawa beban emosional dan finansial yang besar, serta khawatir tentang tantangan yang mungkin mereka hadapi dalam menjalani kehidupan pernikahan. Selain itu, banyak orang muda yang lebih fokus pada karir dan pencapaian pribadi mereka daripada pada pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan bukan lagi menjadi tujuan utama dalam hidup, tetapi lebih dianggap sebagai keputusan yang kompleks dan penuh ketidakpastian (Abbasi & Alghamdi, 2017)
Faktor Penyebab Gamophobia
Fenomena gamophobia, atau ketakutan terhadap komitmen dalam pernikahan, semakin menjadi isu sosial yang mendapat perhatian. Faktor-faktor seperti perceraian orang tua, pengalaman traumatis dalam hubungan sebelumnya, serta tekanan sosial dapat memperburuk ketakutan ini. Penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi yang tidak seimbang dalam keluarga, dapat meningkatkan tingkat gamophobia pada individu. Selain itu, muncul ketidakpercayaan di kalangan generasi muda yang menyaksikan banyaknya perceraian dan kegagalan hubungan di sekitar mereka (Ogbugwa & Chujor, 2023).
Beban finansial yang terkait dengan pernikahan juga menjadi faktor penting yang memengaruhi keputusan untuk menunda atau menghindari pernikahan. Penelitian menunjukkan bahwa stres finansial dapat menghambat komunikasi dalam hubungan dan meningkatkan ketegangan dalam pernikahan (Maulana dkk., 2020). Oleh karena itu, ketakutan akan pernikahan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor emosional, tetapi juga oleh faktor finansial dan sosial yang semakin kompleks.
Dampak Sosial dan Ekonomi dari Penurunan Angka Pernikahan
Penurunan angka pernikahan yang signifikan, seperti yang tercatat oleh BPS, dapat memiliki dampak sosial dan ekonomi yang besar. Jika semakin banyak individu memilih untuk tidak menikah atau menunda pernikahan, hal ini dapat mengganggu keseimbangan demografis, dengan dampak negatif pada jumlah kelahiran, pertumbuhan penduduk, dan kualitas hidup di masa depan. Fenomena ini juga dapat mengarah pada penurunan jumlah penduduk produktif, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial (Ogbugwa & Chujor, 2023). Namun, ketakutan yang berlebihan hingga mengganggu kehidupan sehari-hari bisa menjadi masalah yang serius. Oleh karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi ketakutan ini dan bagaimana media sosial memainkan peran dalam membentuk pandangan generasi Z terhadap pernikahan.
Kesimpulan
Media sosial telah membawa dampak besar terhadap cara generasi Z memandang pernikahan dan hubungan. Tren seperti "Marriage is Scary" mencerminkan ketakutan yang semakin besar terhadap komitmen jangka panjang, yang dipengaruhi oleh faktor emosional, sosial, dan finansial. Fenomena gamophobia, yang semakin berkembang di kalangan generasi muda, menunjukkan adanya perubahan dalam nilai-nilai sosial terkait pernikahan. Untuk memahami lebih lanjut tentang dampak media sosial terhadap kecenderungan gamophobia, penelitian yang lebih mendalam diperlukan. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan sosial dan memastikan bahwa generasi Z dapat membangun hubungan yang sehat dan stabil di masa depan.
Referensi
Abbasi, I. S., & Alghamdi, N. G. (2017a). The pursuit of romantic alternatives online: Social media friends as potential alternatives. Journal of Sex & Marital Therapy, 44, 16–28. doi:10.1080/0092623X. 2017.1308450
Aisy, Nurri Hadatul (2021), Wacana 'Gamophobia' di Media Sosial Twitter (Analisis Wacana Kritis Gamophobia Melalui Narasi Influencer), Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/201008
Badan Pusat Statistik (BPS). (2024). Laporan Statistik Perkawinan Indonesia 2023. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Maulana, I., Manulang Jovanna, M., & Salsabila Ossya Salsabila. (2020). Pengaruh Social Media Influencer Terhadap Perilaku Konsumtif di Era Ekonomi Digital. Majalah Ilmiah Bijak. Vol 17 no 1.
Nugroho, R. (2022). Pengaruh Media Sosial terhadap Konsumsi Informasi Generasi Z. Jurnal Komunikasi, 18(1), 45-56
Ossai, Mariam Ogbugwa, And Chujor Jacob Chujor. (2023). Some Social Predictors Of Gamophobia Among Unmarried Postgraduate Students In Tertiary Institutions In Rivers State. British Journal Of Education 11(1): 13–24.Https://Doi.Org/10.37745/Bje.2013/Vol11n11324
Rizki Heri Prasetyo, Masduki Asbari dan Salsabila A. (2024). Mendidik Generasi Z: Tantangan dan Strategi di Era Digital. Journal Of Information Systems And Management (JISMA). DOI: https://doi.org/10.4444/jisma.v3i1.743
Robinson, L. (2020). Media and the Construction of Fear: Social Media's Role in the Development of Gamophobia. Journal of Digital Culture, 5(2), 45-59.
Turkle, S. (2011). Alone Together: Why We Expect More from Technology and Less from Each Other. Basic Books.
We Are Social. (2024). Digital 2024: Global Overview Report. Retrieved from https://wearesocial.com/digital-2024